Ketiga taman nasional itu adalah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang berada di Kabupaten Pandeglang, Banten; lalu Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (TN Matalawa) di Sumba, NTT; dan satu lagi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Reaktivasi TNUK, bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional tahun 2020, yakni tanggal 10 Agustus.
Pembukaannya berdasarkan Surat Keputusan Dirjen KSDAE Nomor SK. 164/KSDAE/PJLHK/KSA.3/8/2020 tentang reaktifasi tahap II kawasan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Suaka Margasatwa untuk kunjungan wisata alam dalam kondisi transisi akhir Covid-19.
Di akun resmi Instagram (IG) TNUK @tnujungkulon, Surat Keputusan Dirjen KSDAE tersebut diunggah.
Adminnya mengingatkan kepada seluruh wisatawan dan pengelola wisata yang akan berkunjung ke TNUK untuk mematuhi protokol kunjungan selama masa pandemi Covid-19.
"Selamat menikmati kembali objek wisata TNUK, jaga kebersihannya, jaga konservasinya, dan nikmati keindahannya," pesan adminnya.
Kepala Balai TNUK Anggodo kepada TravelPlus Indonesia menjelaskan kalau seluruh kawasan wisata yang ada di TNUK dibuka untuk kunjungan wisatawan.
"Semuanya dibuka, per 10 Agustus lalu," terangnya lewat pesan WA, Minggu (16/8/2020).
Kalau TNUK dibuka keseluruhan, sedangkan TN Matalawa baru dua objek wisata saja yaitu Air Terjun Lapopu dan Matayangu.
Di akun resmi IG-nya @tamannasional_matalawa dijelaskan saat ini hanya kedua objek wisata itulah yang baru resmi dibuka.
'Untuk objek wisata lainnya belum dibuka ya sobat. Harap sobat kaka menunggu informasi selanjutnya," tulis adminnya.
Sebagai informasi TN Matalawa merupakan penggabungan 2 Taman Nasional sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 yakni Taman Nasional Laiwangi Wanggameti seluas 41.772,18 Ha dan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dengan luas 50.122 Ha.
Di laman tn.matalawa dijelaskan kalau kawasan konservasi ini dihuni ratusan jenis burung yang mana 9 jenis di antaranya merupakan spesies endemik Sumba yaitu rangkong/julang sumba, kakatua jambul jingga, gemak sumba, punai sumba, walik rawamanu, burung madu sumba, myzomela kepala merah, sikatan sumba, dan punggok wangi.
Selain itu, ada puluhan jenis mamalia, puluhan jenis kupu-kupu, amphibi, dan reptilia.
Sementara jenis floranya antara lain Kaduru Bara, Karakaka, Witi malawu, Kaduru, dan lainnya serta sejumlah tanaman unggul antara lain cendana, inju watu, kaduru/nyatoh, horani/suren, dan kesambi.
Di akun resmi IG-nya @gunung_ceremai adminnya menjelaskan kuota harian jalur pendakian Linggajati tersedia 35 tenda di Transit Camp (TC) untuk 69 pendaki, Jalur Linggasana tersedia 33 tenda di TC untuk 65 pendaki, dan Jalur Palutungan tersedia 75 tenda di TC untuk 149 pendaki.
Informasi lengkap kuota harian kemping dan pendakian, protokol kesehatan 'new normal', dan prosedur tetap pendakian bisa dilihat di laman tngciremai.com.
Begitu pun untuk booking pendakian silakan klik laman tersebut pada menu Pendakian Gunung. "Atau klik https://bit.ly/BookingPendakianGunungCiremai pada jam layanan pukul 7 pagi sampai pukul 4 sore," tulis adminnya.
Di unggahan lainnya dijelaskan kalau seluruh wisata alam Gunung Ciremai wilayah Majalengka ditutup sedangkan wilayah Kuningan dibuka.
Wisata alam Gunung Ciremai wilayah Majalengka ditutup mulai 5-18 Agustus 2020. Aktivitas wisata alam tersebut meliputi treking, penyediaan jasa makan-minum, kemping, dan pendakian.
Sedangkan wisata alam gunung Ciremai wilayah Kuningan, tetap dibuka untuk treking dan penyediaan jasa makan-minum.
'Untuk kegiatan kemping dan pendakian selama 2 hari 1 malam mulai 8 Agustus 2020," tulis adminnya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. @tnujungkulon, @tamannasional_matalawa, @gunung_ciremai & adji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.