Hal itu disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Prof. Dr. HM. Ahman Sya yang mewakili Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di acara Musyawarah Raja/Sultan se-Nusantara yang menjadi salah satu acara inti Festival Keraton Nusantara (FKN) XI tahun 2017 di Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, Minggu (17/9).
Keputusan itu diambil bukan karena Indonesia sudah merdeka 72 tahun lebih. “Melainkan karena memang kita dihadapkan pada sesuatu yang ingin mempercepat kesejahteraan bangsa ini,” ujar Ahman Sya lagi.
Pemilihan pariwisata sebagai prioritas pembangunan nasional ini tentunya didasarkan akan potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17 ribu pulau dengan keindahan alam tiada duanya, keanekragaman budaya, suku, dan bahasanya serta jumlah penduduk 250 juta lebih atau nomor 4 terbesar di dunia.
“Jadi ketika Presiden Jokowi menetapkan pariwisata sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional, itu pilihan yang sangat cerdas, sangat tepat, dan pilihan yang memiliki masa depan yang jelas karena kita sudah memiliki potensi pariwisata luar biasa besar,” terang Ahman Sya.
Sebab pariwisata, sambung Ahman Sya merupakan sektor dengan pendekatan atau strategi pembangunan yang mudah menciptakan lapangan kerja atau projob.
“Wisatawan datang pasti dia belanja, pasti dia makan dan minum, dan pasti beli oleh-oleh. Jadi peluang-peluang kerja langsung terbuka,” ujarnya.
Pariwisata ini pun propoor, yang mudah mengentaskan kemiskinan. “Orang yang datang mengeluarkan uang bukan mencari uang,” tegasnya.
Rata-rata pengeluaran uang setiap wisatawan nusantara (wisnus) itu, lanjut Ahman Sya sebesar Rp 1,2 juta per kali perjalanan.
“Saya sekarang sebagai wisnus, dari Jakarta datang ke Cirebon. Pasti pengeluaran saya lebih besar karnea nginap saja tidak cukup 1,2 juta. Tambah transportasi kereta api, tambah makan dan minum,” terangnya.
Sementara spending money untuk per wisatawan mancanegara (wisman) yang datang dari luar negeri ke Indonesia itu 1.200 dolar AS per kali kunjungan atau kurang lebih Rp 15 juta.
“Bayangkan tahun 2015 kita punya 10 juta kunjungan wisman dikali 1.200 dolar AS sudah 12,5 miliar dolar AS,” ungkapnya.
Mencari uang sebesar itu, sambung Ahman Sya bukan pekerjaan mudah. “Tapi dengan pariwisata lingkungan tetap lestari, pendapatan masyarakat meningkat, lapangan kerja terbuka, dan pertumbuhan ekonomi terdorong dengan cepat,” jelasnya.
Bandingkan dengan sektor minyak bumi dan gas yang sekarang semakin menurun.
Menurut Ahman Sya devisa pariwisata dari kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2016 saja yang sebesar 12,5 juta orang sudah mengalahkan minyak bumi dan gas serta batubara, kecuali yang belum terkalahkan itu kelapa sawit.
Artinya devisa yang disumbang dari pariwisata itu sudah nomor dua terbesar buat Indonesia. Yang pertama masih kelapa sawit, ketiga minyak bumi dan gas lalu keempat batu bara.
“Tahun 2017 ini kalau kunjungan wisman tercapai 15 juta orang lalu dikali 1.200 dolar AS maka devisa dari kelapa sawit pasti lewat. Nomor satu penyumbang devisa terbesar buat Indonesia pasti pariwisata,” ungkapnya.
Lalu kenapa tidak dari dulu memprioritaskan pariwisata?
“Karena kita dulu masih terpana dan terbius oleh hebatnya minyak bumi dan gas waktu itu. Padahal itu sumber daya yang tidak bisa diperbaharui, semakin hari bukan semakin banyak tetapi semakin menyusut dan bakal habis,” pungkasnya.
“Karena kita dulu masih terpana dan terbius oleh hebatnya minyak bumi dan gas waktu itu. Padahal itu sumber daya yang tidak bisa diperbaharui, semakin hari bukan semakin banyak tetapi semakin menyusut dan bakal habis,” pungkasnya.
Naskah & foto adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Prof. Dr. HM. Ahman Sya
2. Bersama Sultan Keraton Kasepuhan PRA Arief Natadiningrat menuju Bangsa Pagelaran, Keraton Kasepuhan.
3. Berfoto bersama dengan sang Sultan Kasepuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.