Indonesia punya banyak cruise & yacht destination atau destinasi kapal pesiar dan yacht yang sebelum pandemi Covid-19 menjadi tujuan kapal pesiar mancanegara.
Sementara di dalam negeri, sebenarnya peluang Indonesian Cruise juga perlu digarap secara serius karena punya potensi dan pasarnya dalam hal ini wisatawan domestik kelas menengah ke atas ditambah ekspatriat sangat besar.
"PT. Pelni mestinya bisa menciptakan Indonesian Cruise kalau mau," ujar Hellen Sarita de Lima selaku Direktur PT. Pasiar Krestif Indo-Jakarta sekaligus founder dan organizer Sail Maluku sejak tahun 2013 dan co-founder Darwin Ambon Yacht Race tahun 2007 kepada TravelPlus Indonesian lewat pesan WA di Jakarta, Senin (20/7/2020).
Kata Hellen, beberapa tahun yang lalu pihaknya pernah meeting di kapal Pelni dan dia sebagai salah satu nara sumber.
"Waktu itu memang ada rencana kapal Pelni mau jual paket perjalanan wisata akan tetapi tidak ada perkembangan sampai saat ini," terangnya.
Menurut Hellen perkembangan cruise di Indonesia saat ini masih belum ada, akibat dari pandemi Covid-19.
Kalau untuk destinasi yacht, Indonesia sebagai negara bahari jelas banyak.
"Hanya tergantung arah angin dan objek wisata yang akan dikunjungi para yachter," jelasnya.
Sementara untuk destinasi kapal pesiar, selama ini ada beberapa destinasi yang menjadi pintu masuk bagi kapal pesiar antara lain Jayapura, Tual, Saumlaki, Banda, Ambon, Kupang, Bali, dan Sabang.
Selain itu dari 5 destinasi super prioritas yang ditetapkan pemerintah, ada tiga destinasi bahari namun yang amat potensial menjadi destinasi wisata cruise hanya dua yakni Likupang dan Labuanbajo.
Hellen melihat di peta Indonesia, kedudukan destinasi super prioritas Likupang, Sulawesi Utara sangat strategis untuk dijadikan salah satu titik singgah para kapal pesiar dan juga untuk private yacht maupun super yacht.
"Kalau apa saja keistimewaan Likupang, tentu perlu dilakukan survei," terangnya.
Khusus destinasi Labuan Bajo, lanjutnya selama ini sudah masuk market untuk expedition cruise, private yacht, dan super yacht maupun liveboard.
"Kalau Madalika belum terlalu populer sebagai titik singgah. Jadi juga perlu disurvei apa saja keistimewaannya," ungkap Hellen yang pernah menjadi tenaga ahli Yacht Rally Sail Raja Ampat.
SOP Wisata Kapal Pesiar
Menurut Hellen, terkait protokol kesehatan atau SOP New Normal atau tatanan kehidupan baru untuk wisata cruise dari kedatangan kapal pesiar, kemudian pada saat penumpang wisatawan turun di pelabuhan, lalu ke obyek-wisata yang akan dikunjungi, harus mengikuti SOP International atau SOP seruan WHO.
"Untuk Indonesia sementara ini masih dalam sosialisasi," terang perempuan yang pernah menjadi organizer Sail Sabang tahun 2011 dan Sail Komodo tahun 2013 ini.
Penerapan semua SOP terkait wisata cruise, sambungnya harus benar-benar diperhatikan, jangan sampai dilanggar atau ditemukan ada turis kapal pesiar atau pelaku usaha di obyek wisata yang terpapar Covid-19.
Apabila SOP dilanggar akan menimbulkan masalah yang fatal dan akan kehilangan kepercayaan.
"Bukan cuma itu, akan tetapi bisa menciptakan image buruk terhadap branding “Indonesia Care“ yang pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia dari segmen wisata bahari bahkan tidak menutup kemungkinan berpengaruh pada sektor pariwisata secara keseluruhan," pungkas Hellen yang tahun 2020 ini baru menghadiri Workshop Series for Tour Operator & Attractions yang bersertifikat internasional.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.hellen de lima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.