Ada tiga jalur umum pendakian ke puncak Gunung Tampomas. Masing-masing punya kelebihan tersendiri. Kalau mau puas, sebaiknya melakukan pendakian lintas jalur, yakni mendaki dan menuruninya lewat jalur berbeda.
Ketiga jalur pendakian ke puncak Gunung Tampomas yang berada di sebelah Utara Kota Sumedang, Jawa Barat itu adalah Jalur Cibeurem, Narimbang, dan Jalur Buahdua.
Lantaran ingin mendapatkan kepuasan itu, saya pun memilih melakukan pendakian lintas jalur gunung berketinggian 1.684 Mdpl itu, lewat dua jalur berbeda yakni mendaki dari Cibeurem dan turunnya ke Narimbang.
Cara pendakian lintas jalur itu kebetulan sudah beberapa kali saya terapkan antara lain sewaktu mendaki Gunung Gede, Salak, Ciremai, Merbabu, dan kali ini Gunung Tampomas.
Berangkat dari Jakarta, saya naik bus jurusan Lebak Bulus-Garut untuk bertemu Dedy, pendaki asgar (asli Garut) di perempatan Cileunyi.
Selanjutnya naik elf menuju Kota Sumedang lalu naik angkot jurusan Cimalaka menuju rumah Dzikri, pendaki asli Sumedang.
Kami turun di depan jalan menuju lokasi pertambangan atau biasa di sebut Galian Pasi. Kebetulan rumah Dzikri berada dekat di depan jalan tersebut.
Selepas packing dan makan siang, kami pun berangkat menumpang truk melewati penambangan pasir.
Di atas truk, saya sempat kaget melihat aktivitas penambangan pasir dan dampak yang ditimbulkannya.
Akibat penambangan itu, lahan di sekitarnya berubah menjadi jurang-jurang curam.
Dalam hati saya, kalau tak dibiarkan mungkin lama-lama lereng Gunung Tampomas dari arah Cibeurem ini bakal tergerus juga.
Melewati penambangan pasir itu, saya jadi ingin nasib serupa seperti yang dialami gunung lainnya seperti Gunung Guntur di Garut dan Gunung Merapi di Jawa Tengah yang di kakinya juga menjadi lahan penambangan pasir.
Di ujung jalan beraspal yang rusak, kami turun dari truk lalu mulai berjalan kaki memasuki kebun warga sampai di hutan pinus yang masih di kelola dan diambil getahnya.
Kami istirahat sejenak, lalu melanjutkan perjalanan sampai pos 4. Di pos ini, kami bertemu persimpangan jalur pendakian dari Narimbang.
Di pos itu kami kembali beristirahat kemudian melanjutkan pendakian ke pos 5.
Walaupun jalur pos 5 ini terbilang lebih dekat tapi jalur ini cukup sulit dari jalur sebelumnya. Treknya berbatu dan menanjak.
Begitupun saat menuju Pos 6, treknya sama bebatuan dan menanjak.
Akhirnya kami sampai di puncak gunung Tampomas. Total waktunya sekitar 5 jam.
Puncak Gunung Tampomas memiliki area terbuka sekitar 1 hektar. Puncaknya Bernama Sangiang Taraje.
Saat kami tiba di sana sudah gelap. Kami segera mendirikan tenda, lalu masak, makan, ngobrol, dan tidur dalam balutan sleeping bag masing-masing.
Tak ada satu kelompok pendaki lainnya di puncak itu. Hanya kami bertiga.
Sewaktu mendaki pun, kami memang tak bertemu seorang pun pendaki lainnya, baik yang naik maupun turun.
Sewaktu di dalam tenda, kami sempat dikejutkan dengan kehadiran seekor musang yang mencari makan.
Rupanya musang itu agak jinak dan sudah terbiasa dengan kehadiran pendaki.
Paginya setelah cuaca terang, kami baru bisa menyaksikan Kota Sumedang dari ketinggian.
