Begitu bunyi kalimat yang tertera di samping kiri foto bergambar I Gde Pitana Brahmananda yang mengenakan pakaian adat pria Bali berikut ikat kepala (udeng) berwarna serba putih, sambil memegang kamera miroless, bersama dengan istrinya Putu G. Gayatri yang memakai kebaya Bali berwarna kuning terang dengan selendang biru yang diikat dipinggangnya.
Foto dengan kalimat ucapan terimakasih itu, dikirim Pitana kepada TravelPlus Indonesia tak lama setelah penulis memberikan ucapan berbunyi: “Happy Nyepi Om Pit…”, lewat pesan WA, dari Jakarta, Senin (27/3) atau sehari sebelum Hari Raya Nyapi 2017 yang jatuh besok, Selasa 28 Maret.
Kedua PNS Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang sama-sama orang Bali dan penganut Hindu yang taat ini, tengah berada di kampung halamannya, Bali untuk melakukan serangkaian kegiatan sebelum melaksanakan Nyepi.
Sebagaimana umat Hindu lainnya di Bali, termasuk yang tinggal di daerah/kota lain di seluruh Tanah Air, Hari Raya Nyepi tentu punya makna tersendiri buat keduanya.
Bagi Pitana yang kini menjabat sebagai Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Kemenpar, Nyepi bermakna upaya untuk mengindahkan Amati Geni yang artinya memadamkan api. “Makanya mari kita meredakan “api” yang ada dalam diri. Baik api amrah, api nafsu, api angkara murka, dan sebagainya,” ungkapnya.
Begitupun dengan Gayatri yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Promosi Wisata Buatan, Kemenpar. Baginya, Nyepi mempunyai makna penyucian Buana Agung dan Buana Alit. “Kita semuanya berintropeksi diri di rumah, baik sendiri ataupun bersama keluarga,” akunya.
Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Gusti Ngurah Sudiana lebih rinci menjelaskan ada empat hal yang tidak boleh dilanggar atau biasa disebut dengan Catur (Brata) Penyepian dalam melaksanakan Nyepi, yaitu: Tidak boleh menyalakan api (Amati Geni), tidak bekerja (Amati Karya), tidak bersenang-senang (Amati Lelanguan), dan tidak bepergian (Aamati Lelungan).
Kenapa tidak boleh menyalakan api? Karena api simbol hawa nafsu, amarah, angkara murka, dan yang buruk-buruk.
Pada hari Nyepi, umat Hindu berkontemplasi tanpa menyalakan api atau adanya cahaya untuk mengendalikan hawa nafsu yang disimbolkan dengan api.
Lalu kenapa pula tidak boleh bekerja? Karena manusia pada dasarnya perlu istirahat dan tidak bekerja secara berlebihan.
Kalau dilarang bersenang-senang atau hiburan bersifat duniwi pada hari Nyepi? Itu bertujuan sebagai pengendalian diri dengan memberikan hiburan batin.
“Kalau di larang berpergian pada saat Nyepi? Itu lantaran tubuh perlu diistirahatkan sambil berintropeksi untuk memperbaiki diri lebih baik lagi di tahun yang baru ini,” terang Sudiana.
Lewat Nyepi tentunya umat Hindu di Bali dan dimanapun berada, berharap dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma.
Sekali lagi buat Pitana & Gayatri serta seluruh umat Hindu di Bali dan dimanapun: “Happy Nyepi 2017”.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: pitana & gayatri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.