Kamis, 28 Maret 2013

Tangkahan Bakal Menyodok Kejayaan Danau Toba

Dulu boleh saja Danau Toba jadi andalan wisata alam Sumatera Utara (Sumut) dalam menjaring wisatawan mancanegara. Ke depan, bisa jadi Tangkahan yang bakal mengantikan kejayaannya. Ini terlihat dari semakin meningkatnya kunjungan wisman ke kawasan berhutan hujan tropis dan berbukit-bukit ini. 

Danau Toba memang menjadi ikon utama wisata alam Sumut sejak lama. Keistimewaannya, dengan luas 1.145 kilometer persegi, danau ini lebih menyerupai lautan daripada danau. Karenanya menjadi danau terluas di Asia Tenggara dan terdalam di dunia yaitu sekitar 450 meter. 

Danau bertipe vulkanik ini merupakan danau terbesar kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Afrika. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir yang berada di ketinggian sekira 1.000 meter di atas permukaan laut. Uniknya, di tengah Pulau Samosir ini juga ada dua danau lagi, yakni Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang.

Selain di Kota Parapat, wisman biasanya bermalam di Pulau Samosir yang berlokasi di tengah danau raksasa ini. Di tempat tinggal asli masyarakat Batak Toba ini terdapat peninggalan zaman purbakala berupa kuburan batu dan desa tradisional.

Di Tomok (Pulau Samosir) juga terdapat Makam Raja Sidabutar, yang usianya sudah 500 tahun. Juga terdapat Patung Sigale-Gale (Patung yang bisa menari) serta desa kecil Tuk-Tuk dan Tomok yang dikelilingi ladang, gereja, dan kuburan eksotik. Pulau ini mudah dijangkau oleh kapal ferri dari Parapat.

Pencemaran lingkungan dan kurangnya kegiatan di danau ini dituding menjadi penyebab merosotnya wisman yang datang. Belum termasuk kesiapan penduduk dalam menerima pengunjung serta kendala akses-nya.

 

Patroli Gajah Diminati
Sementara Tangkahan yang merupakan sebuah kawasan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, justru semakin diminati.

Keistimewaan Tangkahan yang diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang ini merupakan kawasan hutan hujan tropis dengan topografi yang berbukit, Sungai Buluh dan Batang Serangan, dan tebing bercorak di sepanjang sungai.

Untuk menjangkaunya dari Terminal Pinang Baris di Kota Medan, menggunakan bis Pembangunan Semesta langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat.

Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3-4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, kita harus menyeberangi sungai. Sungai Batang Serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit.

Keistimewaan lainnya, banyak kegiatan wisata yang dapat dinikmati di Tangkahan, baik petualangan atau hanya sekadar berenang dan treking di hutan tropis. Terdapat 3 jalur treking di hutan ini, mulai dari soft trekking (untuk anak–anak maupun keluarga) sampai yang bersifat petualangan.

Selain itu patroli gajah masuk ke dalam hutan dengan menunggang gajah-gajah terlatih yang juga digunakan untuk patroli atau melindungi taman nasional dari kegiatan ilegal seperti perburuan, perambahan, dan tentu saja illegal logging.

Berendam di aliran air panas alami di goa yang di dalamnya mengalir air panas di tepi Sungai Buluh, di seberang penginapan Jungle Lodg.

Mandi di air terjun kecil di dekat pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. Tinggal jalan kecekungan sungai sekitar 100 meter untuk mencapai air terjunnya.

Menelusuri gua kelelawar yang dihuni ribuan kelewar hingga menembus pintu gua lainnya. Berarungjeram dengan ban dalam truk yang besar dan telah dipompa atau istilahnya tubing, mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu sambil menikmati pemandangan di tepi sungai bersama pemandu setempat.

“Banjir” turis asing ke Tangkahan sudah nampak terlihat sejak tahun 2008 lalu. Wisman yang menyukai Tangkahan terutama dari Eropa dan Jepang.

Paket yang diminati adalah patroli gajah, yakni keliling kawasan, memasuki hutan dan meyeberangi sungai dengan menunggangi gajah serta bermalam di hutan untuk melihat spesies bintang endemik. Harga paketnya 550 Euro atau sekitar 6 juta rupiah per orang. Biaya itu sudah termasuk untuk makan dan berbagai keperluan lain selama perjalanan dan menginap di dalam hutan.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji & alan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.