Suguhan bermacam budaya lokal salah satunya duel dua orang suku terasing Polahi dan parade sejumlah hewan seperti sapi, kuda, dan anjing berhasil memukau ribuan penonton Carnaval Budaya Multi Etik yang digelar usai pembukaan Festival Pesona Danau Limboto (FPDL) 2017 di sekitar lokasi acara di Pentadio Resort, tepian Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Peserta arak-arakan atau pawai di FPDL kali ini diikuti seluruh kecamatan di Kabupaten Gorontalo.
Masing-masing kecamatan menyuguhkan kekhasan budaya lokal masyarakatnya.
Kecamatan Asparaga misalnya menyuguhkan atraksi beladiri khas Polahi, suku terasing yang mendiami kecamatan di ujung Kabupaten Gorontalo tersebut.
Ada 2 pria dewasa Polahi yang bernampilan bak seorang pendekar sambail membawa parang khas Gorontalo.
Keduanya memperagakan olah beladiri di depan panggung kehormatan di atas tanggul yang menghadap Danau Limboto.
Kecamatan Bilato dan Pulubala menampilkan permainan tradisional setempat bernama Tenggedi atau dalam skala nasional disebut Engrang.
Tenggedi yang ditampilkan baik oleh anak-anak juga orang dewasa. Ada yang memakai bambu dan juga batok kelapa.
Kecamatan Limboto menghadirkan seorang wanita muda cantik yang menjadi model Ratu Tolangohula ditandu sejumlah prajurit. Ratu berparas cantik ini ini pernah memerintah Kerajaan Limboto dengan bijaksana.
Sementara Kecamatan Telaga lain lagi, menampilkan para pemain alat musik Polopalo, yaitu alat musik idiofon yang artinya adalah alat musik yang sumber bunyinya diperoleh dari badannya sendiri.
Polopalo sendiri terbuat dari sebilah bambu kecil yang dibentuk sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan menghasilkan suara yang lantang saat dimainkan.
Cara memainkannya dengan dipukulkan pada lutut atau bagian tubuh lain para pemainnya. Umumnya, instrumen ini dimainkan bersama-sama dalam pertunjukan tari tradisional khas Gorontalo.
Kecamatan Tabongo menyuguhkan Turunani yakni para ibu dan bapak yang memainkan rebana di atas mobil bak terbuka sambil duduk bersila.
Lain lagi dengan Kecamatan Boliyohuto yang dihuni sejumlah masyarakat Jawa, membawakan atraksi Reong Ponorogo.
Sejumlah hewan seperti sapi, kuda, dan anjing pun ikut berkarnaval.
Kecamatan Tibawa dan Limboto Barat misalnya membawa sejumlah Sapi berikut gerobaknya yang dihias sedemikian rupa dengan berbagai hasil kebun seperti tomat, pisang, pepaya, nangka, jagung, kangkung, dan lainnya.
Kecamatan Tibawa dan Limboto Barat misalnya membawa sejumlah Sapi berikut gerobaknya yang dihias sedemikian rupa dengan berbagai hasil kebun seperti tomat, pisang, pepaya, nangka, jagung, kangkung, dan lainnya.
Sementara Kecamatan Talaga Jaya dan Telaga Biru yang menghadirkan bendi dengan kudanya.
Tak kalah menariknya penampilan karnaval karawo dari masing-masing SKPD.
Seluruh SKPD berlomba-lomba menampilan kreasi karawo bertema penyelamatan danau Limboto.
Temanya tercermin lewat konsum-kostum karawo yang digunakan seperti kostum flora dan fauna antara lain burung, ikan, dan maleo berikut telurnya.
Beberapa SKPD lainnya berhasil mencuri perhatian penonton dengan atraksi unik dan nyeleneh.
Sebut saja Satpol PP Kabupaten Gorontalo yang menggelar teatrikal berupa cara-cara mereka menindak para pelanggar Perda, seperti orang mabuk, hewan lepas, hingga pasangan kumpul kebo.
