Jumat, 22 Maret 2013

Maret, Bulan Duka Penelusuran Gua Indonesia

Bulan Maret 2013 ini, bisa dibilang bulan duka buat petualangan penelusuran gua (caving) di Tanah Air. Pasalnya, lima nyawa penelesur gua terenggut saat dan usai melakoninya, dalam waktu tak berselang lama di dua gua berbeda. 

Diawali dengan tewasnya dua Mahasiwa Pencinta Alam Teknik Sipil (Mapateksi), Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yakni Hari Miftahul Rohmah (21) dan Nur Faizin (22).

Keduanya terseret arus air bah di sungai Gua Kiskendo, Dusun Guwo, Desa Trayu, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jenasah Hari, mahasiswa asal Bekasi ini ditemukan oleh seorang petani, warga Desa Trayu, Senin pagi (11/3).

Sedangakn Nur Faizin, warga Ungaran ini baru ditemukan jenazahnya 3 hari kemudian, tidak jauh dari lokasi ditemukannya jenasah Hari di Dusun Ngadipiro, Desa Kertosari. Kamis ( 14/3).

Keduanya tengah melakukan survei gua yang terletak 15 Km ke arah Selatan (Boja) Kota Kendal melalui Kaliwungu atau 40 Km dari pusat kota Semarang ini pada Minggu (10/3).

Lima hari kemudian, setelah jenasah Nur Faizin ditemukan, tiga anggota Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia tewas diterjang banjir bandang saat menyusuri Gua Seropan di Dusun Serpeng, Desa Pacarejo, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa malam, (19/3).

Tiga korban yang meninggal itu adalah Ganang Samudra, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta asal Solo; Hevin Fahariza, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto asal Surabaya; dan Dian Putri Permatasari, mahasiswa Biologi Universitas Gajah Mada.

Mereka diduga meninggal lantaran tenggelam dan kehabisan oksigen di dalam gua yang memiliki kedalaman mencapai 40 meter dan berbentuk vertikal ini. Ketika itu mereka tengah mengikuti "Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya 2013" yang diikuti 25 penelusur, terdiri atas 5 orang panitia dan 20 orang peserta. 

Sebelum kedua musibah itu, masih pada bulan yang sama, tepatnya di awal Maret, enam wisatawan Nusantara terjebak dalam perut Goa Sriti di Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogjakarta akibat banjir bandang sungai bawah tanah, Sabtu (2/3/2013). Untungnya, tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Padahal ketika mereka masuk gua, kondisi air Gua Sriti aman setelah dipastikan oleh tim pemandunya, yakni tinngi air kurang dari dua meter. Dan kondisi cuaca di luar pun sedang bagus. Namun saat rombangan berada di separuh penelusuran, tiba-tiba hujan turun dan menyebabkan banjir lalu menjebak mereka.

Jangan Tertipu
Belajar dari kecelakaan di gua selama bulan Maret ini, sudah semestinya para pengiat penelesur gua lebih berhati-hati. Tak sekadar siap fisik-mental dan peralatan pun pemahaman kondisi cuaca amatlah diperlukan. Jangan memaksakan caving saat intensitas hujan masih cukup tinggi.

Jangan mudah tertipu oleh cuaca bagus atau cerah di sekitar gua. Padahal tanpa diketahui di bagian atas tempat sumber air yang curahannya mengalir ke gua tersebut, sedang atau sudah terjadi hujan deras dan lama.

Perlu strategi khusus saat menelususri gua, terutama gua berbentuk vertikal dan atau bersungai bawah tanah. Antara lain, selain membentuk tim di luar atau mulut gua, pun ada tim yang memantau kondisi cuaca di bagian atas bukit di mana gua itu berada. Jika hujan lebat turun, tim tersebut bisa langsung memberi kabar siaga kepada tim yang ada di mulut dan dalam gua.

Penulis turut berduka atas musibah yang menimpa penelesur gua selama bulan ini. Dan buat peminat gua, tetaplah menelusuri gua dengan hati-hati dan bijaksana.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok.yogyakarta.panduanwisata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.