Minggu, 07 Juli 2019

Ayo Berwisata Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto Usai Ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO

Berwisata ke Kota Sawalunto, Sumatera Barat (Sumbar) sekarang ini terasa bernilai lebih. Soalnya Warisan Tambang Batubara Ombilin-nya baru saja ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada gelaran Sesi ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia di Kota Baku, Azerbaijan, 6 Juli 2019.

Penetapan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai warisan dunia tersebut disaksikan oleh Duta Besar LBBP RI untuk Republik Azerbaijan Prof. Dr. H. Husnan Bey Fananie, MA didampingi oleh Deputi Wakil Tetap RI untuk UNESCO Prof. DR. Surya Rosa Putra, Walikota Sawahlunto Deri Asta, dan delegasi lainnya.

Nah, kalau Anda berniat berwisata ke Sawahlunto untuk melihat wajah warisan dunianya itu, tak ada salahnya bawa bekal tulisan TravelPlus Indonesia berikut ini.

Dulu Sawahlunto merupakan kota tambang satu-satunya di Sumbar dengan hadirnya pertambangan batubara yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1892.

Setelah ditemukan batubara di Sawahlunto pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, dia kemudian mengajukan kepada pemerintah Belanda untuk menambang batubara di daerah ini untuk pasokan industri dan transportasi saat itu.

Sejak itu para arkeolog berdatang ke daerah ini dan Belanda akhirnya mengusai daerah ini pada 1876.

Setelah Indonesia merdeka, pertambangan dikelola negara dengan nama PT. Tambang Batubara Ombilin (TBO).

TBO kemudian dilikuidasi menjadi anak dari PTBA (Bukit Asam) yang terdapat di Sumatra Selatan. Dan sejak reformasi bergulir, tambang rakyat pun marak di daerah ini.

Rakyat merasa berhak pula untuk melakukan pertambangan. Kini setelah cadangan batubara kian menyusut, masyarakat dan pemerintah mencari alternatif untuk mendapatkan pendapatan di luar tambang.

Akhirnya Walikota Sawahlunto Ir. Amran Nur ketika itu mengambil langkah jitu dengan membangun sektor pariwisata sebagai solusi yang tepat.

Bekas lubang dan galian tambang pun disulap menjadi obyek wisata. Begitupun dengan bangunan tua dan bersejarah peninggalan Belanda.

Ditambah dengan pembangunan obyek wisata buatan baru. Sejak itu Kota Sawahlunto benar-benar menjadikan pariwisata sebagai andalannya.

Sederet obyek wisata yang erat kaitaannya dengan tambang batubara di kota ini yang patut Anda sambangi antara lain Lubang Soero dan Gedung Info Box, Kereta Api Wisata Mak Itam dengan Lubang Kalam 800 meter, Gudang Ransum, Bangunan Tua dan Bersejarah serta Meseum Kereta Api.

Lubang Soero merupakan lubang tambang barubara pertama di Sawahlunto pada 1898. Lubang ini dibuka para buruh paksa (orang rantai) yang dikomandoi Mbah Soero, seorang mandor pekerja tambang yang disegani oleh Pemerintah Belanda dan namanya diabadikan untuk lubang tambang bersejarah ini.

Panjang lubang ini mencapai ratusan dengan dua pintu angin. Pada tahun 1932 lubang ini ditutup dengan alasan tingginya rembasan air.

Pada 2007 lubang ini dibuka kembali oleh Pemkot Sawahlunto dengan tujuan sebagai obyek wisata dengan nama Lubang Soero.

Buat Anda yang suka petualangan dan ingin mempelajari cara menambang, di sinilah tempatnya.

Berikutnya Info Box, yakni gedung pusat informasi sejarah tambang batubara Sawahlunto yang masih satu wilayah dengan wisata Lubang Tambang Mbah Soero.

Dulunya gedung ini adalah tempat stock field (penumpukan batu bara) yang digali dari Lubang Tambang Mbah Soero.

Sekarang gedung ini berisi foto-foto sejarah pertambangan batubara yang sangat lengkap dan alat-alat pertambangan antik.

Selanjutnya Anda datangi sejumlah bangunan tua dan bersejarah yang arsitekturnya masih terjaga, antara lain Hotel Heritage Ombilin.

