Minggu, 20 Januari 2019

Usai Jelajahi Ujung Kulon, Si-Bontot Agatra Sraya Ini Sambangi Gunung Bersalju Swiss

25 tahun silam dia masih gadis belasan tahun, rada pendiam tapi pemberani. Buktinya dia ikut menjelajahi habitat Badak Jawa di ujung Barat Pulau Jawa, Ujung Kulon tepatnya. Tak disangka-sangka, tahun lalu dia sambangi salah satu gunung bersalju di Eropa.

"Itu di Swiss kak.., tepatnya di Gunung Titlis yang bersalju," kata dia saat saya tanyakan display photo (dp) WhatsApp (wa)-nya, Minggu (20/1/2019).

Di dp itu, dia tidak sendiri. Melainkan bersama buah hatinya, Lethisa (9 thn) anak perempuan kecil yang cantik, secantik bunda di sampingnya.

"Itu anak saya kak, cewek baru satu. Hehe.., iya mirip saya," kata dia lagi.

Dia itu Nunun. Dulu semasa dia masih SMA, saya menyebutnya "si bontot tersayang". Ya karena dia angkatan terakhir yang dilantik menjadi anggota Agatra Sraya, sebuah organisasi pecinta alam yang berbasis di Jakarta.

Julukan bontot tersayang itu dulu pernah saya tujukan diam-diam  kepada tiga gadis Agatra Sraya angkatan 91 yakni Yanti, Erni, dan Ida. (Maklum waktu itu mereka kompak sekali)

Kemudian predikat itu berpindah ke angkatan selanjutnya yakni Sissy, Iwin, dan Mercy yang juga sangat terlihat akrab.

Lalu berlanjut ke angkatan berikutnya yakni Kris dan Lena.

Setahun kemudian predikat itu saya tujukan ke Army. Dan ternyata setelah Army, masih ada satu angkatan terakhir yaitu Nunun yang berhak menyandang gelar saya itu sampai sekarang.

Kenapa? Ya karena tak ada lagi angkatan di bawah Nunun yang dilantik, lantaran kaderisasi organisasi ini terhenti alias putus.

Pelantikan Nunun ketika itu bersama rekan seangkatannya Abdul, terbilang spesial dibanding angkatan-angkatan Agatra Sraya sebelumnya.

Keduanya dilantik di Ujung Kulon, Banten yang berstatus Taman Nasional.

Berdasarkan informasi dari Nunun, ternyata dia pun sudah lama tak berkomunikasi dengan teman seangkatannya itu.

"Aku nggak punya no WA Abdul kak, udah lama lost contact sama Dul😔," akunya.

Ketika saya tanya soal Gunung Titlis di Swiss, Nunun mengaku itu waktu liburan bertiga dengan suami dan anaknya tahun 2018 dengan mengikuti paket wisata keliling Swiss 10 hari.

Nunun pun mengirimkan 4 video perjalanannya ke gunung bersalju itu ke saya.

Di dalam video itu jelas terlihat Titlis yang merupakan gugusan pegunungan Alpen di Swiss dengan ketinggian 3.020 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Gunung itu menjadi salah satu andalan wisata Swiss. Soalnya gunung ber-glacier itu dapat dijangkau wisatawan dengan mudah.

"Kami main salju di puncak Gunung Titlis kak," kata Nunun yang kini tinggal di Graha Raya, Bintaro, belakang Alam Sutera, Tangsel.

"Tapi naik ke puncaknya pake gondola kak, bukan mendaki jalan kaki," terangnya seraya menambahkan naik gondola atau cable car-nya itu dari Engelberg, sebuah desa di lembah Pegunungan Alpen.

"Kalau nggak salah tiketnya 15 dolar kak. Nggak mahal untuk transportasi di sana," tambahnya lagi.

Dari puncak gunung bersalju itu, lanjut Nunun, pengunjung dapat menikmati panorama menakjubkan berupa hamparan salju yang melapisi puncak pegunungan tersebut.

Di puncaknya, juga ada restoran yang menyajikan antara lain pizza yang dibakar dari oven dan pasta khas Italia sebagai menu favorit.

Uniknya lagi, sudah bersuhu dingin tapi di sana juga ada es krim Movenpick, es krim asli Swiss yang diproduksi grup Nestle.

Kabarnya es krim yang memiliki aneka rasa itu dibuat sejak 1948.

Nunun membenarkan kalau puncak Gunung Titlis yang selalu ditutupi salju itu, sudah lama menjadi salah satu objek yang kerap dimasukkan dalam paket wisata sejumlah operator perjalanan wisata ke Swiss, selain ke kota tua Lucerne.

Pemerintah Swiss sendiri kabarnya sudah menjadikan puncak Gunung Titlis sebagai daerah tujuan wisata sejak satu abad lalu.

Sejarah cableway Titlis dimulai sejak 1913 ketika kawasan Engelberg mulai dibangun.

Cableway pertama yang diresmikan adalah Trubsee pada tahun 1927, lalu menyusul di lokasi lainnya yang dimanfaatkan juga oleh para penggemar ski.

Revolving cable car pertama di dunia berfungsi mulai tahun 1992. Melalui cable car yang bisa berputar tersebut, pengunjung dapat menikmati suasana pegunungan penuh salju dari dalam.

