Gunung Puntang termasuk salah satu gunung yang kurang popular di Jawa Barat dibanding Gede, Ciremai, Papandayan dan lainnya. Kendati begitu gunung yang masih berada di jajaran Pegunungan Malabar ini punya pesona tersendiri. Selain menggapai pucuknya, pendaki banyak yang tergoda untuk meraih Mega yang disebut-sebut puncaknya Malabar. Pun terbuai buih-buih air Curug Siliwangi dan Kolam Cinta di kakinya.
Jalur yang biasa digunakan untuk mendaki Gunung Puntang adalah jalur yang ada di depan Pos Persaudaraan Gunung Puntang Indonesia (PGPI). Treknya cukup jelas.
Beberapa tahun silam, penulis bersama serdadu-serdadu Kembara Tropis (KT), sebuah komunitas pegiat alam yang bermarkas di Jakarta melakukan pendakian ke Gunung Puntang. Ketika itu di sepanjang jalurnya belum terpasang plang bertuliskan "puncak" disertai tanda panah seperti sekarang ini.
Di awal pendakian, treknya langsung nanjak. Kendati tak terlalu terjal, cukup menguras tenaga. Jalurnya sedikit pohon, baru kemudian masuk hutan belantara yang berkelembaban tinggi hingga tanahnya cukup licin walaupun musim kemarau.
Ada beberapa pos yang harus dilewati mulai dari Pos 1 lalu Shelter Dzuhur, dan trek “Tanjakan Cacing” yang menjadi medan akhir terberat sebelum tiba di Puncak Kereta. Dinamakan begitu karena terdapat batu yang berjejer seperti sebuah kereta.
Dari Puncak Kereta, hanya memerlukan sekitar 2 jam untuk mencapai Puncak Mega. Namun sebelumnya harus melewati jalur yang kanan-kirinya jurang. Setelah lewat jurang, ada "Pos 2 Bangunan 2". Di sini lahannya cukup luas. Bisa untuk mendirikan beberapa tenda. Setelah Pos 2, ada lahan yang sedikit lebih kecil bertuliskan "Pos 1 Bangunan 1". Baru kemudian Puncak Mega.
Setibanya di Puncak Mega yang berketinggian 2.223 meter di atas permukaan laut (Mdpl), pendaki akan menemukan sebuah plang berwarna kuning, penanda Puncak Mega. Suhu udara di puncak ini pada malam hari mencapai 10-12 derajat celcius.
Di Puncak Mega ada satu sumber air berupa aliran sungai. Tapi letaknya di dasar jurang atau di bawah Puncak Mega. Satu-satunya cara untuk mencapai sungai tersebut dengan menggunakan tali.
Jelang pagi, dari Puncak Mega terhampar langit hitam bercampur kemasan oleh bias fajar. Lambat laut nampaknya pemandangan yang sebenarnya.
Di sebelah Timur agak ke Utara nampak puncak Gunung Manglayang menyembul di antara hamparan awan. Di sebelah Utara, hamparan awan juga menenggelamkan badan Gunung Tangkuban Perahu sehingga yang terlihat hanya atapnya.
Di sebelah Timur agak ke Selatan, nampak Gunung Tilu yang sesekali menyeruak lewati hamparan awan tipis. Sedangkan di sebelah Selatan, terlihat lereng Pegunungan Malabar.
Pesona lainnya pemandangan kota dan hutan serta Curug Siliwangi dari kejauhan.
Perjalanan pendakian ke Puncak Mega memakan waktu sekitar 5 jam dengan kecepatan yang konstan. Secara garis besar trek Gunung Puntang hingga ke Puncak Mega pelit pegangan batang, hanya tanah yang dijadikan pegangan. Kondisi ini berbeda dengan Gunung Burangrang yang memiliki banyak dahan dan akar pohon untuk pegangan.
Para pendaki yang ingin mendaki Gunung Puntang hingga Puncak Mega-nya, disarankan menggunakan sepatu treking dan membawa perbekalan air dan makan yang cukup serta perlengkapan tidur seperti tenda dan sleeping bag jika ingin menginap.
Curug Siliwangi
Kelebihan Gunung Puntang lainnya adalah memiliki nilai sejarah. Kawasan ini menjadi saksi perjuangan masyarakat Bandung pada masa penjajahan. Di masa penjajahan Belanda, di tempat ini pernah didirikan sebuah stasiun radio yang kemudian dibakar tentara Jepang hingga tinggal menyisakan puing-puing bangunannya saja.
Kawasan ini dulunya juga menjadi kompleks perumahan elit orang Belanda yang dilengkapi dengan gedung bioskop, café, dan kolam renang berbentuk hati yang kemudian dikenal dengan nama Kolam Cinta.
