“Oleh karena itu sudah saatnya menjadikan keraton-keraton nusantara bukan hanya sebatas pusat budaya dan penjaga budaya melainkan sebagai destinasi pariwisata di bidang kebudayaan,” kata Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang mewakili Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di acara Musyawarah Raja/Sultan se-Nusantara yang menjadi salah satu acara inti Festival Keraton Nusantara (FKN) XI tahun 2017 di Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, Minggu (17/9).
Sayangnya, sampai saat ini belum banyak keraton di Indonesia yang menjadi destinasi pariwisata.
“Orang luar masih belum banyak yang mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa keraton-keraton nusantara ini. Padahal di keraton ini bukan hanya daya tarik arsitekturnya tetapi juga content-nya dan nilai edukasinya,” tambahnya.
Untuk itu pihak keraton harus bersinergi dengan pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan promosi-promosi tentang keberadaan keraton-keraton nusantara ini agar menjadi destinasi pariwisata yang dapat menjaring wisman sehingga dapat berkontribusi dalam pencapaian target 20 juta wisman tahun 2019.
“Paling tidak menjadi daya tarik bagi wisnus mengingat potensi wisnus kita sangat besar,” akunya.
Menurut Ahman Sya dalam pembangunan pariwisata termasuk pengembangan keraton-keraton nusantara sebagai destinasi pariwisata utama bukan semata menjadi tugas pemeritah, melainkan melibatkan lima unsur pentahelix yang terdiri atas unsur Akedemisi, Bisnis, Government, Community, dan Media atau disingkat ABGCM.
“ABGCM itu harus bisa bergerak bersama-sama untuk membangun dan mengembangkan keraton-keraton nusantara sebagai pusat perubahan bagi pembangunan pariwisata berbasis budaya,” ungkapnya.
Dalam strategi pembangunan pariwisata, keberadaan keraton-keraton nusantara yang merupakan warisan budaya, sangat erat hubungannya dengan pariwisata.
Buktinya wisatawan terutama wisman yang datang ke Indonesia, sebanyak 60 persen karena tertarik dengan budaya.
“Sepanjang keraton-keraton nusantara dengan raja-rajanya ada, saya jamin budaya Indonesia akan tetap terpelihara,” tutup Ahman Sya.
Sultan Sepuh PRA Arief Natadiningrat menjelaskan musyawarah agung para raja/sultan ini diselenggarakan setiapkali penyelenggaraan FKN, dan merupakan salah satu kegiatan inti FKN.
Tujuannya dalam rangka silaturahmi, membahas permasalahan yang ada di keraton, dan juga permasalahan bangsa dan negara ini khususnya di bidang kebudayaan dan pariwisata.
"Bahkan mungkin di bidang ekonomi, ketahanan pangan, dan bidang lainnya, termasuk membahas bagaimana kontribusi keraton-keraton nusantara terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara ini," terang Arief.
"Bahkan mungkin di bidang ekonomi, ketahanan pangan, dan bidang lainnya, termasuk membahas bagaimana kontribusi keraton-keraton nusantara terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara ini," terang Arief.
Biasanya dari musyawarah agung ini menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang akan ditujukan ke pihak terkait.
“Kalau rekomendasinya tentang budaya akan diserahkan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kalau mengenai pariwisata akan diberikan ke Menteri Pariwisata, dan pihak-pihak lainnya,” terang Arief.
Naskah & foto adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan, Kemenpar Prof. Dr. HM. Ahman Syah berfoto bersama Sultan Sepuh PRA Arief Natadiningrat di depan bangunan utama Keraton Kasepuhan.
2. PRA Arief Natadiningrat menjelaskan musyawarah agung raja/sultan nusanatra dan tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.