Pulau Enggano makin dilirik orang sejak diberitakan akan dijadikan sebagai lokasi baru lembaga pemasyarakatan (LP) steril seperti di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Banyak orang yang ingin tahu profil salah satu pulau terluar di Pantai Barat Sumatera, perairan Samudera Hindia yang berbatasan dengan India ini, terlebih potensi pariwisatanya.
Bupati Bengkulu Utara Imron Rosyadi di Bengkulu sebagaimana dikutip sebuah laman online mengatakan posisi Enggano yang berada sangat jauh di tengah samudera sangat memungkinkan untuk dijadikan penjara bagi para penjahat kelas kakap. "Sangat cocok untuk lokasi pengganti Pulau Nusakambangan, Enggano bahkan lebih strategis, di sana juga sudah ada pelabuhan laut dan bandara perintis untuk sarana transportasi," ujar Imron.
Letak Pulau Enggano yang sangat jauh di tengah samudera dan dekat dengan Australia, kata Imron, membuat orang sering salah sangka. Mereka mengira itu Pulau Chrismast yang sering dijadikan tempat para pencari suaka.
Enggano sendiri tercatat sebagai Pulau terluar Indonesia bagian Barat dengan wilayah seluas 400,6 kilometer persegi berada pada koordinat 05°.23'21" lintang Selatan, 102° 24'40" bujur Timur. Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat pemerintahan berada di Desa Apoho.
Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6 Km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana, dan Kahyapu dengan jumlah penduduk lebih dari 600 kepala keluarga.
Penduduk asli Pulau Enggano adalah Suku Enggano, yang terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, Bahasa Enggano dalam sehari-hari.
Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934). Selain Suku Kauno, terdapat Suku Banten (pendatang), dan empat suku lainnya.
Penduduk pulau ini rata-rata hidup dari perkebunan kakao dan merica/lada yang hasilnya dijual ke Kota Bengkulu. Mayoritas penduduk Enggano muslim, sisanya Kristen Protestan, dan lainnya, termasuk sejumlah penduduk asli yang masih beragama ameok, sejenis kepercayaan Animisme.
Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang berada di sebelah selatan Pulau Enggano.
Menurut Imron, kondisi para narapidana dan tahanan di LP Arga Makmur Bengkulu Utara saat ini sudah sangat mengkhawatirkan dan melebihi kapasitas. LP tersebut menampung para napi dan tahanan di 3 kabupaten, selain Bengkulu Utara juga datang dari Kabupaten Mukomuko dan Bengkulu Tengah. Keduanya adalah kabupaten pemekaran dari Bengkulu Utara yang sudah 11 tahun dimekarkan dan belum memiliki LP.
Rencana pembangunan LP pengganti Nusakambangan itu kini sudah memasuki tahap administrasi. Kantor wilayah Depkumham Provinsi Bengkulu sudah mengirimkan surat kepada Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H Laoly melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, berdasarkan usulan dari Kepala LP Arga Makmur dan Bupati Bengkulu Utara.
Kepala Kanwil Depkumham Bengkulu Dewa Putu Gede mengatakan, usulan tertulis itu disertai dengan ketersediaan lahan minimal 5 hektare di Pulau Enggano.
Pulau Enggano dialiri sejumlah sungai besar seperti Kikuba, Kuala Kecil, Kuala Besar, Kahabi, Kinono, dan Sungai Berhawe serta beberapa sungai kecil antara lain Kaay, Kamamum, Maona, dan Sungai Apiko.
Karakteristik pantai-pantainya dapat dikategorikan dalam 5 tipe utama yaitu pasir berlumpur, pasir, pasir berkarang, pasir karang berlumpur, dan pantai karang berbatu. Karakteristik pantai di Pulau Enggano erat kaitannya dengan keberadaan ekosistem terumbu karang dan mangrove.
Garis pantainya mencapai 112 Km mempunyai luas mangrove yang paling luas di Provinsi Bengkulu. Hutan bakau di Pulau Enggano mempunyai ketebalan antara 50-1500m. Tanjung Kaana merupakan daerah yang mempunyai hutan mangrove paling lebat,ketebalannya mencapai 1000m. Di beberapa pantainya masih banyak terdapat ular laut yang beracun.
Potensi pariwisata di Pulau Enggano antara lain wisata alam, bahari, budaya, sejarah, dan wisata berburu. Wisata berburu dapat dilakukan di Taman Buru Gunung Nanua seluas 10.000 Ha, dengan aneka jenis flora dan fauna langka. Target sasaran pemburuannya adalah babi hutan, sapi liar dan kerbau liar.
Wisata alam daratan lebih banyak berupa kegiatan penjelajahan hutan wisata (hutan suaka alam) yang keasliannya tetap terjaga.
Beberapa obyek wisata alam berupa kawasan konservasi antara lain Hutan Suaka Alam Kioyo I dan Kioyo II,Hutan Suaka Alam Teluk Klowel, Hutan Wisata Alam Tanjung Laksaha, dan Hutan Suaka Alam Bahuewo.
Keberadaan suku-suku yang mendiami Pulau Enggano dengan kekhasan budayanya juga menjadi potensi wisata budaya.
Kegiatan wisata bahari yang bisa dilakukan di pulau ini antar lain selancar, memancing, menyelam, snorkeling, berenang, bersantai di pantai, dan berkunjung ke desa nelayan.
Lokasi wisata baharinya terdapat di perairan Pulau Dua, Pulau Merbau, Kahyapu, Pantai Teluk Harapan, TelukLabuho, Teluk Berhawe, Tanjung Kioyo, Tanjung Koomang, dan pantai di Kaana. Sedangan wisata sejarahnya ada di perairan Tanjung Laksaha – Teluk Berhau, tempat dimana harta karun berada. berupa kapal-kapal perang Portugis dan kapal-kapal jelajah Belanda yang telah tenggelam.
Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156 Km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kota Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96 Km atau 60 mil laut.
Dari Kota Bengkulu dapat ditempuh dengan transportasi KM Raja Enggano selama 12 jam perjalanan.
Sebelum sampai ke pulau terpencil itu para pemancing bisa memanfaatkan hobinya memancing ikan dalam perjalanan. Saat ini juga sudah ada kapal perintis Kapal Motor Penumpang (KMP) Sabuk Nusantara 52 di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu menuju Enggano. Selain kapal perintis, mulai Februari 2015 kapal feri Pulo Tello juga akan melayari Bengkulu-Enggano pulang pergi.
Melihat potensi itu Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengajak para pengusaha di daerah itu untuk mengembangkan bisnis di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara untuk meningkatkan perekonomian 3.000 orang lebih penduduk di pulau itu.
Junaidi mengatakan dengan dua kapal yang melayari rute Bengkulu-Pulau Enggano serta bandara perintis di Desa Banjarsari yang sudah beroperasi, transportasi ke Pulau Enggano sudah cukup memadai.
Namun Kepala Suku Kaitora Pulau Enggano Rafli Zen Kaitora mengatakan masyarakat di pulau terluar itu mengapresiasi perhatian pemerintah dengan memberikan kapal perintis yang besar. “Selama ini kapal kecil yang berlayar ke Enggano, sedangkan ombak yang harus diarungi kadang lebih dari empat meter,” katanya.
Rafli menjelaskan dengan peningkatan sarana transportasi ke Pulau Enggano akan mendongkrak perekonomian daerah itu dari berbagai sektor baik itu pariwisata, perikanan, perkebunan, dan lainnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Salah satu pantai di Pulau Enggano. Dok. Pariwisata.Bengkulu.
2. Peta Pulau Enggano. Dok.Enggano.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.