Rabu, 09 September 2020

Dua Kiat Gaungkan Sport Tourism di Era Pandemi


Nasib sport tourism event atau kegiatan yang menggabungkan olahraga dengan destinasi wisata, sejak pandemi Covid-19 sama seperti jenis event lainnya, ditiadakan/ditunda.

Akibatnya salah satu tourism event yang sempat sexy beberapa tahun belakangan ini, sunyi senyap tak terdengar gaungnya.

Nah, supaya sport tourism event terdengar kiprahnya, TravelPlus Indonesia punya kiatnya berdasarkan pengamatan dan tentu saja pengalaman sebagai travel journalist/blogger pariwisata sejak zadul dalam melakukan peliputan sport tourism event pra-pandemi. 

Sekurangnya ada dua kiat menggaungkan sport tourism event di masa pandemi.

Pertama, tetap melakukan promosi lewat cara online atau daring tentang pengalaman, evaluasi, dan hasil dari pelaksanaan sport tourism event sebelumnya dari yang pertama sampai terakhir.

Misalnya tentang penyelenggaraan
Bali Spirit Festival (yoga) di Bali, Tour de Bintan (sepeda) di Bintan-Kepri, Krui World Surfing League (selancar laut) di Krui-Lampung, Bintan Triathlon (renang, sepeda & lari marathon) di Bintan-Kepri, Festival Sandeq Race (perahu tradisional) di Sulawesi Barat.

Selanjutnya Tour de Linggar Jati (sepeda) di Kuningan-Jawa Barat, Tour de Siak (sepeda) di Riau, Tour de Ijen (sepeda) di Banyuwangi-Jawa Timur, Aceh International Diving Festival (menyelam) di Pulau Weh-Aceh, IronMan 70.3 Bintan (tri athlon) di Bintan-Kepri, dan Jakarta Marathon (lari marathon) di DKI Jakarta.

Berikutnya Tour de Singkarak (sepeda) di Sumatera Barat, Festival Kerinci (Mountain Bike Cross Country) di Jambi, Festival Bekudo Bono (selancar sungai) di Riau, Wakatobi Wave  (menyelam santai) di Wakatoi-Sulawesi Tenggara, Jogja International Heritage Walk (jalan kaki) di kawasan Candi Prambanan-D.I. Yogyakarta, dan Borobudur Marathon (lari marathon) di kawasan Candi Borobudur-Jawa Tengah 

Tak ketinggalan Lomba Dayung Perahu Naga Internasional di Padang, Lomba Dayung Internasional di Balikpapan, Kompetisi Surfing Internasional di  Mentawai, Paralayang Batu Terbuka atau Batu Open Paragliding di Kota Batu-Malang, Sabang International Regatta (SIR) di Pulau Weh-Aceh, Lomba Menyelam Internasional di sejumlah destinasi selam, Lomba Arung Jeram Internasional di sejumlah rafting destination, dan sport tourism event lainnya.

Bentuk promosi daringnya bisa berupa diskusi dengan menghadirkan sejumlah pihak antara lain event organizer/pelaksana, stakeholder, atlit, travel journalist/blogger pariwisata (media) yang loyal/berpengalaman, dan juga komunitas terkait.

Kiat kedua, mempromosikan destinasi wisata yang menjadi lokasi sport tourism sebagaimana tersebut di atas.

Misalnya destinasi Gunung Kawah Ijen yang menjadi lokasi Tour de Ijen di Banyuwangi; destinasi wisata di Bintan yang dilintasi peserta Tour de Bintan maupun Bintan Triathlon, dan destinasi wisata lainnya sesuai label/nama sport tourism event-nya.

Banyak cara mempromosikannya, salah satunya dengan mengundang travel journalist/blogger pariwisata, ke setiap destinasi sport tourism event tersebut.

Tujuannya, bukan hanya sekadar meliput dan menulis secara kreatif/informatif/menarik, pun travel journalist/blogger pariwisata  menyebarluaskan link-link tulisannya ke ragam medsos, WAG, dll.

(Ingat yang diundang adalah travel journalist/blogger pariwisata yang selama ini loyal dan berpengalaman dalam meliput kepariwisataan termasuk sport tourism, bukan anak kemarin sore apalagi diluar bidang kepariwisataan, karena jelas beda hasil liputannya).

Mengapa travel journalist/blogger pariwisata, bukan journalist/blogger bidang lain misalnya olahraga? Ya karena ini sport tourism (paduan olahraga dan pariwisata), dan jika ingin mengedepankan pariwisatanya tentu yang harus dilibatkan adalah travel journalist/blogger pariwisata, bukan pewarta olahraga apalagi bidang lainnya. Biar nyambung!

Jika salah memilih travel journalist/blogger, ya wajar kalau kemudian terlontar istilah "Jaka Sembung Bawa Golok".

Lalu kenapa pula travel journalist/blogger pariwisata berpengalaman, kreatif/produktif atau yang bisa keduanya serta amat melek promosi? Ya karena mereka sudah punya jam terbang, terbiasa, dan terbukti loyal dan profesional dibidangnya selama ini.


Jadi bukan hanya sekadar viral event tersebut, namun yang lebih penting informasi yang dibutuhkan pembaca dalam hal ini calon peserta atau wisatawan yang akan ikut/ingin menyaksikan sport tourism tersebut terpenuhi.

Dengan melaksanakan dua kiat di atas,   bukan hanya gaung sport tourism event tetap bergema, pun sport tourism destination-nya ikut terekspos sehingga publik tetap mendapatkan informasi terkini meskipun event-nya batal/ditunda pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19.

Dua kiat di atas, juga bisa sekaligus menjadi promosi pra-sport tourism event yang batal/ditunda pelaksanaannya, dan akan digelar kembali tahun depan jika memang pandemi benar-benar sudah berakhir.

Jika ternyata tahun depan, kondisi pandemi belum sirna, dua kiat TravelPlus Indonesia di atas harus tetap dilaksanakan agar informasi terkait sport tourism tidak terputus.

Selamat HAORNAS (Hari Olahraga Nasional), 9 September, Salam Wisata Olahraga.

Naskah & foto: adji kurniawan (travel journalist/blogger pariwisata loyal & berpengalaman, kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.