Pantauan Travelplus Indonesia ribuan manusia mulai berdatangan sejak Sabtu pagi lewat pintu masuk Dieng wilayah Kabupaten Wonosobo, kemudian bergerak memasuki gerbang Dieng wilayah Kabupaten Banjarnegara menuju Kompleks Candi Arjuna yang menjadi venue utama DCF tahun ini.
Selepas Ashar, terlebih seusai Maghrib, jumlah pengunjung yang datang semakin membludak. Lapangan di depan panggung DCF sudah tidak bisa lagi menampung pengunjung, sementara pengunjung yang datang terus mengalir.
Akhirnya ribuan pengunjung tak lagi bisa mendekati gerbang pemeriksaan tiket masuk ke lapangan. Mereka tertahan di jalan.
Banyak pula yang nongkrong di deretan kedai kopi, warung makan, dan jajanan street food sepanjang jalan menuju venue sambil menikmati bermacam makanan dan minuman serba hangat seperti nasi goreng, mie onklok, sate kambing, sosis bakar, jagung manis, jagung bakar, wedang ronde, tempe kempul dan lainnya.
Tak sedikit yang memborong bermacam merchandise DCF seperti t’shirt, tas, dan lainnya serta perlengkapan penghalau dingin seperti jaket, balaklava, sarung tangan, kaos kaki, dan lainnya.
Boleh dibilang hampir seluruh pedagang malam ini tersnyum lebar lantaran dagangannnya laris manis diburu pengunjung.
Di venue, meskipun udara dingin menusuk tulang, ribuan manusia tetap bertahan menikmati suguhan sejumlah musisi dalam acara Akustik Atas Awan setelah acara Sendratari Rambut Gimbal yang dimulai selepas Isya.
Sejumlah pengunjung melepas lampion lebih awal, padahal pesta lampion semulanya akan dilakukan diujung acara setelah acara Akustis Atas Awan.
Langit malam Dieng yang kelam berubah menjadi terang seperti kunang-kunang oleh ratusan lampion.
Kesempatan itu banyak dimanfaatkan pengunjung untuk ber-narsisi ria, berfoto sambil menerbakan lampion atau berlatar lampion yang siap terbang.
Begitupun saat pesta kembang api berlangsung. Langit Dieng terang benderang, amat menawan dan semarak.
Sampai tulisan ini di-publish belum diketahui berapa jumlah pasti pengunjung yang datang pada malam kedua DCF 2017 ini.
Diperkirakan puluhan ribu orang.
Soalnya tiket masuk DCF yang dijual secara online saja sudah ludes terjual sejak bulan Juni atau dua bulan sebelum event berlangsung sebagaimana DCF tahun lalu.
Ketua DCF ke-8 Alif Fauzi menjelaskan tiket masuk DCF tahun ini yang diselenggarakan Komunitas Pokdarwis Dieng Pandawa Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah tanggl 4-6 Agustus 2017 ini sudah habis dipesan di website dieng.id.
Padahal harga tiket untuk tiap orang dipatok Rp 300.000 atau naik Rp 50.000 dari DCF tahun sebelumnya.
Kendati begitu, atensi wisatawan melihat acara ini tetap bahkan semakin tinggi.
Karena itu Alif berani memperkirakan jumlah pengunjung DCF 2017 ini mencapai 120 ribu orang selama festival berlangsung.
DCF 2017 yang mendapat dukungan promosi dan publikasi serta liputan sejumah media online dan blogger dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) lewat Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara ini bukan juga sukses merubah wajah Dieng menjadi lautan manusia, pun membuat sejumlah objek wisata alam dan budaya Dieng semakin berkilau pesona dan namanya.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Dieng berubah jadi laitan manusia gara-gara DCF 2017.
2. Tempe kempul khas Dieng diserbu pengunjung DCF ke-8.
3. Pesta lampion merubah langit malam Dieng tampil cantik.
4. Diperkirakan 120 ribu orang berkunjung selama DCF 2017.
5. Pengunjung DCF berkunjung ke objek wisata Telaga Warna Dieng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.