Selama bulan Maret 2013 ini, setidaknya ada tiga (3) gunung aktif yang mengalami peningkatan status bahkan sampai meletus. Ketiga gunung yang berada di tiga pulau berbeda itu adalah Gunung Lokon, Rokatenda, dan Gunung Marapi. Yang menarik, gejolaknya berlangsung dalam waktu berdekatan. Dampaknya, pendakian untuk sementara tidak diperkenankan dan ada ratusan warga yang diungsikan.
Gejolak gunung aktif yang terjadi di bulan Maret 2013, diawali dari pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat. Pada Minggu pagi, (17/3/2013) lalu.
Gunung Marapi yang terletak di dua kabupaten yakni Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, menunjukkan aktivitas vulkanisnya dengan mengeluarkan letusan asap putih setinggi sekitar 200 meter dari kawah puncaknya.
Dampaknya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bukittinggi melarang warga dan para pendaki mendekati gunung ini pada radius 3 kilometer dari puncak gunung.
Menurut Warseno, petugas PVMBG Bukittinggi, peningkatan aktivitas pada gunung tersebut, bukan dipengaruhi gempa bumi yang sering melanda Kota Bukittinggi melainkan karena terkait rentetan peningkatan aktivitas sejak 3 Agustus 2011 lalu.
Sejak peningkatan tersebut, status gunung dinaikkan dari aktif normal menjadi waspada level II. Gunung berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan salah satu gunung aktif di Sumbar yang meletus terakhir kali 2005 silam.
Dalam kondisi aktif normal, gunung yang berdampingan dengan Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek ini menjadi tujuan pendaki dari dalam maupun luar Sumbar.
Aktivitas Marapi saat ini masih fluktuatif, yang artinya kadang meletus, kadang tidak. Karena itu warga dihimbau hati-hati dan pendaki dilarang mendaki gunung ini untuk sementara waktu.
Ratusan Warga Diungsikan
Beberapa hari kemudian, juga pada hari Minggu (24/3/2013), Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali meletus, sekitar pukul 18.00 Wita.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus menjelaskan letusannya itu menyemburkan debu tebal setinggi 50-60 meter yang mengarah ke bagian Barat atau menuju ke Desa Natunglea.
Letusan tersebut, lanjutnya disebabkan gempa guguran yang terus terjadi di Gunung Rokatenda. “Letusan susulan bisa saja terjadi," terangnya.
Untungnya letusan tersebut tidak memakan korban lantaran dua hari sebelum gunung berketinggian 875 mdpl ini meletus, yakni pada Jumat (22/3/2013), 500 warga di dua desa di pulau itu telah diungsikan oleh BPBD Kabupaten Sikka, NTT.
Letusan gunung yang bernama lain Gunung Paluweh ini, kali ini merupakan letusan ketiga, setelah pada Oktober 2012 lalu meletus hingga membuat ribuan warga mengungsi, juga pada Februari 2013 lalu.
Sehari kemudian, Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Pulau Sulawesi, meletus tiga kali pada Senin, (25/3/2013). Letusan pertama terjadi pada pukul 05.10 Wita, disusul 05.12 Wita, dan pukul 07.33 Wita.
Pada letusan pertama disertai dengan bunyi dentuman yang sangat keras. Letusannya mengeluarkan debu vulkanik dan melontarkan material pijar dengan ketinggian mencapai 2 kilometer ke arah Tenggara dan Selatan.
Kepala Pos Pemantau Gunung Lokon dan Mahawu di Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina mengatakan, aktivitas Gunung Lokon masih terjadi. "Saat ini setiap waktu terjadi embusan abu dengan ketinggian fluktuatif 200 hingga 600 meter ke udara. Gempa embusan dengan amplitudo mencapai 47 milimeter masih terus-terusan terekam di alat pemantau," jelasnya.
Kondisi gunung berketinggian 1.580 mdpl ini, saat ini masih berstatus siaga dengan radius aman 2,5 kilometer dari Kawah Tompaluan. Warga dan pendaki dilarang beraktivitas di dekat-dekat kaki gunung ini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara, Hoyke Makarawung, akibat letusan itu debu vulkaniknya bertaburan, pihaknya pun membagikan masker kepada masyarakat Kota Tomohon.
Buat Anda yang berencana mendaki ketiga gunung aktif tersebut dalam waktu dekat, sebaiknya ditunda dulu sampai kondisi gunung itu kembali aktif normal dan diperbolehkan untuk mendaki oleh pihak terkait setempat.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.