Jazz di atas awan? Ah ada-ada saja. Ungkapan spontan itu bisa jadi muncul mendengar bakal digelarnya konser jazz bertajuk begitu di Dieng akhir Juni ini. Mau lihat jazz aja koq repot! Toh di Youtube juga bisa. Mungkin itu juga ungkapan lain yang muncul berikutnya.
Eiiith.., tunggu dulu. Konser jazz memang bisa dilihat dimanapun, di tepi pantai seperti Asean Jazz Festival yang digelar sejak 2008 dan tahun ini kembali diadakan di Terminal Feri Harbour Bay Kota Batam, Kepulauan Riau 22-23 Juni ini. Atau Sabang Jazz Festival yang digelar di Sabang, Pulau Weh, Aceh sejak tahun 2012.
Bisa juga dinikmati di dalam ruangan ber-AC seperti JAVA Jazz yang digelar 3 hari berturut-turut di Jakarta Convention Centre sejak 2005 lalu berpindah ke Jakarta International Expo, atau di kampus Universitas Indonesia (UI) sebagaimana Jazz Goes to Campus yang digelar Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UI sejak tahun 1978.
Bisa juga di desa, pasar seni, dan padepokan seperti yang kerap dipilih Ngayogjazz di Yogyakarta. Sejak awal konser jazz merakyat ini digelar berpindah-pindah dan tanpa dipungut bayaran alias gratis. Pertama kali di Padepokan Bagong Kusudihardjo (2007), Desa Tembi (2008). Pasar Seni Gabusan (2009), Djoko Pekik (2010), Kota Gedhe (2011), dan Desa Brayut (2012).
Bahkan bisa juga dilihat di gunung seperti Jazz Gunung yang saban tahun di Bromo, Jawa Timur sejak tahun 2009. Yang jelas setiap tempat, punya atmosfir tersendiri. Dan itulah point jualannya.
Musik import ini juga dapat disaksikan di berbagai media seperti yang disebut di atas youtube, TV, DVD, dan didengarkan di radio ataupun CD. Tapi sekali lagi, nonton jazz secara live, hmmm.., jelas BEDA! Itu tak terbantahkan. Dan Dieng jeli melihat point itu.
Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, alam pegunungan yang menawan, suhu udara yang dingin dan berkabut, pesona matahari terbit dan tenggelam yang memukau serta tinggalan sejarah berupa beberapa candi Hindu kuno Kompleks Candi Arjuna, jelas menjadi modal daya tarik kuat yang akan menyedot perhatian banyak orang untuk datang dan menikmatinya.
Tak heran kalau Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno dan Bupati Wonosobo, Kholiq Arief sangat optimis kalau dataran tinggi yang terkenal dengan kentang, kubis, dan carica atau pepaya gunungnya ini sangat layak menjadi tempat festival jazz tingkat nasional bahkan internasional.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa, Alief Faozi bahwa Jazz di Atas Awan akan menghadirkan sesuatu yang berbeda daripada suguhan jazz yang pernah ada di tempat lain.
Kata Alief lagi, pergelaran jazz yang akan digelar 30 Juni 2013 ini merupakan satu rangkaian dengan Festival Budaya Dieng atau Dieng Culture Festival (DCF) yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-empat. “Tahun ini konser jazz ini untuk kali pertama. Jualan utama DCF, masih tetap ritual ruwatan potong rambut gimbal anak-anak Dieng,” jelasnya.
Mengapa akhir Juni? Ternyata Alief punya alasan tersendiri. Menurutnya akhir Juni merupakan musim kemarau. Saat itulah pemandangan Dieng sedang indah-indahnya. Ada sunset dan sunrise spektakuler yang perlahan-lahan menyibak halimun. Dan ketika itulah muncul fragmen pucuk-pucuk Candi Arjuna di atas awan kabut yang sangat fantastik.
Supervisor DCF 2013, Budhi Hermanto menjelaskan ada delapan grup musik yang akan unjuk gigi di pergelaran Jazz di Atas Awan 30 Juni ini. Ada Dawai The Ethnic dari Bandung, Sekawan Band (Salatiga), JFU Band (Semarang), Harmony Bles (Purwokerto), Chikenjiezz (Banjarnegara), Nalaswara (Purwokerto), dan Teles Klebues dari Banjarnegara serta satu grup jazz dadakan dari pemuda Dieng.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, puluhan ribu wisatawan datang ke DCF. Akibatnya seluruh homestay di Dieng kebanjiran pengunjung. Dan tahun ini pun begitu, belum apa-apa semua penginapan murah itu sudah ludes dibooking.
Tapi tak usah cemas, ada alternatif lain seperti mendirikan tenda di pucak-puncak gunung dan bukit di sekitar Dieng seperti di Bukit Sikunir dan puncak Gunung Prau.
Pilihan lain menginap di hotel-hotel yang ada di dalam atau di dekat Kota Wonosobo seperti di Dieng Kledung Pass Hotel & Restaurant yang berada di Jalan Raya Wonosobo-Parakan, Km 17 Wonosobo, Jawa Tengah.
Booking saja jika ingin bermalam di hotel yang menawarkan pemandangan dua Gunung Sindoro dan Sumbing ini lewat telepon di nomor (0286) 3322023, 081328119888 atau fax. (0286) 321433, (0286) 896540, atau juga email: diengkledungpas@yahoo.com.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.