Acara Seren Taun rutin digelar setiap tahun oleh komunitas masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang. Peminatnya semakin meluas, bukan hanya wisatawan lokal dan nusantara, pun wisatawan mancanegara (wisman).
Hal itu diutarakan Henriana Hatra selaku ketua panitia Seren Taun Kasepuhan Cisungsang 2020 kepada TravelPlus Indonesia, Senin (3/8/2020), bertepatan dengan hari pertama pelaksanaan event tahunan tersebut.
Menurut Nochi panggilan akrab Henriana Hatra di komunitas tersebut, acara Seren Taun Kasepuhan Cisungsang tahun-tahun sebelumnya, juga diminati wisman.
"Kalo wisatawan lokal prediksi saya sekitar 10.000 lebih pada Serem Taun tahun lalu. Angka ini dari stiker yang kita tempel di kendaraan motor atau mobil pengunjung yang datang," jelasnya.
Nochi menjelaskan kalau Kasepuhan Cisungsang merupakan salah satu dari ratusan komunitas masyarakat adat yang ada kaki Gunung Halimun.
"Seluruhnya mencapai 750 komunitas. Kita semua ada di kawasan Gunung Halimun. Namun tentu beda satu sama lain," ungkapnya.
Wisatawan yang datang ke Kasepuhan Cisungsang di luar acara Serem Taun, lanjut Nochi bisa menginap di homestay.
"Aktivitas wisata yang bisa dilihat dan dilakukan wisatawan antara lain wisata budaya tradisional mulai dari kuliner, pertanian tradisional, hutan adat, sawah, dan huma," terangnya.
Sebagai informasi, Cisungsang, terdiri atas dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu ci dan sungsang.
Kata ci adalah singkatan dari cai yang berarti udara. Sedangkan sungsang berarti terbalik atau berlawanan dengan yang seharusnya.
Jadi Cisungsang dapat diartikan udara yang mengalir kembali ke hulu.
Sementara itu dalam Kamus Bahasa Sunda Lama, sungsang merupakan nama yang dapat diubah dan diubah.
Dalam tradisi Sunda, merupakan satu kelaziman menamai suatu tempat dengan mengambil nama sungai atau tanaman yang banyak tumbuh di sekitar tempat tersebut.
Kini, Cisungsang merupakan nama sungai, desa, juga kasepuhan.
Kasepuhan Cisungsang terletak di kaki Gunung Halimun, di dalam wilayah Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak , Provinsi Banten.
Dari Serang, Ibukota Provinsi Banten menuju Desa Cisungsang harus menempuh jarak sepanjang 200 Km, yang setara dengan 5 jam lebih perjalanan.
Dalam tulisan Ria Andayani Somantri dari BPNB Jabar berjudul "Mengenal Kasepuhan Cisungsang di Banten" yang dimuat di website kemendikbud dijelaskan kalau kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di wilayah Kasepuhan Cisungsang adalah angklung buhun, dogdog lojor, sisindiran atau pantun, ngagondang, wayang golek, ujungan, silat baster, rengkong, celempung, karinding, dan betok.
Selain itu masih ada ritual upacara lain yang diselenggarakan masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang, selain Seren Taun.
Misalnya pada tanggal 14, diadakan upacara purnama yang dilaksanakan 12 kali dalam purnama pada tanggal 14; Upacara Ngukus di Padaringan setiap Minggu malam dan Rabu malam; Upacara Prah-prahan, yang dilaksanakan untuk review membuat penolak bala berupa sawen, pada Jumat pertama bulan Muharam; Upacara Rasul Mulud yang dilaksanakan pada hari Senin atau Kamis setelah tanggal 14 pada bulan Mulud; dan Upacara Munar Lembur yang dilaksanakan lima tahun sekali.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. @henriana_hatra_nochi & @kasepuhan_cisungsang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.