Bicara kuliner Sumatra Selatan (Sumsel) memang identik dengan pempek, padahal realitanya tak cuma itu. Karenanya kalau ada yang bertandang ke sana sekalipun untuk pendakian Gunung Dempo, banyak yang beranggapan kurang sempurna, kurang komplit, dan kurang sah kalau belum memburu (mencari, membeli dan menyantap) kuliner yang namanya sudah menasional bahkan mendunia ini ke tempatnya langsung.
Supaya pengalaman perjalanan pendakian kami ke Sumsel berujung sempurna, kami pun melakukan pemburuan kuliner khas Palembang yang konon kabarnya sudah ada sejak abad ke-7 pada zaman Kerajaan Sriwijaya itu.
Pemburuan pertama, kami lakukan sebelum mendaki Gunung Dempo di Pagar Alam, yang berjarak sekitar 7-8 jam berkendara dari Palembang, ibukota Sumsel.
Sehari sebelum nanjak, dari basecamp (BC) Kampung IV di kaki Gunung Dempo, kami turun dengan mobil ke pusat kota Pagar Alam sejauh sekitar 15 Km dengan kondisi jalan menurun berkelok-kelok melewati perkebunan teh di awal perjalanan untuk memburu pempek.
Cukup lama juga mobil yang kami tumpangi putar-putar mencari kedai penjualnya, melewati pasar, dan akhirnya ketemu juga rumah sekaligus kedai yang menjual pempek Palembang. Namanya Pempek Fira yang beralamat di Jalan Neruang Raya, Simpang 3 Prumnas, Nendagung, Kota Pagar Alam. Lokasinya dekat dengan kedai kopi Tropis dan beberapa homestay.
Setibanya di sana, kami langsung pesan aneka pempek (kapal selam, lenjer, adaan, kulit, dan lainnya) yang berukuran mini seharga Rp 1000 per potong dan yang agak sedang Rp 2000 per potong. Beberapa rekan ada juga yang memesan tekwan.
Kami menyantapnya dengan lahap di beranda rumah, sambil duduk di kursi dan beberapa rekan lain duduk di lantai depan. Meski harganya terbilang murah tapi citra rasa pempeknya lumayan enak terlebih setelah digoreng. Ditambah lagi rasa cuko (cuka)-nya mantul, agak kental dan pedas.
Sebelum kembali ke BC, beberapa rekan patungan lagi untuk membeli aneka pempek Fira buat bekal nanjak Dempo.
Keinginan kami menyantap pempek saat pendakian Gunung Dempo, alhamdulillah terwujud. "Nanjak Gunung Dempo kalau nggak bawa bekal pempek, kurang nendang," celetuk salah seorang rekan saat icip-icip pempek di dalam tenda di Pelataran (camp area), usai turun dari puncak gunung berketinggian 3.195 Mdpl tersebut.
Sesudah selesai menggapai atapnya Sumsel, kami berencana mampir lagi ke Pempek Fira. Tapi karena sudah malam turun dari BC ke pusat kota Pagar Alam, jadi batal dan kami langsung ke Palembang.
Keesokan paginya, kami tiba di kota pempek yang terkenal dengan Jembatan Ampera atau Jembatan Musi sebagai ikon landmark-nya. Tujuan memburu kami langsung ke Sentral Kampung Pempek yang berada di 26 Ilir dekat Taman Jeramba Karang dan kantor Walikota, tepatnya di Jalan Mujahidin, Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang.
Di muka jalannya, terbentang semacam gapura dengan dua tiang besi berwarna hijau di kiri dan kanan yang menyangga plang biru muda bertuliskan SELAMAT DATANG (warna merah bagian atas) DI SENTRAL KAMPUNG PEMPEK (warna hitam bagian bawah).
Di sebelah kiri, depan gapura tersebut berdiri sebuah plang biru tua yang memuat nama-nama pedagang pempek yang warung/kedainya berderet di kiri-kanan sepanjang Jalan Mujahidin.
