Senin, 03 Oktober 2022

Ingin Sukses Rekam Megahnya "Orkestra Alam" Gunung Arjuno? Ini 5 Kiatnya


Mendaki Gunung Arjuno alias Arjuna lalu foto narsis di puncaknya, itu lumrah. Kata anak kekinian, itu std atau standar alias biasa saja. Cobalah tambah dengan sesuatu yang beda, misalnya merekam badai anginnya, pasti bakal menemukan sensasi petualangan tak terlupakan.

Waduh kok, merekam badai angin? Memang ada? Kapan waktunya? Bagaimana caranya?. Mungkin itu sederet pertanyaan yang muncul di benak Anda yang penasaran dan atau belum percaya.

Setelah melihat dan merasakan langsung   saat mendaki Arjuno via jalur pendakian (japen) Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jatim baru-baru ini, TravelPlus Indonesia beranggapan badai angin itu bukan sekadar ada, justru keberadaannya menambah daya tarik (pesona) gunung  berketinggian 3.339 meter diatas permukaan laut (Mdpl) ini.

Jadi gunung berapi berbentuk kerucut yang sudah lama tertidur (istirahat) ini, pesonanya bukan cuma berupa keindahan dan kekhasan panorama alamnya seperti lembah, padang rumput (sabana), aneka floranya seperti edelweiss, cantigi, dan cemara, pun badai anginnya. Boleh dibilang komplit.

Kenapa bisa begitu? Bagi TravelPlus, seperti sudah disebut dalam konten video dan tulisan sebelumnya, badai anginnya menghadirkan atmosfer berbeda, bagaikan orkestra yang mampu menciptakan bermacam simfoni alam nan megah.  Rasanya beruntung kalau berhasil mengabadikannya (merekam/mem-videokannya dengan baik).

Nah, supaya sukses merasakan dan sekaligus mengabadikan "orkesta alam" di Arjuno, tentu diperlukan kiat/strategi tersendiri.

Sekurangnya ada 5 kiat yang dapat Anda terapkan sesuai pengalaman TravelPlus.

Kiat pertama, harus tahu kapan biasanya badai angin di Arjuno itu terjadi dan di jalur pendakian mana saja.

Berdasarkan pendapat beberapa pendaki yang pernah ke Arjuno, termasuk petugas di pos pendakian, angin kencang memang kerap terjadi namun datangnya tidak pasti. Uniknya lagi terjadinya bisa tiba-tiba dengan durasi yang panjang, dan bisa juga tidak terjadi alias bercuaca normal.

Lokasi badai anginnya pun tidak menentu. Kadang di japen A, sebaliknya di sepanjang japen B sama sekali tak berbadai angin. Kadang di lereng, lembah, sabana atau di puncak. 

Bisa juga di semua lokasi tersebut seperti yang TravelPlus alami saat nanjak bareng (nanbar) dengan beberapa pendaki dari Forum Pendaki Gunung Indonesia (FPGI), jelang akhir September 2022 ini.

Jadi sebelum berangkat nanjak Arjuno, sebaiknya kumpulkan informasi terlebih dahulu terkait badai angin dari petugas pos pendakian yang dipilih dan ditambah dari para pendaki yang sudah pernah, agar bank datanya lengkap.

Soalnya Desember tahun lalu, semua jalur pendakian ke Arjuno dan Welirang, baik yang berada di wilayah Kabupaten Pasuruan, Malang, maupun Kota Batu sempat ditutup sementara. Penutupan tersebut bukan lantaran PPKM terkait pandemi Covid-19, melainkan gara-gara cuaca ekstrem berupa hujan dan badai.

Jangan sampai sudah jauh-jauh kesana ingin mengabadikan badai anginnya, justru pendakiannya ditutup sementara. Bila ternyata, kondisi cuacanya ekstrem dan pihak pos pendakian memang melarang melakukan pendakian, sebaiknya diindahkan demi keselamatan.

Kiat kedua, selain siap fisik, siapkan mental jika ingin merasakan sensasi "orkestra alam" khas Arjuno. Artinya jangan kaget, panik, apalagi kabur ketika ada badai angin. 

Usahakan tenang-tenang saja, sambil berdoa, dan sebaiknya hindari berada di bawah pohon besar tua atau rapuh untuk mengantisipasi tertimpa batang atau ranting pohon yang patah/tumbang akibat sapuan angin tersebut.

Berikutnya atau kiat ketiga, biasanya berdoa dulu sebelum memulai pendakian, mohon kepada Sang Maha Pencipta dimudahkan dan dilancarkan dalam merekam "orkestra alam" Arjuno. 

Sebagai pendaki muslim, jangan lupa untuk senantiasa menunaikan salat wajib selama melakukan pendakian. 

Bila ingin sekaligus mendapatkan pahala selama nanjak, iringi saja langkah dengan berzikir dan bershalawat. Misalnya saat melewati trek tanjakan dengan membaca "Allahu Akbar", medan menurun "Subhanallah", melihat pemandangan indah "Masya Allah", dan mendapat kelancaran/kemudahan atau bertemu dengan badai angin yang diincar, seketika mengucap "Alhamdulillah".  


Kiat keempat, siapkan peralatan pendukung untuk merekam "orkestra alam", minimal HP dengan ruang penyimpanan yang cukup dan baterainya penuh. Kalau mau lebih berkualitas lagi, siapkan alat perekam yang lebih canggih, baik itu jenis mickropon, kamera, dan lainnya.

Terakhir atau kiat kelima, cari teman se-pendakian yang asyik dan mendukung tujuan Anda mendaki Arjuno untuk mengabadikan badai anginnya. Jangan sampai rekan pendakian justru bikin susah dan bikin gagal upaya Anda.

Bila berhasil menemukan badai angin di Arjuno, manfaatkan sebaik-baiknya dengan cara merekamnya dari berbagai sudut pengambilan (angle), lokasi/tempat (sesuai keberadaan badai angin tersebut), waktu (pagi, siang, sore bahkan malam), dan moment-nya (saat nge-camp, nanjak, istirahat, salat, di puncak, dll) biar hasilnya lebih variatif.

Setelah itu, raciklah menjadi bermacam konten menarik lalu sebarluaskan lewat ragam medsos seperti IG, FB, YouTube, Tik-Tok, dll agar publik nasional dan internasional tahu dan tertarik datang mendaki Arjuno.

Selamat nanjak dan rekam "orkestra alam" Arjuno, semoga Anda sukses dan beruntung.

Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia

Foto: adji & larissa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.