Jumat, 12 April 2013

Menjual Landmark Wisata Lewat Lomba Lari Marathon

Jika Kota Paris masih mempromosikan Menara Eiffel, landmark tersohornya yang sudah mendunia lewat lomba lari Marathon berlabel Le Marathon de Paris. Indonesia pun tak mau ketinggalan. Jawa Timur misalnya membuat lomba serupa bertajuk Suramadu International Run yang juga sekaligus menjual landmark Jembatan Suramadu-nya. Begitu juga dengan Jakarta yang turut mengekspos Tugu Monas lewat Jakarta Marathon yang akan digelar 27 Oktober mendatang. 

Melihat tiga contoh event sport tourims tersebut di atas, jelas makin memperkuat adanya hubungan manis antara olahraga dengan pariwisata. Hubungan erat yang tentunya saling menguntungkan. Bukan hanya dari sisi prestasi yang bersumber dari SDM dalam hal ini atlit-nya, pun dari sisi pariwisata yang didalamnya menyangkut banyak hal seperti pesona alam, budaya, kuliner, dan juga landmark-nya.

Le Marathon de Paris atau Paris Marathon yang digelar setiap tahun oleh pemerintah Kota Paris berjarak tempuh lebih dari 42 Km. Tahun ini lokasi start-nya dari Arc de Triomphe kemudian ke Champs Elysees dan Place de la Concorde. Lalu berbelok ke Utara lewat Rue de Rivoli ke Place de la Bastille hingga ke Timur memasiki hutan Bois de Vincennes. Lepas itu berbalik lagi ke tengah kota menyusuri Sungai Seine melewati Katedral Notre-Dame, Musee d’Orsay, dan tentu saja Menara Eiffel dan Bois de Boulogne di sebelah Timur. Finish-nya di Foch Avenue.

Lomba lari marathon di Perancis sudah ada sejak tahun 1896. Pertama kali digelar pada tanggal 19 Juli 1896 dengan peserta lomba sebanyak 191 orang. Usia pesertanya dibatasi tidak kurang dari 20 tahun dan wajib menyertakan surat keterangan sehat dari dokter yang menyatakan berkondisi sehat dan diperbolehkan mengikuti lomba.

Setiap peserta harus mengisi formulir pendaftaran yang tersedia di kantor penyelenggara Paris Marathon, ASO (Amaury Sport Organization) atau formulir elektronik yang bisa diunduh dari website Paris Marathon.

Setiap peserta dikenakan biaya pendaftaran sebesar 70 euro. Pendaftaran lomba biasanya dibuka pada akhir tahun. Jumlah pesertanya pun dibatasi sampai 37.000 orang per tahunnya. Tahun ini, pelari marathon asal Indonesia juga mengikuti Le Marathon de Paris 2013, jumlahnya 12 pelari.

Jelang pelaksanaan lomba ini, pengunjung Kota Romantis, Paris kian membludak pengunjungnya, terutama pada hari Minggu pertama atau kedua bulan April. Sejumlah hotel penuh. Sebab selain para peserta lomba  Paris Marathon, juga ada wisatawan dari berbagai belahan dunia yang ingin menyaksikan perlombaan tersebut.

Untuk memikat hati pengunjung, pihak penyelenggara menggelar berbagai hiburan. Saat peserta lomba lari berjuang menorehkan prestasi terbaik, para pengunjung bisa sambilan menikmati konser musik di panggung maupun di jalan-jalan sejak pagi sampai sore.

Pihak penyelenggara pun membuat food stall yang menyediakan bukan cuma air minum dan buah-buahan segar, pun kerang dan wine bahkan fasilitas pijat. Food stall itu ada di setiap 5 kilometer sepanjang rute.

Kesuksesan penyelenggaran Paris Marathon jelas berimbas positif terhadap ketenaran landmark-nya. Tak cukup pun sampai disitu, pihak penyelenggaranya pun menambah nilai plus lomba ini dengan menggelar pameran bertajuk Running Paris Expo Marathon de Paris di exhibition hall Porte de Versaille.

Dalam pameran ini ada sekitar 200 stand yang memamerkan aneka produk olahraga seperti sepatu, pakaian, dan peralatan olah raga, minuman penunjang stamina dan lainnya dari sejumlah vendor ternama serta asosiasi-asosiasi olahraga dari seluruh dunia.


Kunci Sukses Sport Tourism
Lalu bagaimana dengan Suramadu International Run yang diadakan pada 29 NoVember 2009 lalu? Lomba lari berskala internasional menempuh jarak 10 Km yang melintasi jembatan yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Pulau Madura ini, ternyata jauh dari kata sukses.

Bahkan seusai lomba itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf mengaku kecewa. Dia sampai meminta event organizer (EO) selaku pihak penyelenggaranya bertanggungjawab atas keteledoran yang terjadi dalam lomba yang diikuti sejumlah pelari dalam dan luar negeri ini. Kekecewaan Saifullah lantaran para atlet tidak mendapatkan air minum, panggung ambruk dan sound system-nya yang amburadul serta ketiadaan mobil ambulans untuk mengiringi peserta lomba di belakang.

Dia berharap keteledoran penyelenggara di lomba yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Pahlawan dan Hari Jadi Pemprov Jatim ini, tidak terulang di penyelenggaraaan berikutnya.

Ketidaksuksesan Suramadu International Run seharusnya juga menjadi pelajaran berharga buat penyeleggaraan event serupa di kota lain. Termasuk buat Jakarta Marathon yang akan digelar 27 Oktober 2013 di Jakarta. Jangan sampai event yang juga akan menjual landmark Tugu Monas ini berakhir memalukan.

Apalagi event ini sudah dipromosikan jauh-jauh hari pada ajang Le Marathon de Paris 2013 di Paris beberapa waktu lalu. Bahkan disana, sekaligus membuka pendaftaran peserta untuk calon peserta Jakarta Marathon 2013. Tercatat sekitar 50 ribu yang mendaftar, namun yang dipastikan ikut sekitar 38 ribu orang.

Menurut Wamenparekraf  Dr. Sapta Nirwandar penyelenggaraan Jakarta Marathon merupakan bukti keseriusan pemerintah Indonesia untuk terus melakukan diversifikasi destinasi dan atraksi wisatanya lewat berbagai event sport tourism.

Rute Jakarta Marathon sepanjang 42 Km ini akan melewati Regatta Pluit, Kawasan Kota Tua, Pasar Baru, Gedung Kesenian Jakarta, Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Balaikota Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, dan Gelora Bung Karno.

Sapta berharap event berhadiah total 4 miliar rupiah ini dapat meningkatkan daya tarik Jakarta sebagai salah satu kota tujuan wisata dunia. Dia memperkirakan pesertanya akan berjumlah 5.000 sampai 10.000 pelari, termasuk 1.000 pelari dari 20 negara. Selama 4 hari, Sapta juga memprediksi para peserta mancanegara itu akan menghabiskan 150 dollar AS per harinya.

Landmark sekelas Menara Eiffel saja masih terus dipromosikan, apalagi dengan Tugu Monas, Jembatan Suramadu dan lainnya. Jadi perlu terus dipromosikan lewat berbagai event, termasuk sport tourism.

Kunci kesuksesannya adalah keprofesionalan penyelenggaraannya dan keunikan event ini, selain kontinuitasnya setiap tahun. Jika itu dipegang teguh, pastinya event paduan olahraga dan pariwisata ini bakal berkelas, makin diminati, berumur panjang, dan mendunia.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.