Kalau Anda berkunjung ke Aceh, jangan cuma ngupi dan makan Mie Aceh-nya. Coba juga sensasi ayam tangkap-nya yang diracik dengan rempah-renpah dan dedaunan lokal. Nah, kalau di Aceh ayam ditangkapin, beda lagi dengan di Jakarta. Ayamnya justru diterbangin.
Ayam Tangkap sesuai namanya jelas bahan utamanya adalah ayam. Tapi bukan ayam boiler atau ayam negri melainkan ayam kampung yang dipelihara secara alami. Ayam dipotong-potong kecil lalu diberi bumbu seperti bawang putih, lada, kemiri, garam, cabai hijau, dan jahe.
Setelah dibumbui, ayam lalu digoreng sekitar 5–10 menit bersamaan dengan beberapa genggam dedaunan. Daun yang digunakan, di antaranya daun jeruk, dauh kari, potongan daun pandan, dan daun salam koja atau temurui.
Usai masak disajikan bersama dengan daun-daunan tersebut yang menutupi ayam sehingga terlihat ayam sengaja diletakkan di bawah dedaunan. Sepintas seperti tumpukan sampah.
Sebagai pelengkap taburan bawang goreng juga menjadikan aroma ayam tangkap lebih berselera. Untuk mencari potongan ayamnya harus dengan cara diubek-ubek. Mungkin karena potongan ayamnya tidak tertutupi dedaunan seolah sulit ditangkap, membuat masakan ini diberi nama ayam tangkap.
Dedaunan inilah yang menjadi daya tarik hidangan, sekaligus bisa dijadikan sebagai lalapan kering pelengkap potongan ayam. Saat masih hangat, dedaunan ini bercita rasa kering seperti kerupuk.
Tak sulit mencari menu ini Tanah Rencong. Di sejumlah rumah makan sedang dan besar di Banda Aceh dan kota-kota lain di Aceh biasanya menyediakan menu spesial ini. Contohnya di rumah makan seberang Masjid Baiturahim di Uleleu, Banda Aceh harganya Rp 25-Rp 40.000 ribu sesuai besar porsinya. Selain itu di Kedai Ayam Tangkap Cut Dek di daerah Lampineung, Banda Aceh. Harga seporsinya Rp 60.000 karena ukurannya besar.
Di Jakarta antara lain di Rumah Makan Seulawah di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Seporsi ayam tangkapnya berkisar Rp 30.000 ke atas. Sedangkan di Rumah Makan Ayam Tangkap Blang Bintang di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan harganya Rp 38.000 per porsi.
Masakan khas Aceh ini sudah tersebar di beberapa kota dengan nama berbeda. Di Jakarta misalnya dinamai Ayam Tsunami. Dinamakan begitu karena masakan ini biasanya disajikan tak beraturan atau acak-acakan seperti keadaan pascatsunami.
Ayam Terbang
Jika di Aceh ada ayam tangkap. Di Jakarta justru sebaliknya ada ayam terbang alias singkatan dari terasa banget. Yang bikin beda dengan ayam goreng lainnya, dagingnya yang begitu lembut ditambah keharuman dari aroma daging yang diolah dengan bumbu rahasia. Ayam terbangnya ditaburi serundeng.
Kalau Anda sedang berkunjung ke Jakarta dan ingin mencobanya, datang saja ke Warung Ayam Terbang di Jalan Pasar Minggu Nomor 34 B Pancoran, Jakarta Selatan, depan Rumah Sakit Tria Dipa. Bisa dilevery juga lho.
Harganya pun relatif terjangkau. Seporsi ayam terbang goreng/bakar paket paha plus nasi putih, sambal dan irisan mentimun Rp 17.000. Minumnya jus terbang berupa campuran papaya dan buah lainnya Rp 10.000 per gelas. Di samping itu ada juga paket lele terbang Rp 15.000, nasi goreng terbang Rp 15.000, dan bebek goreng/bakar terbang Rp24.000 per paketnya.
Cabangnya ada di Jalan Raya Bogor KM 23 No.24, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tapi ingat ya, habis menikmati kuliner ini, jangan cari ‘ayam’ yang lain.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.