Puing-puing rumah elits eks Belanda itu masih bisa dilihat termasuk keutuhan Kolam Cinta-nya sampai sekarang. (baca http://travelplusindonesia.blogspot.com/2009/07/cinta-bertaut-di-kolam-cinta.html).
Alam Gunung Puntang juga diperelok air terjun Curug Siliwangi. Untuk mencapainya butuh waktu sekitar 3 jam dari pintu masuk kawasan. Jalurnya melewati hutan pinus termasuk Kolam Cinta lalu medaki dan menyebrangi sungai beberapa kali.
Semakin mendekati air terjun, treknya semakin menantang, terutama trek sempit memipir tebing dengan jurang di sisi kiri. Biasanya jika curah hujan tinggi, pengunjung dilarang untuk mendaki ke curug karena jalannya berbahaya, licin dan rawan longsor.
Semakin mendekati air terjun, treknya semakin menantang, terutama trek sempit memipir tebing dengan jurang di sisi kiri. Biasanya jika curah hujan tinggi, pengunjung dilarang untuk mendaki ke curug karena jalannya berbahaya, licin dan rawan longsor.
Gunung Puntang berada di Desa Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Dari pusat Kota Bandung kurang lebih memerlukan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai Kecamatan Banjaran.
Jika menggunakan kendaraan umum, dari Terminal Leuwi Panjang bisa naik angkutan menuju Tegal Lega, dari Tegal Lega dapat dengan mudah ditemukan angkutan dengan jurusan Banjaran-Tegal Lega. Dari terminal Banjaran, dilanjut lagi dengan angkot Banjaran - Gamblok dan turun di depan pintu Bumi Perkemahan Gunung Puntang atau depan sekretariat PGPI.
Jika menggunakan kendaraan umum, dari Terminal Leuwi Panjang bisa naik angkutan menuju Tegal Lega, dari Tegal Lega dapat dengan mudah ditemukan angkutan dengan jurusan Banjaran-Tegal Lega. Dari terminal Banjaran, dilanjut lagi dengan angkot Banjaran - Gamblok dan turun di depan pintu Bumi Perkemahan Gunung Puntang atau depan sekretariat PGPI.
Kalau ingin melihat Kolam Cinta dan puing-puing eks perumahan elit Belanda serta ke Curug Siliwangi ataupun camping, pengunjung harus melewati pos milik PERHUTANI di gerbang masuk kawasan wisata Gunung Puntang.
Tiket masuknya sebesar R .4.000/orang dan biaya parkir Rp 2.000/sepeda motor dan Rp 5.000/mobil.
Jika ingin mendaki Gunung Puntang lewat jalur yang ada di depan Pos PGPI. Pos PGPI ini terdapat sebelum gerbang masuk kawasan wisata Gunung Puntang. Cukup melapor kepada anggota PGPI lalu mengisi buku tamu dan tidak dikenai tiket masuk.
Di sini juga tersedia penginapan berupa rumah kayu bertingkat. Sebelum pintu gerbang terdapat beberapa warung makan sederhana milik penduduk setempat.
Selain Gunung Puntang dan Puncak Mega, masih ada beberapa gunung tak popular lainnya yang menarik untuk di daki untuk mengisi liburan akhir tahun ini.
Coba saja daki Gunung Beuti Canar di perbatasan Garut dan Tasikmalaya yang disebut-sebut salah satu puncaknya Gunung Galunggung. Jalur pendakiannya bisa lewat Telaga Bodas yang sudah tersohor.
Masih di gugusan Pegunungan Malabar yang membentang dari Kabupaten Garut hingga Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Pangalengan ada beberapa puncak lain yang juga menantang untuk ditapaki yakni puncak Gunung Wayang dan puncak Gunung Haruman.
Pilihan lainnya Gunung Rakutak yang berketinggian 1921 Mdpl di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Dari puncak gunung ini nampak Gunung Wayang di Selatan, di Barat terlihat Kecamatan Pacet dan Gunung Malabar, di Utara ada Kecamatan Majalaya dan daerah Bandung Selatan serta satu gunung lainnya di sebelah Timur.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Sepenggal pesona dari atas Gunung Puntang.
2. Menapaki trek Tanjakan Cacing di Gunung Puntang.
3. Serdadu-serdadu Kembara Tropis berfoto bersama di puncak Gunung Puntang.
4. Menyeberangi sungai salah satu tantangan menuju Curug Siliwangi di kawasan Gunung Puntang.
5. Objek Kolam Cinta di kaki Gunung Puntang.
5. Objek Kolam Cinta di kaki Gunung Puntang.
NB.: Trimakasih buat serdadu2 Kembara Tropis (Kang Herman sang presiden KT, Arief, Suwasti, Iwoe, Ika, Rita, Boy, Maya, Ratna & Marno) yang telah berbagi rasa dan kisah di Gunung Puntang hingga membuahkan sepenggal pengalaman yang tak terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.