Selain penerapan protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability atau CHSE, wisatawan nusantara (wisnus) yang berlibur di Bali akan dimudahkan dengan digitalisasi pariwisata berbasis Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho. Asisten Manager Bank Indonesia menjelaskan, QRIS adalah metode transaksi pembayaran dengan menggunakan scan kode QR yang sudah distandardisasi oleh Bank Indonesia (BI) sehingga seluruh pengguna aplikasi yang menyediakan pembayaran QR dapat bertransaksi di seluruh merchant yang menerima pembayaran QR berbasis QRIS.
QRIS disusun oleh BI dan ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia) yang menggunakan standar internasional EMV Co, yakni lembaga yang menyusun standar internasional QR Code untuk sistem pembayaran.
Selanjutnya setiap penyedia Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) berbasis QR (termasuk PJSP asing) wajib menggunakan QRIS.
Ini diatur dalam ketentuan BI dalam PADG No.21/18/2019 tentang Implementasi Standar Internasional QRIS untuk Pembayaran.
QRIS sebagai kanal pembayaran digital, lanjut Trisno, bisa menjadi solusi untuk membangkitkan sektor pariwisata dalam tatanan kehidupan era baru (new normal) di Bali.
Dengan alat pembayaran transaksi nontunai ini, sambungnya, amat mendukung protokol CHSE karena meminimalkan kontak fisik dalam bertransaksi.
Trisno berharap penggunaan QRIS ini kedepan dapat semakin diperluas hingga destinasi wisata lainnya.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan kesiapan Bali untuk membuka sektor pariwisata dilakukan secara bertahap pada 9 Juli 2020 untuk wisatawan lokal Bali dan pada 31 Juli 2020 untuk wisnus dan rencananya pada Septermber 2020 akan di buka untuk wisman atau wisatawan mancanegara.
“Kami memberanikan diri menjalankan ini selektif secara bertahap. Harapan kita, jangan sampai kita buka besok muncul kasus baru yang mencoreng citra pariwisata Bali. Butuh dukungan semua pemangku dan pelaku pariwisata,” pesannya.
Koster mengimbau hotel-hotel dan pelaku usaha, dapat menjalankan aktivitasnya kembali.
“Mudah-mudahan pada kuartal ketiga tahun ini sektor parwisata di sini sudah membaik. Aktivitas perekonomian bisa didukung penuh khususnya untuk mengairahkan pariwisata dan infrastruktur Bali,” harapnya.
Saat deklarasi, hadir pula Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana, Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Kurnia Dewantara, dan Kapolda Bali Irjen. Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose.
Luhut dalam sambutannya mengatakan sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu bidang yang sangat diperhatikan pemerintah. Lantaran dianggap bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak dan menjadi menyumbang devisa yang besar bagi negara.
“Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang nyata bagi seluruh sektor, terutama bagi sektor pariwisata. Sekarang perekonomian sudah mulai dipulihkan. Dan hari ini sangat bersejarah karena kita membuka kembali sektor pariwisata Bali. Dengan mempertimbangkan berapa jumlah orang yang positif, berapa banyak zona hijau. Bukan asal membuka,” terangnya.
Luhut menekankan kepada semua stakeholder pariwisata di Bali akan pentingnya kerja sama dan kedisiplinan untuk menerapkan protokol kesehatan.
“Bali hampir semua sudah zona hijau, dan tidak ada zona merah. Kerja sama antara kita penting. Kita harus membangun team kerja untuk itu, protokol kesehatan tidak bisa ditawar,” ujarnya.
Wishnutama mengapresiasi masyarakat dan Pemerintah Provinsi Bali karena tetap optimistis dan berpikir positif untuk tetap membangun pariwisatanya ke depan.
“Kini, Bali telah siap mengimplementasikan protokol kesehatan pada tatanan era baru. Karena itu, saya sangat berbahagia karena besok pariwisata Bali siap menyambut wisatawan nusantara kembali. Kami juga mengapresiasi langkah Bank Indonesia dalam penerapan digitalisasi di kawasan destinasi wisata berbasis QRIS,” ujarnya.
Pihaknya, lanjut Wishnutama, memberikan pendampingan mulai dari persiapan hingga pembukaan kembali destinasi wisata di Bali.
Tujuannya untuk menguatkan program Sapta Pesona dan Revitalisasi Amenitasnya.
Selain itu, memberikan berbagai fasilitas di antaranya alat pendukung kebersihan, kesehatan, dan keamanan.
“Mari bersama-sama menjalankan penerapan protokol CHSE dengan sebaik mungkin untuk menciptakan rasa aman bagi wisatawan dan yakin dengan destinasi wisata kita,” imbaunya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. birkom kemenparekraf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.