Berdasarkan pantauan langsung TravelPlus Indonesia, peserta karnaval yang ditampilkan terlalu banyak sehingga memakan waktu panjang.
Semestinya dipilih dulu mana peserta pawai yang benar-benar menarik, unik, wah, dan tak sama serta layak untuk tampil.
Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Prof. Zudan Arif Fakhrullo yang membuka secara resmi FPDL 2017 mengapresiasi Pemkab Gorontalo yang kembali menggelar festival ini.
Menurut mantan Penjabat Gubernur Gorontalo ini salah satu bukti Kabupaten Gorontalo seriusan dalam upaya penyelamatan Danau Limboto.
Apalagi kegiatan ini dibarengi dengan pembentukan Satgas Revolusi mental di 53 desa se-Kabupaten Gorontalo.
Apalagi kegiatan ini dibarengi dengan pembentukan Satgas Revolusi mental di 53 desa se-Kabupaten Gorontalo.
“Hebatnya lagi Satgas yang berasal desa ini merupakan satgas gerakan revolusi mental pertama di Indonesia. Semoga ini bisa menjadi model dalam pengembangan satgas di Indonesia,” harap Prof. Zudan.
Pembukaan FPDL 2017 juga dihadiri Bupati Gorontalo Prof. Nelson Pomalingo selaku tuan rumah, Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) M. Iqbal Alamsjah yang mewakili Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Wakil Bupati Gorontalo Idris Rahim, Bupati Pohuwato Syarif Mbuinga, dan sejumlah pejabat lainnya.
Bupati Gorontalo Prof. Nelson Pomalingo menjelaskan pembukaan FPDL ini sengaja dibuat semenarik mungkin dengan Carnaval Budaya Multi etnik sebagai langkah untuk mengajak seluruh masyarakat Gorontalo untuk peduli terhadap kelestarian danau Limboto.
“Tentunya juga untuk pengembangan sektor pariwisata lokal yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di tingkat bawah,” terangnya.
Kepala Biro Hukum & Komunikasi Publik Kemenpar M. Iqbal Alamsjah mengatakan apa yang dilakukan Kabupaten Gorontalo bisa menjadi contoh bagi daerah lain, khususnya daerah yang memiliki danau.
“Festival ini bukan hanya bisa mempromosikan potensi wisata Danau Limboto di Kabupaten Gorontalao khususnya, pun mampu menjaring wisatawan nusantara apalagi ditambah dengan bumbu-bumbu budaya lokal dan adat istiadatnya,” ujarnya.
FPDL 2017 yang mendapat dukungan dari Pesona Indonesia-nya Kemenpar berlangsung 5 hari, sejak 21-25 September.
Usai pembukaan dan Carnaval Budaya Multi Etnik, selanjutnya FPDL 2017 dimeriahkan dengan serangkaian acara menarik seperti Pemilihan Nou dan Uti Gorontalo, pemeran kerajinan lokal dan UMKM, festival kuliner nusantara, perkemahan di tepi danau, dan pameran foto burung-burung migran.
Tak ketinggalan Konferensi Danau Nusantara (KDN) yang dihadiri sejumlah bupati yang memiliki danau, perwakilan dari kementerian terkait, akademisi, dan media.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Sapi dari Kecamatan Tibawa ikut berkarnaval FPDL 2017.
2. Dua pria suku Polahi berduel unjuk kebolehan.
3. Kecamatan Telaga suguhkan Polopalo, alat musik tradisional dari bambu.
4. Beberapa kuda dengan dokar berhias bermacam hasil kebun.
5. Sejumlah peserta memakai kostum bertemakan penyelamatan Danau Limboto.
6. Dua anjing putih turut berpawai.
7. Pembukaan FPDL 2017 oleh para pejabat dengan memukul rebana.
8. Di bawah tanggul, ada sejumlah spanduk bertuliskan ajakan menjaga keberadaan Danau Limboto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.