Setelah di puncak, dapat menghirup udara segar di atas gunung bersalju tersebut.

Pengelola lokasi wisata Titlis kini menyiapkan cable car baru automatic berkapasitas delapan tempat duduk, yang lebih cepat membawa pengunjung langsung dari lembah Engelbert menuju puncak dalam waktu 15-20 menit.

Kata Nunun, di kawasan Titlis pengunjungnya pun bisa bermain ski. Waktu terbaik menikmati olahraga ski di sana mulai Oktober hingga Mei.

Sementara pada musim panas, Gunung Titlis menjadi surga bagi para pendaki dan pencinta kegiatan alam bebas (outdoor).

Kalau ingin menginap, bisa di  sejumlah penginapan termasuk di apartemen di Desa Engelbert yang sering berkabut itu.

Menurut Nunun Gunung Titlis menjadi destinasi wisata yang diminati wisatawan Asia yang hidup di negeri tropis.

Selain wisatawan asal Indonesia juga banyak orang India yang berkunjung ingin menikmati sensasi baru dalam hidupnya meskipun hanya sekadar menikmati es krim made in swiss di gunung bersalju itu. Bahkan sampai ada kedai makanan khas India di sana.

Lalu wawasan berharga apa yang didapat Nunun dari kunjungannya ke Swiss?

Seperti banyak anggapan sejumlah turis, Swiss itu gambarannya seperti surga, banyak air terjun, sungai, danau, dan desa yang masih asri dan bersih. Sepanjang jalan ada air terjun dan sungai gunung es.

"Swiss juga negara paling layak buat tempat tinggal kak. Number one in the world," ujar Nunun yang bersuamikan made in Indonesia, asli orang Muntilan yang pernah menjadi ketua mahasiswa pecinta alam (Mapala) Swatala di kampus Mercu Buana Jakarta.

Menurutnya yang paling berkesan dari Swiss dan patut dicontoh adalah peraturan natural resources-nya sangat ketat.

"Kita nggak boleh mancing di danau, nggak boleh mandi di air terjun dan sungai," terang Nunun.

Pokoknya benar-benar natural-nya dijaga ketat. "Kalau kita langgar ada denda. Makanya banyak turis menggambarkan alamnya kayak surga tetap indah, bersih, dan asri," jelasnya lagi.

Selama di Swiss, Nunun mengaku menginap di penginapan setempat. "Soalnya nggak ada teman ataupun  saudara. Tapi sewaktu di Amsterdam sama Belgia kami sempat nginap di rumah teman di sana," ungkapnya.

Kata Nunun lagi, kalau ingin menikmati Gunung Titlis ada dua cara yakni bisa dengan membeli paket tur khusus keliling Swiss 10 hari atau dengan cara backpacker-an.

"Harga paket turnya waktu itu kalau dirupiahkan sekitar Rp 50 juta. Kalau sendiri atau backpacker-an, bisa lebih hemat mungkin sampai setengahnya.

"Cari tiket ke Zurich tapi kalau mahal bisa ke Paris dulu. Nanti dari Zurich baru ke Lucerne dan Gunung Titlis," pesannya.

Di sana, lanjutnya transportasi sudah terintegrasi dengan baik sehingga mudah kalau mau kemana-mana. "Mata uang yang digunakan di Swiss, Euro sama Swiss Franc," ungkap Nunun.

Ketika ditanya mau traveling ke negara mana lagi tahun ini, Nunun mengaku belum ada.

Dia justu berencana bulan depan (Februari) 2019 melakukan progam hamil lagi.

"Do'ain ya kak semoga berhasil. Jadi tahun ini kalau aku hamil, aku dan keluarga nggak ada rencana traveling yang jauh-jauh dulu kak," pungkas si-bontot Agatra Sraya tersayang ini.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, @adjitropis)
Foto: dok. nunun & adji

Captions:
1. Nunun "si bontot tersayang" Agatra Sraya bersama buah hatinya di kaki Gunung Titlis, Swiss tahun 2018.
2. Nunun (paling kanan berkaos lengan panjang dan bertopi coklat) ketika dilantik menjadi anggota pecinta alam Agatra Sraya Jakarta angkatan terakhir di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten tahun 1994. (foto: adji)
3. Nunun (paling ujung dekat jendela kaca berkaos putih dan bertopi, di samping Army, kakak kelasnya yang berkaos biru) saat di pos Taman Jaya, Ujung Kulon. (foto: adji)
4. Perjalanan menuju lokasi wisata Gunung Titlis.
5. Naik gondola atau cable car ke puncak Gunung Titlis.
6. Nunun dan putrinya naik cable car ke puncak Gunung Titlis.
7. Buah hati Nunun bermain salju di Puncak Titlis.
8. Suasana desa di kaki Gunung Titlis.
9. Cable car automatic berkapasitas maksimal 8 orang dari valley ke Puncak Gunung Titlis yang diminati wisatawan dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Indonesia.
10. Lethisa, buah hati Nunun di Puncak Gunung Titlis.
11. Si-bontot Agatra Sraya saat berada di puncak Gunung Titlis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.