Selasa, 07 Mei 2013

Kondisi Gunung Papandayan Belum Kondusif

Sejak ditetapkan berstatus Siaga pada Minggu (5/5/2013), Kondisi Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat masih belum menentu. Karenanya petugas pengamatan gunung ini masih melarang masyarakat dan pengunjung beraktivitas pada radius 2 Km dari puncaknya. Sejumlah warga cemas dengan isu gas beracun. 

Kendati aktivitas kegempaan di gunung ini pada Selasa (7/5/2013) sudah lebih rendah dibandingkan Senin (6/5/2013), namun pihak Pos Pengamatan Gunung Papandayan masih mengkhawatirkan adanya semburan gas beracun dari kawasan puncak gunung ini. Semburan gas beracun itu dapat keluar sewaktu-waktu tanpa ada tanda kegempaan.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Papandayan, Momon mengatakan Gas beracun Gunung Papandayan tidak bisa dilihat, bahkan diprediksi lantaran tidak diawali dengan aktivitas kegempaan apa pun yang bisa terekam seismograf. “Sampai sekarang belum terdeteksi adanya semburan gas beracun.

Pos pengamatan baru mendapatkan aktivitas kegempaan. "Karena kondisinya masih naik-turun, statusnya masih ditetapkan siaga,” terangnya.

Kendati berstatus siaga, sebanyak 11.544 warga yang tinggal di lima kecamatan di kaki gunung ini yakni Cisurupan, Pamulihan, Bayongbong, Pakenjeng, dan Sukaresmi masih tinggal di kediamannya masing-masing.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan belum memberi instruksi bagi mereka untuk mengungsi. Namun Sutopo merekomendasikan agar sejumlah obyek wisata yang ada di gunung ini seperti Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk untuk ditutup sementara.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, menaikan status Papandayan berdasarkan sejumlah indikasi. Salah satunya, peningkatan aktivitas kegempaan. Minggu kemarin, pukul 00.00 hingga 06.00, tercatat 60 kali gempa tektonik lokal dan 10 kali gempa vulkanik dangkal. Semakin banyak gempa vulkanilk dangkal artinya magma sudah dekat dengan permukaan.

Kepala PVMBG Badan Geologi Surono mengatakan, sejauh ini belum ada rekomendasi pengungsian. Warga hanya diimbau tidak mendekati gunung dalam radius 2 kilometer dari puncak. Adapun kawasan terdekat yang dihuni masyarakat sekitar 5 km dari puncak.

Gunung Papandayan yang berketinggian 2.665  meter di atas permukaan laut ini tercatat beberapa kali meletus, yang terparah letusan tahun 1772 yang menghancurkan 40 desa dan menewaskan sekitar 2.951 jiwa. Kejadian itu menyebabkan daerah sekitarnya tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km. ”Pada 13 Agustus 2011, Papandayan juga pernah dinaikkan statusnya jadi Siaga,” tutup Surono.

Gunung yang berada sekitar 70 Km sebelah Tenggara Kota Bandung ini termasuk salah satu gunung yang ramai dikunjungi pendaki dan pengunnjung biasa, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama dari kawasan Eropa dan Amerika, sekalipun statusnya tengah  siaga.

Menurut salah seorang pemandu Gunung Papandayan, Dedi Rancuk pada Selasa (7/5/2013), dia sempat membawa turis asal Belanda ke Papandayan namun dilarang petugas setibanya di parkir sebelum kawah. “Seharusnya kalau ada informasi larangan ke kawahnya sudah ada infomasi di pos masuk, agar pengunjung yang terlanjur ke sana tidak kecewa,” ujarnya.

Kata Dedi lagi, kini sejumlah warga di Cisurupan, yang juga tempat kediamannya resah oleh isu gas beracun. “Padahal setahu saya aktivitas kegempaan Papandayan sudah menurun. Tapi entah kenapa beberapa warga ramai membicarakan gas beracun. Sementara warga lainnya, tetap tenang-tenang saja masih terus bekerja di ladang-ladangnya,” akunya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.