Homestay salah satu jenis akomodasi yang diminati traveller dan backpacker, dengan kata lain pangsa-pasarnya ada dan jelas.
Belakangan ini semakin banyak masyarakat yang tertarik membuka homestay seiring dengan hadirnya daya tarik wisata di daerahnya baik itu berupa desa wisata, obyek wisata, atraksi wisata, dan lainnya.
Ada yang sukses dan terus bertahan karena banyak peminatnya, ada pula yang sepi akhirnya tutup.
Nah, supaya usaha dibidang penginapan satu ini digandrungi traveller hingga meraup untung, diperlukan kiat tersendiri.
Menurut Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Lokot Ahmad Enda kiat sukses membuat homestay, salah satunya punya daya tarik wisata di daerah atau di dekat wilayahnya.
"Daya tarik wisata itulah yang membuat wisatawan datang ke daerah itu, kemudian mereka membutuhkan penginapan antara lain homestay," terang Lokot di sela-sela acara Focus Group Discussion(FGD) Dalam Rangka Fasilitasi Pengembangan Destinasi Wilayah Barat Area III yang digelar Kemenpar melalui Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional 1, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata di Hotel Unigraha, Pangkalan Kerinci, Ibukota Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Kamis, 4 Juli 2019.
Lokot mencontohkan gelombang Bono di Sungai Kampar, Teluk Meranti, Pelalawan merupakan daya tarik wisata spesial yang berhasil menarik perhatian para surfer dari mancanegara untuk bertandang.
Kehadiran para peselancar Bono di Teluk Meranti dalam jangka waktu tertentu akhirnya membuat warga setempat berinisiatif menjadikan tempat tinggalnya sekaligus sebagai homestay.
"Selagi masih ada Bono dan para surfer mancanegara terus berdatangan, usaha homestay masyarakat di Teluk Meranti akan tetap hidup," tambah Lokot.
Budi Setiawan, dosen Politeknik Pariwisata Sahid-Jakarta yang menjadi narasumber (narsum) utama FGD ini memberikan kiat lain jika ingin meraup untung berbisnis homestay, salah satunya dengan membuat paket tur yang dipadukan dengan bermalam di homestay.
"Biar dapat untung sebaiknya dijual dalam bentuk paket tur misalnya Rp 250 ribu, sudah termasuk inap 1 malam di homestay, makan, dan tur lihat sunset atau memancing, dan lainnya sesuai dengan daya tarik yang dimiliki daerahnya," ungkapnya.
Budi pun menyarankan agar memberi nama homestay, menu makanan dan lainnya yang unik.
"Kasih nama yang nyeleneh, jangan yang datar-datar biar wisatawan tertarik dan penasaran," ujarnya.
Kuliner yang disuguhkan sebaiknya mengutamakan makanan lokal yang khas dengan penyajian yang menarik. "Intinya kreatif dan harus higenis," tambahnya.
Kiat lainnya, senantiasa sadar wisata dengan mengindahkan 7 unsur Sapta Pesona yakni aman, tertib, bersih, indah, sejuk, ramah, dan kenangan agar tamu betah dan ingin kembali bermalam di homestay lagi.
Tak lupa mempromosikan homestay lewat beragam media, salah satunya media sosial agar semakin dikenal luas.
"Kalau ada artis yang datang dan menginap, fotolah dan pajang di dinding homestay sebagai bahan promosi juga," tambahnya.
Saat berkumpul dengan pengunjung di ruang tamu, tuan rumah sedapat mungkin bercerita tentang daya tarik wisata yang ada di daerahnya, misalnya soal Bono, asal usul nama Sungai Kampar, dan lainnya agar tercipta suasana kekeluargaan.
Di ujung FGD, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pelalawan Andi Yuliandri berpesan kepada peserta yang mengikuti FGD ini untuk mengambil dan mengaplikasikan ilmu dan wawasan yang sudah disampaikan Lokot dan Budi.
"Apa yang utarakan narsum soal pengelolaan homestay sebaiknya diterapkan untuk memajukan pariwisata di daerahnya sehingga usaha homestay bisa memuaskan wisatawan sehingga meningkatkan perekonomian warga," imbaunya.
Data dari Disbudparpora Pelalawan, saat ini ada sekitar 19 homestay di Teluk Meranti, Pelalawan, Ukui, dan Pangkalan Kuras dengan tarif mulai dari Rp 75 ribu per malam.
FGD pengelolaan homestay yang dibuka secara resmi oleh Admonadi selaku Asisten Administrasi Bidang Pembangunan Kabupaten Pelalawan yang mewakili bupati ini diikuti 40 peserta, terdiri atas para pengelola homestay, kelompok sadar wisata (pokdarwis), dan lainnya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Narsum dan peserta Focus Group Discussion (FGD) Dalam Rangka Fasilitasi Pengembangan Destinasi Wilayah Barat Area III yang digelar Kemenpar di Kabupaten Pelalawan, Kamis (4/7/2019).
2. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar, Lokot Ahmad Enda menyampaikan pengarahan.
3. Admonadi selaku Asisten Administrasi Bidang Pembangunan Kabupaten Pelalawan ketika membuka secara resmi FGD mewakili bupati.
4. Dosen Poltekpar Sahid-Jakarta Budi Setiawan saat menyampaikan materi pengelolaan homestay dengan moderator Kabid Destinasi Regonal I Area III, Kemenpar Ramlan Kamarullah.
5. Kepala Disbudparpora Kabupaten Pelalawan Andi Yuliandri saat menutup FGD.
6. Salah satu homestay di Kabupaten Pelalawan. (Dok. Disbudparpora Pelalawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.