…Bukan cuma kali ini kau bikin ku nagih. Tapi sudah berkali-kali. Akhirnya ku bersaksi. #Kalau mau asyik dan semakin asyik, ya Sangerlah. Kalau mau enak dan semakin enak ya Sangerlah.. ##Kalau ingin nikmat dan semakin nikmat, ya Sangerlah. Kalau ingin puas dan semakin puas, ya Sangerlah. *Sama-sama ngerti, ya saling ngerti, ya Sangerlah…
Itulah lirik lagu terbaruku bergenre dangdut fungky nge-beat yang langsung ku buat setelah mendengar cerita asal-muasal kata Sanger dari Yuzar, rekanku di Banda Aceh sewaktu ngupi bareng di Black Jack Coffee dekat Taman Sari, seberang Museum Tsunami, beberapa hari lalu.
Sanger adalah nama salah satu minuman kopi khas Aceh dah hanya ada di Aceh. Warnanya kecoklatan. Kata Yuzar, dulu banyak mahasiswa yang ngekos di Banda Aceh kerap nongkrong berlama-lama di kedai kopi favorit sambil menyeruput kopi hitam atau murni yang harganya lumayan mahal buat ukuran kantong mahasiswa ketika itu. Biasanya mereka kerap datang awal bulan sampai pertengahan bulan.
Tapi saat musim paceklik, akhir bulan, mereka kesulitan minum kopi itu karena belum mendapat kiriman uang dari orangtua. Mereka yang gemar ngupi, bagaimanapun caranya harus tetap bisa ngupi. Akhirnya mereka pesan kopi susu lantaran kupi hitam tak terjangkau isi dompetnya yang tengah menipis.
“Bang, kopi tambah susu sedikit. Sama-sama ngertilah bang. Tanggal tua nih,” cerita Yuzar menirukan gaya mahasiswa sewaktu memesan kopi tersebut.
Dari situlah, lahir istilah Kopi Sanger sampai sekarang. Dan anehnya kopi ini kemudian menjadi salah satu kopi favorit bukan cuma di kalangan mahasiswa dan mahasiswi, pun pengunjung dari berbagai kalangan dan profesi.
Sepintas, Sanger seperti kopi susu biasa ataupun yang sedikit lebih keren mirip Capucino. Tapi, setelah aku seruput, tak bisa dibantah, jauh lebih nikmat kopi Sanger ini. Rasanya sangat khas, beda dengan rasa kopi lainnya. Kendati sudah bercampur dengan susu, aroma kopinya tetap juara.
Kenapa bisa begitu? Menurut salah seorang pembuat kopi di Black Jack Coffee yang kerap dikunjungi berbagai komunitas antara lain komunitas fotografer di Banda Aceh ini, untuk membuat Sanger takarannya harus serba pas, baik takaran kopinya, susu kentalnya maupun gulanya.
Setelah kopi diseduh dengan saringan dari kain berbentuk seperti kaos kaki, lalu ditambah dengan susu kental dan sedikit gula kemudian dikocok sampai berbuih. Untuk mendapatakan sangat yang mantap, campuran susu dan gulanya jangan terlalu banyak.
Selain di kedai ini, sejumlah kedai besar dan kecilpun banyak yang menyajikan Kopi Sanger, antara lain Kedai Kopi Solong di kawasan Ulee Kareng, Chek Yuke di Jalan Pinggir Kali Aceh, dekat Masjid Raya Baiturahman, dan Dhapu Kupi di Simpang Surabaya yang begitu strategis hingga buka 24 jam, dan lainnya.
Kopi ini dapat dinikmati panas maupun dingin. Secangkir Kopi Sanger panas sekitar Rp 5ribu sampai Rp 6ribu. Sedangkan yang dingin Rp 7ribu sampai Rp 8ribu per cangkirnya. Biasanya ditemani dengan aneka panganan kecil seperti kue timphan, otak-otak, dadar gulung, risol, pastel, dan lainnya.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.