Setiap Taman Wisata Alam (TWA) pasti punya sesuatu yang menjadi daya tarik wisatawan untuk bertandang. TWA Lejja yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan (Sulsel), contohnya, sampai saat ini masih mengandalkan Sumber Air Panas-nya sebagai daya tarik utama.
"Pemandian air panas memang jadi tujuan dominan wisatawan ke TWA Lejja. Tapi sebenarnya masih ada sejumlah daya tarik lainnya," kata Ir. Thomas Nifinluri selaku Kepala BBKSDA Sulsel kepada TravelPlus Indonesia lewat pesan WA, Minggu (6/9/2020).
Sumber air panas itu berasal dari celah-celah bebatuan. Uniknya airnya air belerang tapi tidak berbau belerang.
Banyak wisatawan meyakini berendam di kolam rendam air panas TWA Jella dapat mengobati rematik, menghilangkan kepenatan serta mengurangi rasa pegal pada betis dan kaki.
Di TWA Lejja ada 4 kolam rendam berukuran besar. Selain itu ada kolam
privasi tertutup 2 unit, privasi tidak tertutup 4 unit berukuran masing-masing 2 x 2 meter.
Selain Sumber Air Panas, wisatawan bisa menikmati pemandangan alam, Sanctuary Anoa, treking, dan lainnya.
Satwa khas Sulawesi yang bisa dilihat di TWA ini antara lain Monyet Sulawesi (Macaca maura), Kuskus Sulawesi dan kadang juga ketemu Tarsius.
Menurut Thomas di Sulsel ada 8 TWA. Selain TWA Lejja, ada TWA Danau Matano, Danau Towuti, Danau Mahalona, Nanggala III, Sidrap, Cani Sirenreng, dan TWA Malino. Ditambah lagi Suaka Margasatwa (SM) Komara dan Taman Buru Komara.
Namun sampai saat ini baru TWA Lejja yang sudah diaktifkan kembali atau reaktivasi untuk kunjungan wisata sejak tanggal 27 Juni 2020.
TWA yang memiliki luas 1.318 hektar ini ditutup sementara untuk mencegah sebaran pandemi Covid-19 sejak 17 Maret 2020.
Kuota atau jumlah kunjungan dalam masa reaktivasi tahap pertama ini maksimal 350 orang dalam site wisata TWA Lejja.
"Silakan datang ke TWA Lejja, nikmati pemandian air panas dan lainnya. lokasinya di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, Sulsel. Cuma sekitar 5 jam dari Makassar yang berjarak ± 200 Km dengan kendaraan roda empat," terang Thomas.
Kepala Seksi (Kasi) Pemanfaatan & Perlindungan (P2) BBKSDA Sulsel Edy Santoso menambahkan kalau TWA Lejja siap terbuka bukan hanya untuk wisatawan lokal (wislok) tapi juga wisatawan nusantara (wisnus) bahkan wisatawan luar negeri atau mancanegara (wisman).
TWA Lejja yang pengelolaan bekerjasama dengan Perusda Kabupaten Soppeng ini karcis masuknya per orang/hari untuk wislok dan wisnus Rp 12.500 pada hari libur dan Rp 10.000 pada hari biasa, ditambah Rp 10.000 untuk mobil dan Rp 5.000 untuk motor.
"Kalau untuk wisman karcis masuknya Rp 150.000 per orang/hari," terang Edy.
Kata Edy, ada 3 rute dari Makassar yang biasa digunakan wisatawam ke TWA Lejja yaitu rute pertama, Makassar-Maros-Pangkep-Barru-Parepare-Sirap-TWA Lejja dengan waktu tempuh sekitar 6 jam.
Rute kedua dari Makassar-Maros-Pangkep-Barru-Buludua-Kota Soppeng-TWA Lejja sekitar 5 jam.
Satu lagi, rute ketiga dari Makassar-Maros-Canda-Kota Soppeng-TWA Lejja, juga sekitar 5 jam.
"Untuk transportasi yang rutin digunakan wisatawan naik mobil sejenis avansa dan panther dengan biaya Rp 125.000 per orang atau bisa juga carter sekitar 700 ribu sekali trip," tambah Edy.
Wisatawan yang ingin bermalam di TWA Lejja pilihannya bisa berkemah atau menginap di bungalow.
"Kami ada bungalow sebanyak 7 unit dengan biaya sewanya Rp 215.000 per hari. Kalau ingin mengadakan meeting, juga ada venue Baruga," jelas Edy.
Wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan penunjang yang diadakan masyarakat sekitar TWA Lejja.
"Kegiatannya antara lain keliling Desa Bulue, ikut panen madu jika lagi musim, membuat makanan tradisional, dan lainnya. Untuk soal makan, wisatawan juga bisa pesan lewat warga, tentunya masakan khas setempat," pungkas Edy.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. BBKSDA Sulsel & TWA Lejja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.