Selasa, 23 Juli 2024

Lebih Sulit Bikin Lagu Buat Audio Konten Video Apa Tulisan? Ini Jawabannya


Sejak ragam medsos kekinian (reels Instagram dan TikTok) hadir lalu mencuri perhatian dan diminati warganet, selain konten tulisan atau artikel dan foto, sebagai jurnalis dan blogger pariwisata, ekonomi kreatif (ekraf), budaya, dan lingkungan, saya juga konsen membuat konten video antara lain tentang bermacam kegiatan outdoor seperti pendakian gunung, terutama di Tanah Air tercinta ini.

Supaya beda alias punya karakter atau kekhasan tersendiri, konten video yang saya ramu, saya beri audio berupa lagu (tanpa musik) juga karya sendiri.

Sejumlah warganet sampai melontarkan beberapa pertanyaan terkait di kolom komentar konten-konten video yang saya unggah di akun Instagram (IG) saya @adjitropis ataupun di akun TikTok saya @FaktaWisata.id. 

Sekurangnya ada enam pertanyaan yang kerap dilontarkan netizen ke saya. Pertama: "Om Adji, lebih sulit bikin lagu buat audio konten video apa tulisan?". Kedua: "Bagi rahasianya dong biar bisa seproduktif dan sekreatif Om dalam membuat tulisan dan konten video?". 

Pertanyaan ketiga: "Om Adji, kenapa bikin konten video juga dan apa benar klo konten tulisan, video, dan lainnya yang menarik itu bisa nambah followers?". Berikutnya atau pertanyaan yang keempat: "Kenapa lagu Om Adji ngga pake musik?".  

Kelima: "Lagu-lagu Om kan udah banyak banget, kenapa ngga masuk dapur rekaman untuk di-aransemen dan direkam hingga  jadi album?".

Pertanyaan terakhir atau yang keenam; "Apa tujuan dan manfaatnya Om Adji membuat juga konten video selain tulisan dan foto?"

Berdasarkan keenam pertanyaan itu, akhirnya saya memutuskan membuat tulisan ini. Soalnya kalau saya jawab satu-persatu di kolom komentar, terlalu panjang.

Jawaban atas pertanyaan pertama sekaligus menjadi judul tulisan ini, adalah bagi saya lebih sulit membuat lagu untuk audio konten video daripada bikin tulisan/artikel.

Kenapa? Karena membuat tulisan atau artikel yang menarik itu hanya meramu fakta, data, informasi, hasil amatan, dan lainnya. Sedangkan membuat lagu untuk audio konten video, selain meramu fakta, data, informasi, hasil amatan, dan lainnya juga harus meracik nadanya agar menjadi lagu yang menarik (easy listening, komersial, dan original).

Kesulitan lainnya, membuat lagu untuk audio konten video itu durasinya terbatas, dengan kata lain judul dan lirik yang dibuat harus benar-benar tepat dengan pesan yang ingin disampaikan. Sementara tulisan, bisa panjang menjadi beberapa alinea. 

Ditambah lagi, kalau membuat lagu tentu harus dinyanyikan (nah, ini vokalnya apakah sudah sesuai dengan genre lagu itu atau belum).

Intinya lebih ribet bikin lagu ketimbang tulisan/artikel versi saya. Namun keduanya, sama-sama menarik dan menantang (baca: memacu keingintahuan, kecerdasan, dan kreativitas).


Adapun jawaban saya untuk pertanyaan kedua, kiatnya ada tiga. Kiat pertama, teruslah menulis ataupun membuat lagu sesuai yang diminati (apakah senang melakukan pendakian gunung atau kegiatan outdoor lain, suka kulineran atau hal-hal terkait kearifan lokal, lingkungan, budaya, religi, dan lainnya). 

Kiat kedua, banyak membaca, mendengar, mengamati, berinteraksi dan atau berkegiatan di luar ruang agar mendapatkan banyak ide untuk bahan tulisan maupun lagu. Satu lagi atau kiat ketiga, kalau sudah dapat ide tulisan atau lagu, jangan ditunda-tunda, segera tulis/rekam dimanapun berada agar tidak lupa.

Selanjutnya atau jawaban saya untuk pertanyaan ketiga adalah mencoba sesuatu yang baru, mengikuti era kekinian, dimana konten video semakin diminati oleh publik atau warganet.  

Masih untuk pertanyaan yang ketiga, jawabannya adalah benar banget. Buktinya sejak saya buat konten video, followers saya baik di IG maupun di TikTok bertambah meskipun belum sebanyak followers artis atau tokoh publik ternama. Bukan cuma followers, warganet yang nonton konten video saya maupun yang suka atau kasih tanda cinta (❤️) ataupun jempol (👍) juga banyak.

Adapun jawaban saya untuk pertanyaan keempat, simpel saja karena saya tidak pandai memainkan alat musik. Hanya mampu membuat lirik lagu, nadanya, dan menyanyikannya.

Berikutnya atau jawaban saya untuk pertanyaan kelima dari netizen, sampai sekarang memang belum saya ajukan lagu-lagu karya saya ke perusahaan rekaman atau ke pihak-pihak terkait lainnya, masih sebatas untuk diunggah di ragam medsos kekinian saja. Namun jika ada yang berminat (membiayai untuk di-aransemen dan dijadikan album), Insyaallah saya bersedia dengan beberapa catatan tentunya.


Tujuan & Manfaat
Jawaban saya untuk pertanyaan terakhir atau yang keenam dari warganet, tujuan dan manfaatnya pertama adalah berbagi informasi tentang hal-hal yang bermanfaat, terutama terkait sektor kepariwisataan (ragam destinasi maupun kegiatannya); ekraf (kuliner, musik, film dll), kebudayaan (terutama terkait konservasi budaya) dan lingkungan (lebih ke konservasi alam).

Tujuan dan manfaat yang kedua, turut berkontribusi memajukan keempat sektor tersebut.

Terakhir atau tujuan dan manfaat ketiga, 
berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang bermacam kegiatan outdoor yang bermanfaat lebih, seperti pendakian gunung dan lainnya agar publik/warganet tahu, tertarik lalu terinspirasi melakukan hal serupa dengan tetap mengedepankan sikap peduli/ramah lingkungan.
 
Semoga tulisan ini menjawab semua pertanyaan warganet di atas. Semangat berkreativitas yang bermanfaat.

Salam Nanjak Pro Konservasi,
Salam Nanjak Ramah Lingkungan.

Teks & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id

Captions:.
1. Beberapa konten video saya tentang pendakian Gunung Raung dengan lagu karya sendiri sebagai audionya di akun IG @adjitropis.
2. Sejumlah konten video terkait aksi bela Palestina racikan saya di akun TikTok @FaktaWisata.id.
3. Konten-konten video saya tentang pendakian Gunung Dempo dan lainnya juga dengan audio lagu karya sendiri di akun IG @adjitropis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.