Jumat, 31 Mei 2013

Mendadak Jadi “Pangeran” Way Belerang Usai Turun Gunung

Lelah dan gerah usai turun gunung, enaknya mandi. Apalagi kalau mandi dengan air hangat belerang. Hmm…, dijamin bikin segar. Sayangnya, tak banyak gunung yang memiliki pemandian air panas belerang. Kalau pun ada letaknya berjauhan. Tapi tidak dengan Gunung Rajabasa di Kalianda, Lampung Selatan. Di kakinya, ada kolam pemandian air panas bernama Way Belerang yang bakal membuat Anda mendadak berubah bak pangeran muda. 

"Om, nanti mandi air panas belerang aja di bawah, di Way Belerang. Nggak jauh koq dari tempat kemarin kita memulai pendakian,” ajak Iyan sewaktu masih menuruni puncak utama Gunung Rajabasa.

Tanpa banyak pikir, aku iya-kan ajakan pentolan Comunitas Cinta Alam Kalianda (CICAK) ini, yang menemaniku mendaki Gunung Rajabasa bersama dengan 4 rekan lainnya Amin, Belo, Dimas, dan Adji pekan lalu.

Dan belum apa-apa, aku sudah membayangkan betapa segarnya badan jika mandi sauna air hangat belerang usai turun gunung. Sekelebat muncul bayangan aku tengah mandi sauna dikelilingi permaisuri-permaisuri muda nan cantik dari kerajaan antah-berantah. 

Aah.., indahnya lamunanku. Tapi seketika musnah, digantikan medan naik-turun, berliku panjang, dan licin yang menghadang di depan. Dan butuh sekitar 6 jam lagi untuk sampai ke lokasi yang dimaksud Iyan, yang pintu gerbangnya sempat kulihat sebelum memulai pendakian kemarin.

Matahari senja masih nampak ketika kami tiba di halaman parkir, depan bangunan pintu masuk merangkap loket tiket bertuliskan “Pemandian Way Belerang”. Di atap bangunannya ada Siger, lambang khas Lampung berwarna cerah merah muda.

Kelima rekanku yang tiba lebih awal rupanya sudah tak sabar. Mereka bertelanjang dada dan bercelana pendek, langsung menceburkan diri ke kolam besar berisi air hangat belerang berwarna putih keabu-abuan.

Mereka nampak begitu riang, bercanda, tertawa, dan main air seperti sekelompok pengembara yang tengah kehausan dan keletihan lalu bertemu dengan oase di tengah padang pasir yang tandus.

“Om, cepetan nyebur, airnya nggak panas-panas banget,” kata Adji personil CICAK termuda yang nama sapaannya sama denganku. “Iya bentar de, motret dulu,” balasku.

Mumpung belum berbasah ria, aku ambil kamera dan mengabadikan mereka dan suasana di dalam pemandian itu. Ada dua kolam di sana, pertama kolam besar untuk orang dewasa sedalam sekitar 1,5 meter dan kolam berukuran lebih kecil untuk anak-anak sedalam sekitar 50 Cm.

Juga ada gazebo buat duduk-duduk santai bagi pengunjung yang mengantar dan enggan mandi. Fasilitas lainnya MCK dan ruang ganti baju pria dan wanita serta tempat bilas.

Areal kolam dikelilingi tembok setinggi kurang lebih 2 meter. Di tengah kolam air dewasa yang tepiannya dibuat berundak-undak, ada gelumbung-gelumbung air beruap yang keluar dari sumber mata air panas belerang dari dasarnya.

 

Pengunjung yang tidak bisa berenang, tak perlu cemas. Di sini ada penyewaan ban karet ukuran besar dan kecil. Jadi bisa mengapung ke tengah dan mengelilingi kolam. Atau cukup berendam dan berenang di tepian kolamnya saja.

Selesai motret, aku langsung tanggalkan kaos dan celana panjang kemudian membasahi badan terlebih dulu dengan air dingin di tempat bilasan. Baru kemudian nyemplung ke kolam besar. Hmmmm.., airnya hangat-hangat kuku dan bau belerangnya tidak terlalu menyengat.