Pada tahun 1945-1949 gedung ini beralih fungsi menjadi asrama tentara Belanda dan tahun 1970an sempat menjadi kantor polisi militer Kota Sawahlunto.

Sekarang gedung ini kembali menjadi hotel untuk wisatawan yang berkunjung ke Sawahlunto. Arsitekturnya tetap seperti dulu kala bergaya Belanda.

Ada juga Gedung Kantor PT Ombilin yang dibangun tahun 1916 dengan nama "Ombilin Meinen". Sampai saat ini berfungsi sebagai kantor pertambangan. Letaknya di Jl. M. Yamin, Kelurahan Pasar.

Selain itu Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto yang berisi Sejarah dari Kebudayaan yang ada di Kota Sawahlunto.

Bangunan yang berdiri tahun 1910 ini dulu bernama "gluck auf" sebagai gedung pertemuan (societeit) atau tempat pejabat kolonial berkumpul, minum, berdansa, dan beryanyi.

Bangunan ini juga pernah menjadi Rumah Bola yang dipergunakan sebagai tempat bermain bowling. Berlokasi di Jl. A. Yani No. 49.

Sejumlah bangunan tua di kawasan Saringan yang didirikan tahun 1900 juga menarik untuk Anda kunjungi.

Di kawasan ini batubara diproses sebelum dibawa ke Teluk Bayur dengan menggunakan gerbong kereta api. Gedung Pegadaian yang dibangun tahun 1917 merupakan salah satu bangunan tua yang berada di lingkungan pusat perdagangan.

Anda juga harus ke Museum Ransoem atau disebut juga Gudang Ransoem yang dulunya berfungsi sebagai dapur umum tempat memasak makanan bagi pekerja tambang yang jumlahnya ribuan.

Di sinilah dulunya tempat ibu-ibu memasak kayak dapur umum.

Kini gedung ini menjadi museum, Anda bisa melihat ragam koleksinya berupa alat-alat memasak antik seperti wajan dan tempat menanak nasi berukuran raksasa, tungku raksasa yang dibuat tahun 1894, dan lainnya.

Selain itu ada perlengkapan kerja orang rantai atau buruh paksa di tambang batubara masa penjajahan Belanda di kota ini.

Teruskan ke Museum Kereta Api Sawahlunto yang merupakan museum kereta api kedua setelah Museum Kereta Api Ambarawa.

Di museum ini Anda bisa melihat koleksi bermacam bentuk kereta api dari zaman Belanda baik foto, maket maupun kereta aslinya.

Selain itu ada peralatan lokomotif tua, lampu-lampu antik yang digunakan para pekerja pembangunan terowongan kereta api, dan foto-foto bersejarah.

Kereta-kereta api yang dikoleksi itu dulunya menjadi alat transportasi pengangkut batu bara di Sawahlunto.

Satu lagi, Anda harus mencoba naik Mak Itam, julukan buat kereta api lokomotif antik peninggalan Belanda berbahan bakar batubara yang kini berfungsi sebagai kereta api wisata di Sawahlunto.

Mak Itam beroperasi setiap hari Minggu, dengan rute Sawahlunto-Muarakalaban-Sawahlunto dengan waktu tempuh sekitar 1 jam pulang pergi.

Kereta ini akan memasuki Lubang Kalam yakni terowongan sejauh 800 meter yang membelah bukit. Terowongan ini dikerjakan oleh orang-orang hukuman yang dipekerjakan secara paksa pada masa pemerintahan Belanda pada Oktober 1892 hingga Januari 1894.

Sebaiknya Anda catat jadualnya, kereta api ini berangkat dari Padang Panjang pukul 8.30, melewati pinggiran Danau Singkarak yang berpanorama indah dan berakhir di Kota Sawahlunto. Lalu kembali berangkat menuju Padang Panjang dari Sawahlunto pada pukul 14.30.

Oiya, Mak Itam sempat ‘merantau’ ke museum kereta api Ambarawa dan sekitar tahun 2003 kembali mudik ke Sawahlunto.

Terus saja ke Rumah Fak Sin Kek yang memiliki unsur ornamen yang dipengaruhi motif-motif Cina. Gedung ini milik pribadi kebangsaan Cina yang bernama Fak Sin Kek yang dibangun tahun 1906. Lokasinya di Jalan M. Yamin, Kelurahan Pasar, Kota Sawahlunto.