Selain itu terlihat pula Gunung Cikuray, Gunung Ciremai, dan gunung lainnya di Jawa Barat.
Di sekitaran puncak juga terdapat lubang-lubang kawah dengan dominasi bebatuan besar.
Sekitar 300 meter ke arah Utara Sangiang Taraje terdapat makam keramat yang dikenal dengan nama Pasarean.
Konon, ada dua makam keramat di Pasarean tersebut yang diyakini banyak orang sebagai patilasan Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi yang hidup pada masa Kerajaan Pajajaran Lama.
Kami pun sempat mengunjungi patilasan itu. Dan lagi-lagi tak ada seorang pun.
Usai mengabadikan suasana puncak dan patilasan itu, kami turun lewat jalur semula.
Namun setibanya di Pos 4, kami melewati jalur Narimbang sebagaimana rencana awal.
Di pos empat kami istirahat sejenak lalu menuju Pos 3 atau Watu Kukus. Kemudian lanjut ke Pos 2 atau Pasir Saleh.
Di pos tersebut terdapat warung dan ruangan di atas yang bisa diinapi para pendaki.
Kami sempat istirahat karena hujan. Setelah reda kami lanjutkan menuju Pos 1.
Kami melalui area wisata Curug Ciputrawangi. Mumpung sepi, saya pun mandi di air terjun tersebut. Airnya luar biasa dingin tapi bikin segar.
Inilah keuntungan kalau melintas gunung lewat jalur yang berbeda, atmosfir, trek, dan objek yang didapat lebih beragam.
Di tempat wisata itu ada pedagang golok. Saya pun membeli satu, lantaran kasihan sama pedagangnya karena sampai jelang sore belum ada yang membeli.
Selanjutnya kami menuju Jalan Raya Conggeang, Desa Narimbang, Kecamatan Conggeang, melewati perkampungan.
Setibanya di jalan raya tersebut tidak ada angkot lagi karena sudah malam.
Dzikri menelpon orang rumah minta dijemput. Sekitar 1 jam kemudian ayahnya datang mengendarai mobil, dan kami pun kembali ke rumah Dzikri.
Kenapa saya angkat pendakian Gunung Tampomas ini? Soalnya baru-baru ini namanya terangkat lagi.
Kali ini bukan soal penambangan pasirnya, melainkan karena ditemukan jenazah tiga pendaki muda asal Indramayu pada Minggu (3/3/2019) oleh Basarnas Jawa Barat.
Nama ketiga pendaki yang tewas diduga karena terserang hipotermia itu adalah Ferdi Firmansyah (13), Lucky Parikesit (13), dan Agip Trisakti (15). Merek berasal dari Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Gunung Tampomas merupakan gunung berapi yang masih aktif. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas dengan luas area taman mencapai sekitar 1.250 hektare.
Selain Curug Ciputrawangi yang berketinggian mencapai kurang lebih 7 meter, masih ada beberapa objek wisata di kaki gunung ini.
Ada beberapa pemandian air panas antara lain Conggeang di Kecamatan Conggeang; Pemandian Air Panas Cileungsing di Desa Cilangkap, Kecamatan Buahdua; dan Pemandian Air Panas Sekarwangi di Desa Sekarwangi, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.
Di samping itu ada Mata Air Cikandung di Dusun Sukasari, Desa Nyalindung, Kecamatan Cimalaka.
Jadi usai menuruni puncaknya, pendaki bisa mandi di air terjun atau berendam di salah satu pemandian air panasnya. Dijamin bikin segar dan puas.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dedy & adji
Captions:
1. TravelPlus Indonesia di puncak Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang, Jabar.
2. TravelPlus Indonesia memandangi penambangan pasir sebelum mendaki Gunung Tampomas.
3. Petilasan keramat, sekitar 300 meter dari puncak Tampomas.
4. TravelPlus Indonesia mandi di Curug Ciputrawangi, usai menuruni Gunung Tampomas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.