Senin, 04 Maret 2019

Gelaran Perdana Sukses, Junjung Sirih Art Festival Bakal Jadi Culture Event Tahunan

Mengangkat tema ‘Mahambek Suluah Ka Padam', even budaya berlabel Junjung Sirih Art Festival sukses digelar selama 3 hari, 1-3 Maret 2019 di Nagari Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

"Mahambek berarti menghambat/memperlambat. Sedangkan Suluah ka Padam bermakna suluh/obor yang hendak padam. Bila disatukan maksudnya menjaga budaya lokal dari gempuran budaya asing yang dikhawatirkan akan menggerus budaya tradisi asli masyarakat Minagkabau terutama yang berdiam di dua nagari, Paninggahan dan Muaro Pingai di Kabupaten Solok," terang Andre Erawan selaku ketua pelaksana Junjung Sirih Art Festival (JAF) kepada TravelPlus Indonesia, Senin (4/3).

Jadi tujuan JAF ini, lanjut Andre untuk menumbuhkan kembali budaya dan adat tradisi yang ada di Junjung Sirih itu agar tidak punah.

Andre menjelaskan pada hari pertama JAF 2019 yang digelar ikatan mahasiswa dan juga pemuda Junjung Sirih serta didukung pemda setempat ini dimeriahkan dengan pawai budaya.

Salah satu peserta pawai budaya dari Jorong Kampuang Tangah misalnya menampilkan arak-arakan Pawai Adat berjudul 'Maantaan Bubua Gadang'.

"Itu merupakan tradisi mengantar makanan berbahan ketan yang sudah dimasak dan disajikan berbentuk seperti tumpeng besar setengah lingkaran. Biasanya tradisi ini dilakukan ketika tunangan. Pihak wanita terlebih dahulu mengantarkan bubua gadang kepada pihak laki-laki calon pendampingnya. Ya kalau di Jakarta biasanya orang bertukar cincin," terang Andre.

Di hari kedua diisi dengan penampilan bermacam seni antara lain pencak silat khas Minang.

"Dalam atraksinya ada juga pesilat yang menyemburkan api dari mulutnya sebagai atraksi tambahan," ungkap Andre.

Pada hari ketiga, ada Festival Malamang yang diikuti warga.

"Malamang itu cara memasak beras ketan yang dicampur dengan santan kelapa. Cara memasaknya menggunakan bambu yang dipanggang di atas bara api," terang Andre.

Setelah matang, beras ketan dalam bambu yang dipanggang itu disuguhkan kepada para tamu dan warga yang datang pada malam terakhir JAF.

"Biasanya dimakannya dengan pisang atau  bisa juga durian," tambah Andre.

Malam pada hari terakhir ada panggung seni dan juga hiburan yang menampilkan beberapa artis Minang yang berasal dari Kecamatan Junjung Sirih.

Kata Andre, ide penyelenggaraan JAF perdana ini bermula dari 5 orang mahasiswa yang peduli akan keberadaan budaya yang ada di Kecamatan Junjung Sirih.

"Seiring berjalannya waktu, kami dibantu para pemuda yang ada di kecamatan. Sementara pemda hanya men-support dengan memfasilitasi kami sound system untuk menunjang acara. Jadi kami tidak menggunakan Event Organizer. Kepanitiaan yang melaksanakan JAF ini hanya mahasiswa dan pemuda Kecamatan Junjung Sirih," ungkapnya.

Dalam kesempatan ini, panitia pelaksana mengucapkan terimakasih atas suksesnya JAF perdana ini, terutama kepada masyarakat, Wali Nagari, Kerapatan Adat Nagari, pemerintah daerah serta sejumlah pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil.

"Kedepan, kami berharap culture event ini bisa berlanjut menjadi even tahunan dan terlaksana lebih baik lagi," harapnya.

Andre mengakui JAF 2019 ini belum bisa menjaring wisnus dalam jumlah besar apalagi wisman.

"JAF kali pertama ini masih bersifat memberikan hiburan kepada masyarakat sekitar dan wisatawan lokal. Ke depan dengan promosi yang lebih gencar lagi, kami pun berharap JAF bisa mendatangkan wisatawan baik wisnus maupun wisman," ungkapnya.

Menurut Andre, tak sulit menjangkau Nagari Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih yang menjadi lokasi JAF.

"Bila dari Kota Padang, wisatawan yang datang melalui Bandara Internasional Minangkabau bisa naik mobil travel langsung ke Paninggahan dengan ongkos sekitar Rp 100 ribu per orang. Bisa juga dengan angkutan umum ataupun mobil travel dari berbagai kota di Sumatera," terangnya.

Untuk urusan menginap, lanjut Andre sampai sekarang memang belum ada homestay di Paninggahan.

"Penginapan atau hotel cuma ada di Kota Solok dengan tarif antara lain sebesar Rp 300 ribu per malam. Jarak dari Kota Solok ke Paninggahan sekitar 20 Km, bisa naik angkutan dengan ongkos Rp 20 ribu per orang," terang Andre.

Objek wisata yang bisa dilihat wisatawan usai menyaksikan rangkaian acara JAF antara lain Puncak Gagoan.

"Puncak itu berupa sebuah tebing curam nan indah, dari atapnya bisa menikmati Bukit Barisan berselimut hutan, udara sejuk, dan juga mengabadikan pesona Danau Singkarak," pungkas Andre.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. JAF 2019/@junjungsirih_artfestival

Captions:
1. Ibu-ibu memasak berasa ketan dalam bambu dalam Festival Malamang yang menjadi salah satu acara Junjung Sirih Art Festival (JAF) 2019.
2. Salah satu peserta pawai budaya dalam JAF 2019 dari Jorong Kampuang Tangah menampilkan arak-arakan Pawai Adat berjudul 'Maantaan Bubua Gadang'.
3. Sejumlah ibu menyiapkan malamang.
4. Pesilat menyemburkan api sebagai atraksi tambahan dalam atraksi pencak silat khas Minang di JAF 2019.
5. Wisatawan menikmati pesona hutan Bukit Barisan dari Puncak Gagoan di Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih, Solok, Sumbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.