Lanjut ke Sekolah Santa Lusia, bangunan gedung SD Kristen ini didirikan pada tahun 1920. Dulunya sekolah untuk anak-anak Belanda.

Sempat diserahkan kepada misi Gereja Katolik dan selanjutnya diserahkan kepada Yayasan Prayoga Padang sampai sekarang dan sekarang menjadi SD Kristen. Letaknya di Jl. Yos Sudarso, Sawahlunto.

Jangan lupa ke Masjid Agung Nurul Islam, dulunya merupakan sentral listrik PLTU yang dibangun tahun 1894.

Di bawah bangunan ini terdapat bungker yang dipergunakan para pejuang kemerdekaan sebagai gudang senjata. Pada tahun 1930 bangunan ini dijadikan masjid.

Di kota berbentuk wajan ini juga ada Makam Prof.MR.H Muhammad Yamin merupakan salah seorang putra terbaik bangsa Indonesia yang dilahirkan dan dimakamkan di Talawi, Kota Sawahlunto.

Itulah sederet obyek wisata yang kini menjadi Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto berstatus Warisan Dunia UNESCO, yang patut Anda kunjungi dan nikmati.

Saat deposit batubara di Sawahlunto melimpah, dia menjadi primadona. Setelah masa jayanya habis, pariwisatalah yang mengantikannya.

Untungnya pemerintah dan warga setempat cepat sadar bahwa tambang tak bisa selamanya jadi tumpuan. Pariwisatalah yang menjadi harapan kini dan nanti.

Buktinya selain bangunan-bangunan bernilai sejarah itu yang kemudian menjadi daya tarik wisata, Pemkot Sawahlunto juga membangun sejumlah obyek wisata buatan untuk menjaring wisatawan ke kotanya.

Sebut saja Water Boom Sawahlunto di Muara Kalaban, sekitar 6 Km dan pusat Kota Sawahlunto. Di sini Anda dapat ber-flying fox, berenang, dan berseluncur.

Ada juga Danau Kandih yang dulunya bekas galian tambang batubara lalu disulap menajdi obyek wisara air yang dilengkapi berbagai pemainan air seperti banana boat, canoe, perahu karet, dan bebek kayuh.

Tak ketinggalan Taman Safari Mini atau kebun binatang seluas 40 hektare yang ada di Sawahlunto. Di sini Anda juga bisa menunggang gajah keliling lokasi.

Sawahlunto juga memiliki Lapangan Pacuan Kuda Bukit Kandih yang setiap tahunnya menjadi venue lomba pacuan kuda serta arena road race seluas 10 hektare dengan track lintasan beraspal hotmix sepanjang 1,2 km dan telah berstandar nasional.

Saat Anda berada di objek-objek wisata bernilai sejarah maupun wisata buatan yang ada di Sawahlunto seperti tersebut di atas, jangan lupa foto diri atau selfie berlatar masing-masing objek tersebut atau buat juga video (vlog) lalu unggah semuanya dengan captions menarik dan informatif di akun medsos Anda, entah itu FB, Twitter, Instagram, dan youtube ataupun semuanya.

Kota Sawahlunto hanya berjarak 95 Km dari Kota Padang, Ibukota Sumbar. Anda bisa menempuhnya tak lebih dari 2 jam dengan kendaraan roda empat.

Biar kunjungan Anda ke Sawahlunto praktis dan memberi pengalaman berkesan, Anda bisa mengurus sendiri secara digital sebagai ciri Anda termasuk “Millennial Traveller" di era "Millennial Tourism“ dengan menggunakan teknologi digital (digital experience).

Secara online, Anda bisa memesan tiket pesawat dari kota asal Anda ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang, Sumbar, pesan rental car dari BIM ke Sawahlunto, dan juga penginapan di Sawahlunto.

Bila Anda masih memerlukan informasi detil mengenai objek-objek wisata maupun calendar of events di Sawahlunto bisa mengakses IG @sawahluntotourism.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Kereta Api Wisata Mak Itam dengan Lubang Kalam 800 meter di Kota Sawahlunto, Sumbar. Jangan lupa selfie di Mak Itam lalu unggah di medsos Anda.
2. Salah satu bangunan tua dan bersejarah peninggalan Belanda di Sawahlunto.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.