Sabtu, 02 September 2017

Seni Gembyung Tampil Memukau, Abah Aos Nyawer Dua Kali

Grup Seni Gembyung Al-Muropaqoh Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat tampil memukau di culture event Pekan Pesona Pesantren. Abah Aos pun sampai nyawer dua kali.

Grup Gembyung dari Kampung Unu Nun, Desa Banjar Angsana yang dipimpin Abah Iing (66) ini tampil saat puncak acara Pekan Pesona Pesantren 2017 di Pesantren Sirnarasa, Dusun Ciceuri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada Sabtu (2/9) sore, selepas Ashar.

Abah Iing membawa 10 pemain termasuk dirinya. Semuanya pria dewasa di atas 50 tahun, terdiri atas 9 pemain music Teberang besar dan kecil serta kendang, dan satu orang pelantun shalawatan.

Mereka mengenakan seragam baju koko dan ikat kepala sorban berwarna putih dan celana panjang hitam. Sementara si pelantun sholawat yang berambut gondrong memakai pakaian serba hitam.

Sepintas shalawatan yang dilantunkan terasa asing di telinga lantaran mengunakan lantunan gaya Sunda, ditambah iringan kendang dan tetabuan Terebang besar dan kecil yang terbuat dari kayu aren dan kulit kambing.

Irama lantunannya monoton, begitupun tetabuhannya. Namun karena ekspresi pemain musik sekaligus pelantunnya sangat menjiwai atau pakai rasa sehingga terasa sampai ke relung hati.

Para pengunjung yang terdiri atas para santri Sirnarasa, tamu dan undangan dari dalam dan luar Ciamis, terlihat menikmati.

Begitupun pendiri sekaligus sesepuh Pesantren Sirnarasa, Abah Aos yang duduk di bagian terdepan. Bahkan Abah Aos yang genap berusia 75 tahun bertepatan dengan event ini, sampai nyawer atau memberikan uang kertas secara langsung ke panggung kepada para pemain Gembyung sampai 2 kali.

Melihat Abah Aos begitu menikmati, pembawa acara meminta grup Gembyung ini membawakan satu shalawatan lagi. Total durasi tampilnya sekitar 15 menit.

Usai tampil, Abah Iing menjelaskan bahwa grup Gembyung-nya sudah ada sejak dia masih anak-anak. “Kata para pendahulu, usia grup Gembyung ini sudah 100 tahun lebih,” terangnya.

Ketika ditanya berapa sekali tanggap, Abah Iing mengatakan minimal Rp 1,5 juta untuk wilayah Ciamis dan Tasikmalaya. “Untuk acara ini (Pekan Pesona Pesatren-red) di Sirnarasa, kami ditanggap 1,5 juta rupiah,” akunya.

Kehadiran Seni Gembyung di culture event tahunan yang mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) c.q Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, melalui Asisen Deputi (Asdep) Pengembangan Segmen Pasar Personal ini memberi warna tersendiri.

Sekaligus menjadikan rangkaian acara Pekan Pesona Pesantren 2017 yang bertema “Satu Suara untuk Menyelamatkan Sumber Daya Dunia” ini jadi sangat variatif.

Bukan hanya menyuguhkan acara bernuansa keagamaan, kesehatan, lingkungan, ekonomi, pun pentas seni budaya, salah satunya ya Seni Gembyung yang merupakan seni warisan jaman para wali.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Abah Aos nyawer langsung ke para pemain Seni Gembyung.
2. Para pemain grup Seni Gembyung Al-Murofaqoh dari Kecamtan Panumbangan.
3. Abah Aos menyaksikan suguhan Seni Gembyung di puncak acara Pekan Pesona Pesantren.
4. Grup Gembyung Al-Murofaqoh saat beraksi di atas pangung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.