Dalam audiensi Kepala Balai KSDA Yogyakarta, M. Wahyudi dengan Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo, Akhid Nuryati, baru-baru ini terungkap potensi keragaman hayati satwa di kawasan Kulon Progo, DIY.
M. Wahyudi menyampaikan Balai KSDA Yogyakarta mendapatkan mandat untuk menjaga dan mengelola kawasan konservasi yang ada di DIY, dan khusus di Kabupaten Kulon Progo kawasan konservasi yang dikelola Balai KSDA Yogyakarta adalah Suaka Margasatwa (SM) Sermo.
"Balai KSDA Yogyakarta juga mendapatkan mandat untuk pelestarian satwa dan ekosistem di luar kawasan konservasi seperti monitoring keberadaan satwa liar di luar kawasan konservasi," terang M. Wahyudi dalam keterangan tertulisnya yang dikirim ke TravelPlus Indonesia, usai beraudiensi di Gedung DPRD Kabupaten Kulon Progo.
Kabupaten Kulon Progo, lanjutnya, juga memiliki potensi kekayaan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang luar biasa.
"Saat ini sedang proses pengusulan Cagar Biosfer Merapi Merbabu Manoreh, yang melintasi Kabupaten Kulon Progo," ungkap M. Wahyudi.
Selain itu, Kulon Progo juga memiliki potensi KEE Karst Menoreh yang sedang berproses dan terdapat juga calon Area Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT) salah satunya kawasan Pesisir Trisik karena tempat mendarat penyu dan juga transit burung migran.
"Upaya konservasi khususnya burung juga terdapat di Kalurahan Jatimulyo dengan Perdes-nya bisa dijadikan model yang bisa dicontoh oleh wilayah lain.” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Balai KSDA Yogyakarta mengajak Akhid Nuryatiturut serta dalam upaya pelestarian satwa di Kulon Progo melalui dukungan dalam penerbitan buku berjudul Burung Migran di Pantai Trisik Kulon Progo dan Jatimulyo, Surga Burung Perbukitan Menoreh.
Akhid Nuryati menyatakan dukungannya terhadap upaya konservasi di Kulon Progo.
“Kulon Progo kaya potensi namun belum ada konsep melindungi. Selama ini lebih cenderung fokus pada pendapatan asli daerah seperti pungutan pajak tambang dan mineral sesuai undang-undang yang berlaku,” ungkap Akhid.
Menurutnya pembahasan konservasi di DPRD Kabupaten Kulon Progo kurang menarik karena sukar dijabarkan dan dianggap menghambat kegiatan ekonomi.
"Misalnya saja adanya program pembangunan di Sermo tidak bisa dilaksanakan karena terkendala status kawasan," bebernya.
Kulon Progo ini, lanjut Akhid memiliki konsep membangun dengan budaya, untuk itu budaya dan wisata dijadikan unggulan dan dikembangkan agar bisa mendatangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat dan bisa meningkatkan PAD Kabupaten Kulon Progo.
"DPRD Kulon Progo berencana mengadakan workshop pada bulan September 2020 yang melibatkan semua anggota dewan, kami minta Balai KSDA Yogyakarta bisa menjadi narasumber untuk memberikan pemahaman konservasi kepada seluruh anggota dewan,” tambah Akhid.
Di ujung audiensi M. Wahyudi yang didampingi Kepala Seksi Konservasi Wilayah I, Untung Suripto bersama tokoh masyarakat Jatimulyo, Anom Sucondro, menyerahkan cindera mata berupa buku Wisata Intelektual karangan Dirjen KSDAE KLHK Ir. Wiratno, serta beberapa buku terbitan Balai KSDA Yogyakarta, plakat, serta produk olahan kelapa "Cryspa" yang merupakan produk dari KTH binaan Balai KSDA Yogyakarta yang ada di Kulon Progo.
Sementara Akhid menyerahkan kepada Kepala Balai KSDA Yogyakarta kain batik khas Kulon Progo.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com
Foto: dok. bksda yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.