Selasa, 21 Maret 2017

Takengon Promo Pacu Kude Via Lomba Foto Instagram

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk lebih memperkenalkan objek wisata ataupun even andalan sebuah kota/daerah, salah satunya lewat lomba foto. Cara itu pun dipilih Kota Takengon dalam mempromosikan Pacu Kude (berpacu kuda tradisional Gayo) yang menjadi atraksi wisata unggulannya. Dan lomba fotonya diselaraskan dengan tren sekarang, lewat media sosial instagram. Jadi foto-foto peserta lomba langsung tersebar luas.

Sesuai info yang TravelPlus Indonesia peroleh dari akun Instagram @explore_gayo, lomba foto Pacu Kude yang digelar dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Takengon yang ke-440 tahun ini, ada syarat dan ketentuan buat pesertanya.

Pertama, setiap peserta lomba foto lewat instagram ini wajib me-follow akun instagram @explore_gayo. Kedua, siapapun pesertanya boleh mengambil foto dengan kamera apa saja, termasuk kamera HP.

Keiga, foto yang dilombakan harus diambil di arena Pacu Kude yang sudah ditentukan. Selain itu bisa foto bebas yakni foto bersama teman-teman, keluarga, dan lainnya yang memperlihatkan kesemarakan lomba Pacu Kude tersebut.

Selanjutnya foto tersebut di-upload di akun peserta masing-masing, lalu tag (tandai) akun @explore_gayo, dan tag 10 teman dengan memberi caption Tentang Semarak Pacuan Kuda. Jangan lupa diberi hastag: #SemarakHUTKuteTakengen440, #MajubersamaKNPIAcehtengah, #explore_gayo, dan #PacuanKudaTradisionalGayo.

Lomba ini tidak dipungut biaya alias gratis. Adapun pengumuman pemenangnya tanggal 27 Maret 2017.

Tradisi Pacu Kude di Takengon, hingga kini masih hidup dan terus dilakoni masyarakatnya dari generasi ke generasi selama hampir 2 abad.

Salah satu rahasia keunikan Pacu Kude di Takengon yang membedakannya dengan pacu kuda di daerah lain, para joki-nya, termasuk joki bocah laki-laki berusia di bawah 10 tahun  berpacu kuda tanpa pelana.

Arena pacuannya di Blang Bebangka, juga punya kelebihan tersendiri dibanding arena pacuan kuda kota/daerah lain di Indonesia.

Sarana pacunya berpanorama indah, karena terletak di tengah lembah di Dataran Tinggi Gayo yang dikelilingi perbukitan. Udaranya pun sejuk. Bikin betah berlama-lama.

Hamparan rerumputan mengelilingi lembah yang dialiri sebuah sungai berair jernih dan deras. Sungainya menjadi lokasi mandi kuda pacu usai mengikuti lomba ataupun latihan.

Dalam buku berjudul Pacu Kude: Permainan Tradisional di Dataran Tinggi Gayo, yang ditulis Piet Rusdi, tenaga peneliti BPSNT Banda Aceh disebutkan awalnya pacu kude di Takengon ini tumbuh pada pertengahan abad ke-19, sekitar tahun 1850, sebelum Belanda masuk ke Takengon. Lokasinya di Kampung Bintang, Kecamatan Bintang, tepatnya di pinggiran Danau Laut Tawar sebelah Timur.

Ketika itu masyarakat Takengon berpacu kuda di lapangan yang rutenya memanjang dari Wakep ke Menye sepanjang lebih kurang 1,5 Km, di tepi pantai yang berpasir sehingga kemudian lokasinya disebut Pasir Bintang.

Pemenangnya ketika itu hanya mendapat “Gah” atau marwah yang diperebutkan secara bergantian. Lalu dilanjutkan dengan acara syukuran dengan system berpegenapen atau saling sumbang untuk biaya perayaan kemenangan itu.

Melihat pacu kude semakin semarak, pemerintah Kolonial Belanda memindahkan arena pacuan kude ke Blang Kolak yang sekarang bernama Lapangan Musara Alun dengan tujuan menyatukan rakyat dan tentu mengambil hati rakyat.

Sebagai catatan Takengon merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Takengon berasal dari Bahasa Aceh "Tikungan" yang artinya kelokan karena untuk menuju ke kota kecil ini harus melewati tanjakan perbukitan dan menelusuri lereng lereng gunung dengan jalan berkelok kelok yang terjal dan curam penuh pepohonan lebat sepanjang jalan.

Kota ini berada di tepian Danau Lut Tawar yang merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan ketinggian sekitar 1.200 Mdpl.

Pacu Kude merupakan salah satu andalan even Takongan yang sudah sejak lama berhasil menjaring wisatawan, baik lokal maupun nusantara.

Even ini biasanya diadakan pada pertengahan bulan Agustus untuk menyambut dan merayakan hari Kemerdekaaan Republik Indonesia. Kadang pula digelar dalam rangka memeriahkan HUT Kota Takengon, seperti tahun ini misalnya yang berlangsung di Lapangan Haji Muhammad Hasan Gayo, Kampung Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, sejak tanggal 20 Maret sampai dengan 26 Maret 2017.

Kota Takengon juga memiliki beberapa objek wisata yang sudah tersohor namanya antara lain Danau Laut Tawar, Gua Puteri Pukes, dan Pantan Terong. Sedangkan kuliner khasnya antara lain Ikan Depik Goreng Sambal Ijo, Asam Jing atau Ikan Asam Pedas, dan tentu saja Kopi Gayo.

Travel Tips
Ada dua altenatif menjangkau Takengon. Kalau berangkat dari Kota Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh, bisa menggunakan bus umum atau menyewa mobil dengan waktu tempuh sekitar 8 - 9 jam. Pilihan lain dari Kota Medan, Ibukota Sumatera Utara dengan waktu tempuh yang lebih singkat, hanya sekitar 3 - 4 jam dengan bus.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & @explore_gayo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.