Perahu berwarna cerah, seperti merah, kuning, hijau, dan biru berbaris rapih sambil menunggu laut pasang.
Perahu mungil yang hanya bisa memuat satu sampai dua penumpang ini bentuknya cukup unik, agak berbeda dengan perahu kayu umumnya.
Bagian depan dan belakangnya lebih ramping dan meruncing di ujungnya yang berfungsi untuk membelah ombak dan memudahkan nelayan melaju.
Melihat bentuk dan warnanya, tak berlebihan Kater punya pesona tersendiri, sampai dijadikan salah satu ikon pulau berjuluk Bumi Laskar Pelangi ini.
Kehadirannya membuat sejumlah pantai di Belitung, khususnya di Kabupaten Belitung Timur (Beltim) berdaya magnet lebih.
Untuk tahun ini festival tersebut juga didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam bentuk konser musik dan promosi serta publikasi.
Kater tersebut dijadikan kendaraan wajib dalam lomba yang disebut mancing bekater (dengan Kater) untuk memancing Ikan Kerisi.
Di festival itu, pengunjung bukan hanya bisa menikmati Ikan Kerisi hasil tangkapan nelayan yang diolah dengan cara dibakar secara gratis, pun menaiki perahu tersebut.
Saya pun sempat merasakan sensasi seru memancing dengan Kater.
Awalnya saya ragu. Maklum mancing bekater baru kali pertama ini saya lakukan.
Adalah rasa penasaran ini yang kembali mengalahkan rasa ragu dan takut itu, sama seperti beberapa petualangan lain yang nekat saya lakukan sebelum-sebelumnya.
Jujur saya tidak terlalu gila mancing apalagi di laut. Tapi Kater-lah yang membuat saya tiba-tiba ingin mencobanya.
Alasannya perahu itu bercadik jadi terasa lebih aman. Ditambah sebelumnya saya juga pernah melajukan perahu jenis itu tapi ukurannya lebih mungil, sendirian di salah satu perairan Sulawesi.
Ternyata sensasi memancing dengan Kater memang beda, terlebih saat perahu menerjang ombak, hemm... lebih menantang.
Begitupun saat menarik lalu menggulung tali pancingan yang semua mata kailnya ada Ikan-Ikan Keresi. Seru dan puaaaasss...
Rasa menantang bercampur seru mendapatkan Ikan Kerisi ditambah pemandangan menawan berupa pulau-pulau kecil di sekitar perairan Pantai Burong Mandi, membuahkan kenangan berkesan.
Kendati begitu saya tak mau berlama-lama mancing bekater. Tak sampai 30 menit saya sudah kembali ke pantai. Legaaaa..., rasanya. (Maklum saya orang daratan yang lebih menyukai pegunungan, bukan pesisir apalagi berlama-lama mancing di lautan sendirian).
Selain di Pantai Burong Mandi, Kater juga mudah ditemukan di dua pantai lain di Beltim, seperti Pantai Lalang di Desa Lalang dan Pantai Serdang di Desa Baru. Keduanya masuk wilayah Kecamatan Manggar.
Paket Mancing Bekater
Wisatawan yang ingin merasakan sensasi mancing bekater sudah bisa membeli paket turnya.
Harga paketnya Rp 250 ribu-Rp 300 ribu per orang per Kater dengan durasi dua jam untuk memancing khusus Ikan Kerisi yang dipandu seorang nelayan.
"Setelah memancing dan dapat Ikan Kerisi, langsung dibakar di warung untuk dimakan bersama nelayan," terang Koko Haryanto mantan kepala Desa Burong Mandi yang menjual paket tur tersebut sejak tahun 2012.
Menurut Koko yang juga ketua penyelenggara Festival Irau Pantai 2018 di Pantai Burong Mandi, peminat paket tur mancing bekater bukan hanya wisatawan nusantara antara lain dari Jakarta dan Bandung tapi juga dari mancanegara.
"Dua tahun lalu, pernah ada turis asal Australia dan Belanda yang mencoba paket mancing bekater ini," terang Koko.
Kater terbuat dari batang pohon utuh yang dipahat sedemikian rupa menjadi badan perahu.
Batang pohon yang digunakan biasanya pohon Kemang dan Meranti.
Kedua pohon tersebut masih banyak tersedia di hutan lindung Gunung Nayok yang rimbun, persis di belakang Desa Burong Mandi.
"Penduduk diperbolehkan menebang pohon-pohon itu di hutan lindung tersebut tapi dibatasi hanya untuk membuat Kater bukan yang lain agar hutan Gunung Nayok tetap lestari," jelas Koko.
Di desa tersebut ada dua tempat pembuatan pembuatan Kater, yakni di RT 10 dan RT 13.
"Lama pembuatan satu Kater bisa satu bulan lebih. Harganya Rp 20 sampai Rp 25 juta per kater tergantung ukurannya," tambah Koko.
Jumlah kater di Desa Burong Mandi terus bertambah.
"Di tahun 2010 baru ada 50 Kater tapi sekarang sudah ada 150. Dulu harga pembuatannya masih Rp 8 - Rp 10 juta. Maklum sejak 2014 banyak masyarakat desa ini yang semula penambang timah beralih ke nelayan mancing bekater," ungkap Koko.
Kalau mau cindera mata bisa membeli miniatur Kater kecil Rp 10 ribu di Pantai Burong Mandi atau ke rumah Sakaria- pengerajinnya di Jl. Dusun Gunung, Desa Lalang Jaya. Bisa juga ke Objek Wisata Unik Ngenjungak (OWUN) Kantor Disbudpar Beltim.
Pilihan lain borong kain batik khas Belitung bermotif Kater Rp 150 ribu per lembar di Galeri Daun Simpor, Beltim.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Sejenak merasakan sensasi mancing Ikan Kerisi dengan Kater.
2. Deretan Kater, perahu khas nelayan Beltim di Pantai Burong Mandi.
3. Salah seorang nelayan Burong Mandi dengan Ikan Kerisi hasil tangkapannya.
4. Ikan Kerisi bakar plus sambal merah.
5. Pengunjung menikmati pesona Pantai Burong Mandi sambil bersantai di Kater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.