Nama-nama pedagang binaan BRI yang kedai pempeknya terpasang di plang itu adalah Pempek Edy, Pempek Cek Linda 26, Pempek Cek Ida 26, Pempek Novi, Pempek & Model Lala, Pempek Ima, Pempek Ria, Pempek Murni, Pempek Hesty, Pempek Aan, Pempek Dayat, Kerupuk Rajo Salman, Kerupuk & Pakaian Nyanyu, Pempek Wak Abba, dan Pempek Arya.
Kami pun memasuki jalan yang lalu lintas kendaraannya lengang dan pengunjungnya sepi karena masih pagi, lalu menyebar ke kedai pempek yang berbeda alias tidak kumpul di satu kedai dengan tujuan supaya beberapa pedagang di sana kebagian rezeki dengan kehadiran kami.
Beberapa kedai nampak belum buka. Berdasarkan informasi dari salah satu pedagang, rata-rata para pedagang di sini membuka kedai pempeknya mulai jam 7 dan ada juga beberapa yang lebih awal, lalu tutupnya sampai tengah malam.
Saya dan dua rekan mampir ke kedai Pempek Cek Ida 26 dengan memesan tiga porsi pempek dengan harga yang berbeda, yakni porsi 10 ribu berisi 8 potong aneka pempek (kapal selam, lenjer, kulit, adaan, dll); Rp 15 ribu (13 potong), dan 18 ribu (16 potong). Ukurannya pempeknya tidak terlalu besar tapi lebih besar dibanding pempek Fira di Pagar Alam.
Di kedai tersebut juga menjual pempek untuk oleh-oleh ataupun untuk dijual dalam bermacam paket packing ke luar kota Palembang, Jawa, Kalimantan, dan lainnya.
"Selain pempek, di sini juga ada otak-otak, lempok (dodol durian), dan bermacam kerupuk Palembang atau lebih dikenal dengan nama kerupuk kemplang," terang pedagangnya.
Rekan-rekan kami yang lain menyantap pempek, lenggang, mie celor, lontong sayur khas Palembang, dan laksan ikan gabus. Harga seporsinya, masing-masing juga terbilang terjangkau.
Selepas santap, beberapa rekan memborong aneka pempek yang terbuat dari adonan campuran ikan segar (antara lain ikan gabus, tenggiri, kakap merah ataupun ikan belido) dengan sagu yang di-lepekan lalu dibuat menjadi beberapa macam bentuk dan biasanya disajikan bersama cuko pedasnya, serta bermacam kemplang untuk oleh-oleh.
Pukul 8 pagi, suasana di Sentral Kampung Pempek 26 Ilir makin ramai. Pengunjung yang datang bukan cuma warga Palembang dan sekitarnya pun dari luar Sumsel.
Buktinya pagi itu ada sejumlah mobil pribadi yang parkir di tepi Taman Jeramba Karang dan satu bus pariwisata berukuran besar yang membawa rombongan wisatawan dari Jawa dengan tujuan memborong aneka pempek dan kemplang.
Usai memburu kuliner ikonik dan kebanggaan wong kito galo (sebutan bagi warga Palembang) yang sudah berstatus Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia serta pernah masuk nominasi WBTb untuk diajukan ke Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO ini di dua kota yakni Pagar Alam dan Palembang, kami merasa pengalaman perjalanan (tepatnya pendakian) kami ke Gunung Dempo, bukan hanya sempurna, komplit, dan sah pun jadi lebih berkesan.
Naskah & foto : Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Seporsi aneka pempek di Palembang serta semangkuk pempek & seporsi tekwan di Pagar Alam.
2. Menikmati aneka pempek di kedai Pempek Fira, Pagar Alam.
3. Gapura Sentral Kampung Pempek serta plang nama kedai penjual aneka pempek di Sentral kampung pempek dekat dengan Taman Jeramba Karang Palembang.
4. Sarapan pagi dengan aneka pempek di kedai Pempek Cek Ida 26, Sentral Kampung Pempek.
5. Menikmati aneka pempek dan memborong bermacam kemplang atau kerupuk Palembang di Sentral Kampung Pempek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.