Selasa, 14 April 2015

10 ObjekBakal Jadi Model Lokasi Ekonomi Inklusif Berbasis Pariwisata

Sepuluh lokasi bakal dijadikan kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis pariwisata oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kesepuluh lokasi tersebut mencakup kabupaten dan kota di sembilan provinsi yakni Sumut Utara, DKI Jakarta, Babel, Sumsel, Kalbar, Gorontalo, NTT, Bali, dan Papua Barat 

“Sepuluh lokasi yang direncanakan menjadi model kawasan ekonomi inklusif berbasis pariwisata tersebut adalah Sanur-Bali, Taman Nasional Komodo-NTT, Danau Toba-Sumut, Kepulauan Seribu-Jakarta, Teluk Tomini-Gorontalo), Tanjung Kelayang- Babel), Singkawang-Kalbar, Nias-Sumut, Palembang Kota-Sumsel, dan Raja Ampat-Papua Barat,” terang DR. Frans Teguh, Direktur Perancangan dan Investasi Pariwisata, Kemenpar dalam acara Pembekalan Kepariwisataan Bagi Jurnalis yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya, Kemenpar bekerjasama dengan Forum Wartawan Pariwisata (Forwarpar) di Hotel Salak The Heritage, Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4).

Menurutnya kesepuluh lokasi tersebut, diharapkan nantinya menjadi purwarupa atau prototype pembangunan lokasi wisata inklusif di daerah-daerah lain di Tanah Air. Kesepuluh lokasi itu, lanjut Frans dipilih berdasarkan dua kriteria yakni ketersediaan tenaga kerja bidang pariwisata yang tersertifikasi dan bekerja di lokasi setempat, dan adanya kemudahan akses menuju ke lokasi tersebut. 

“Lokasi-lokasi inklusif tersebut didorong agar dapat bermanfaat lebih luas dan lebih baik lagi bagi masyarakat setempat,” terangnya. 

Rencana percontohan lokasi wisata inklusif tersebut didasari karena adanya lokasi-lokasi wisata eksklusif yang selama ini berkesan berjarak dengan masyarakat sehingga masyarakat kurang dapat dapat menikmati obyek tersebut bahkan tidak memberi keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar. 

Frans mengakui lokasi-lokasi yang dikelola secara eksklusif memang lebih bagus dan berkelas. Untuk itu diharapkan pengelolaan kesepuluh lokasi yang menjadi model lokasi ekonomi inklusif berbasis pariwisata tersebut dapat sebagus lokasi-lokasi wisata eksklusif. “Bila lokasi wisata yang inklusif juga dikemas atau dikelola secara eksklusif, pasti akan lebih bagus dan menarik banyak orang untuk datang,” terangnya.

Frans mencontohkan lokasi wisata Nusa Dua di Bali yang dikemas secara eksklusif, belakangan juga memberi ruang lebih kepada masyarakat sekitarnya untuk berjualan hasil-hasil kerajinannya di lokasi yang sudah ditentukan, selain membuat berbagi event yang melibatkan masyarakat.

“Upaya-upaya itu mampu mengurani kesan negatif eksklusif tadi,’ terangnya. 

Mengenai anggaran untuk 10 lokasi percontohan ekonomi inklusif berbasis pariwisata, lanjut Frans dialokasikan dari Bappenas. “Untuk tahun ini jumlah anggarannya sekitar Rp 10 miliar,” ungkapnya. 

Anggaran tersebut, tambah Frans akan digunakan untuk pengelolaan 10 lokasi di atas. “Khusus untuk Danau Toba, dananya akan digunakan untuk pengelolaan desa wisata. Sedangkan di Nias untuk pengelolan objek pantainya,” pungkas Frans. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@@yahoo.com) 

Captions: 
1. Pesona Danau Toba, Sumut 
2. Pantai di Nias 
3. Direktur Perancangan dan Investasi Pariwisata, Kemenpar DR. Frans Teguh menjadi narsum acara Pembekalan Kepariwisataan Bagi Jurnalis di Hotel Salak The Heritage, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.