Tak lama kemudian, pesanan kelapa muda ijo dan gado-gado datang. Kami pun makan bersama di pinggir kolam. Bahkan Dimas dan Iyan membawa gado-gado-nya ke tengah kolam. Mereka makan sambil berendam badan dengan air hangat belerang. Mereka seperti pangeran-pangeran muda yang tengah menikmati kemewahan fasilitas “Kerajaan Rajabasa”. Kontan, aksi mereka pun dilirik sejumlah pengunjung lain yang terlihat iri.

Tak puas dengan kelapa muda, Belo rekan yang paling rajin, berinisiatif bikin kopi. Dia pun masak air dengan kompor gas dan nasting. Airnya dari sisa persediaan yang diambil di aliran sungai kecil alami di Pos Satu, sewaktu turun gunung tadi.

Pendakian Menjadi Sempurna
Satu jam mandi sauna dan berendam di air hangat belerang ditambah dengan kelapa ijo, gado-gado serta kopi hangat, hmmm.., benar-benar menutup perjalanan pendakian ini menjadi SEMPURNA, seperti judul lagu Andra and the Backbone yang kulantunkan pelan-pelan di kolam itu. “…Kau begitu sempurna. Di mataku kau begitu indah. Kau membuat diriku akan slalu memujimu…”.

Entah kenapa setiapkali berendam dan mencelupkan kepala di air hangat belerang yang dipercaya ampuh mengobati berbagai penyakit kulit dan reumatik ini, aku merasakan kesegaran luar biasa. Aku seperti terlahir kembali dengan jiwa baru, jiwa anak muda 20-an tahun.

Dan senangnya lagi, lubang-lubang kecil sisa hisapan “vampire” alias pacet Rajabasa di kaki dan tanganku pun sirna. 














Andai saja pemandian itu buka sampai malam, aku dan kelima rekanku pasti masih betah berlama-lama di sana. Sayangnya lepas Maghrib, tempat ini tutup.

Pemandian air panas Way Belerang yang beberapa tahun belakangan ini dikelola Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Lampung Selatan, berada di Desa Sukamandi, persis di kaki Gunung Rajabasa yang atapnya berketinggian 1.281 meter di atas permukaan laut. Jaraknya sekitar 2 Km dari pusat Kota Kalianda, ibukota Kabupaten Lampung Selatan.

Sumber air panas belerang di tempat ini sebenarnya sudah dimanfaatkan sejak tahun 1800-an, pada zaman penjajahan Belanda. Ketika itu digunakan sebagai tempat peristirahatan dan juga tempat pemandian para petinggi militer Belanda pada masanya.

Kalau Anda ingin ke sana, dari Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Simpang Fajar atau Masjid Agung Kalianda, kemudian menuju ke Jalan Kusuma Bangsa atau jalan ke arah Pasar Inpres. Dari situ, terus menuju ke arah Gunung Rajabasa masuk di Jalan Raya dalam Kota Kalianda. Waktu tempuhnya sekitar kurang lebih 15 menit.

Tiket masuknya Rp 10.000 per orang dewasa dan Rp 5.000 per anak-anak. Sewa ban karet besar cuma 5.000 per 2 ban. Kalau ingin menikmati gado-gado, sepiringnya Rp 5.000 dan kelapa ijo Rp 5.000 per butirnya.

Dengan harga yang cukup terjangkau, Anda bukan hanya bakal menikmati kehangatan dan kesegaran air hangat belerang alami. Pun pemandangan deretan lereng dan puncak-puncak Gunung Rajabasa yang berselimut belantara rimbun dan kabut dari kejauhan.

Tapi kalau ingin kunjungan Anda lebih komplit dan merasakan sejenak menjadi pangeran-pengeran muda seperti yang kami rasakan, daki terlebih dulu Gunung Rajabasa hingga puncak utama, Batu Cukup, dan danau kawahnya. Selepas turun, baru mandi sauna di pemandian air panas belerang ini. Aahhh, nikmat dan segarnya pasti bakal bertambah-tambah, rrruarrr…biasa.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.