Sport Tourism termasuk salah satu event andalan Indonesia dalam menjaring wisatawan mancanegara (wisman).
Sekurangnya ada 17 sport tourism yang masuk CoE sepanjang tahun ini, dimulai dengan Bali Spirit Festival (yoga) di Bali tanggal 24 - 31 Maret, Tour de Bintan (sepeda) di Kepulauan Riau (29 - 31Maret), Krui World Surfing League (selancar laut) di Lampung (15 - 20 April), Bintan Triathlon (renang, sepeda & lari) di Kepulauan Riau (7 - 9 Mei), dan Festival Sandeq Race 2019 (perahu tradisional) di Sulawesi Barat tanggal 11 - 17 Agustus.
Di tahap kedua diawali dengan Tour de Linggar Jati (sepeda) di Jawa Barat tanggal 13 - 15 September, Tour de Siak (sepeda) di Riau (17 - 21 September), Tour de Ijen (sepeda) di Jawa Timur (23 - 26 September), Aceh International Diving Festival (menyelam) di Aceh (6 - 7 Oktober), IronMan 70.3 Bintan (tri athlon) di Kepulauan Riau (19 - 21 Oktober), dan Jakarta Marathon (lari marathon) di DKI Jakarta tanggal 27 Oktober.
Di sesi berikutnya dimulai dengan Tour de Singkarak (sepeda) di Sumatera Barat tanggal 2 - 10 November, Festival Kerinci 2019 (Mountain Bike Cross Country) di Jambi (3 - 7 November), Festival Bekudo Bono (selancar sungai) di Riau (10 - 15 November), Wakatobi Wave 2019 (menyelam santai) di Sulawesi Tenggara (11 - 13 November), Jogja International Heritage Walk (jalan kaki) di D.I. Yogyakarta (16 - 17 November), dan Borobudur Marathon (lari marathon) di Jawa Tengah tanggal 17 November mendatang.
Tapi apakah selama ini sudah optimal mengemas sport tourism events tersebut? Apakah sudah/akan melibatkan pihak-pihak terkait (event organizer/PCO profesional, travel journalist/blogger berpengalaman, travel agent/indie travel yang berkompeten, dan lainnya)?
EO/PCO sebuah sport tourism punya peran penting dalam menyukseskan event yang digarap.
Dia harus punya koneksi kuat dengan pihak-pihak terkait sesuai cabang olah raga yang dilombakan termasuk para komunitas atlit cabang olah raga tersebut.
Misalnya kalau surfing sport tourism, dia harus paham betul organisasi/asosiasi/perhimpunan/perkumpulan surfing tingkat dunia maupun Indonesia termasuk komunitas surfer profesional nasional dan internasional agar banyak peserta yang ikut terutama dari mancanegara.
Hal itu juga berlaku buat sport tourism cabang olah raga lainnya seperti balap sepeda marathon, triathlon, menyelam, lari marathon, yacht/kapal layar, dan lainnya.
EO/PCO-nya juga harus yang melek promosi dan respek dengan travel journalist/blogger yang meliput sport tourism event tersebut.
Soalnya tersiar kabar ada saja EO/PCO yang menang lelang dan ditunjuk menjadi penyelenggara sebuah event baik di pusat maupun daerah namun tidak mengerti dan kurang peduli promosi.
Padahal promosi sport tourism event itu tidak cukup cuma pasang spanduk, umbul-umbul, baliho di jalanan dan sekitar venue acara, atau standing banner di bandara, hotel dan resto ataupun backdrop di panggung saja.
Bahkan ada yang malah membatasi jumlah travel journalist/blogger saat jumpa pers ataupun saat peliputan langsung event-nya. Akhirnya event tersebut tidak bergaung ke seluruh masyarakat Indonesia apalagi dunia.
Untuk itu pilih lalu evaluasi hasil kinerja EO/PCO secara profesional pula. Jika bagus dan tercapai target kemasan dan peserta serta pengunjung sport tourism event tersebut, bisa dilanjutkan untuk event serupa berikutnya.
Jika gagal bahkan amburadul, sebaiknya ganti dengan EO/PCO yang lebih profesional.
Adakan Famtrip pra event dengan mengundang Travel Agent (TA) dan Indie Travel (IT) yang berkompeten di dalam kota dan luar kota serta sejumlah travel journalist/blogger berpengalaman untuk melihat persiapan pelaksanaan sport tourism event tersebut sekaligus city tour.
Syaratnya TA/IT yang ikut WAJIB membuat paket wisata/tur terkait sport tourism even yang akan segera berlangsung. Contohnya paket wisata Tour de Ijen, paket wisata Borobudur Maraton dan lainnya yang terbaru. Minimal paket wisata yang sudah ada ditambah dengan menonton sport tourism tersebut.
Lalu paket-paket tur spesial itu disebarluaskan segera lewat beragam medsos termasuk bekerjasama dengan travel journalist/blogger yang ikut serta untuk menulis dan memuatnya.
Sementara travel journalist/blogger-nya, harus menulis segala hal baik itu objek wisata/desfinasi, MICE, kuliner, akomodasi, dan tentunya informasi tentang jadual serta venue sport tourism even tersebut yang amat dibutuhkan calon peserta/wisatawan.
Oleh karena itu libatkan travel journalist/blogger berpengalaman/kreatif/produktif atau yang bisa keduanya serta amat melek medsos artinya sangat aktif pula men-share link-link tulisannya via medsos (instagram, video instagram, FB, Twitter, WhatsApp Group/WAG komunitas, dll).
Mengapa travel journalist/blogger bukan journalist/blogger bidang lain misalnya olahraga? Ya karena ini sport tourism (paduan olahraga dan pariwisata), dan jika ingin mengedepankan pariwisatanya tentu yang harus dilibatkan adalah travel journalist/blogger, bukan pewarta olahraga apalagi bidang lainnya. Biar nyambung.
Jika salah memilih travel journalist/blogger, ya wajar kalau kemudian terlontar istilah "Jaka Sembung Bawa Golok".
Lalu kenapa pula travel journalist/blogger berpengalaman/kreatif/produktif atau yang bisa keduanya serta amat melek medsos? Ya karena mereka sudah punya jam terbang, terbiasa, dan terbukti loyal dan profesional dibidangnya selama ini.
Jadi bukan hanya sekadar viral event tersebut, namun yang lebih penting informasi yang dibutuhkan pembaca dalam hal ini calon peserta atau wisatawan yang akan ikut/ingin menyaksikan sport tourism tersebut terpenuhi.
Tim kurator CoE bentukan Kemenpar tentu berharap semua sport tourism events di CoE 2019 yang sudah dipilihnya itu bukan semata berhasil melambungkan kepopularitasan nama/pamor sport tourism event tersebut, tapi juga mampu meraup bukan hanya wisatawan nusantara pun peserta asing/wisman sebanyak mungkin, untuk menambah pundi-pundi agar target 20 juta wisman terpenuhi tahun ini.
Namun untuk memenuhi harapan itu, sejumlah syarat harus dipenuhi, antara lain ya dengan melibatkan tiga pihak berpengalaman dan profesional seperti tersebut di atas.
Pelibatan ketiga pihak tersebut juga berlaku buat jenis event lainnya seperti culture event, cross border event, MICE/expo event, dan lainnya agar juga meraih sukses.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Balap sepeda marathon salah satu sport tourism di Indonesia yang disukai peserta asing/wisman.
2. Menyambut ramah para yachter yang ikut sport tourism event di Kabupaten Lingga, Kepri tahun lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.