“Bromo Tengger Semeru atau BTS tetap menjadi andalan utama kami andalan kami. Wisman yang datang ke Malang Raya pasti bertujuan ke BTS,” terang Kepala Bidang (Kabid) Promosi Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Agung Hariana Buana dalam acara Sosialiasi Promosi Pariwisata Mancanegara pada Media Nasional yang digelar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara (P3M), Kementerian Pariwisata (Kemenpar), di Hotel Harris, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (10/11/2017).
Menurut Agung ada 4 pintu masuk yang biasa digunakan wisman untuk mencapai BTS, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Glubuk Klakah. “Pintu maruk Glubuk Klakah itu cuma 1 jam dari Kota Malang dengan mobil,” ujar Agung.
Wisata di Glubuk Klakah sendiri sedang menggeliat. “Di sana juga ada objek wisata Air Terjun Coban Pelangi dan Coban Jahe. Wisatawan juga bisa berwisata petik apel dan stroberi serta outbound,” tambah Agung.
Wisatawan yang datang ke BTS lewat Glubuk Klakah biasanya bermalam di homestay. “Di Glubuk Klakah kini bermunculan homestay, jumlahnya sudah ada 120 homestay,” terang Agung.
Andalan kedua Malang Raya dalam menjaring wisman selama ini adalah wisata sejarah atau heritages berupa peninggalan Singosari.
“Kini ada icon 5 candi besar yang menarik kunjungan wisatawan Eropa terutama Belanda dan juga belakangan ini Thailand. Kelima candi itu Singosari, Sumber Awan, Jago, Kidal dan Candi Badut,” ungkap Agung.
“Kini ada icon 5 candi besar yang menarik kunjungan wisatawan Eropa terutama Belanda dan juga belakangan ini Thailand. Kelima candi itu Singosari, Sumber Awan, Jago, Kidal dan Candi Badut,” ungkap Agung.
Selanjutnya andalan ketiga Malang Raya dalam menarik kunjungan wisman adalah pantai, terutama Pantai Tiga Warna.
Selain berpanorama menawan dan bersih, pantai ini punya keistimewaan tersendiri karena berkonsep ramah lingkungan atau ekologi.
“Pengunjung yang boleh masuk cuma 200 orang. Setiap masuk pengunjungnya dicek dulu. Kalau misalnya membawa 5 kantong sampah, ya harus membawa kembali sesuai sampai yang dibawa. Tujuannya agar pantainya tidak tercemar sampah,” jelas Agung.
Satu lagi yang diminati wisman selagi di Malang Raya adalah wisata kampung. “Biasanya wisatawan asing tersebut naik kereta ke Kota Malang lalu masuk ke kampung-kampung melihat suasana dan kehidupan warga kampung, seperti orang berjualan di gang dan pasar tradisional di kampung yang berada di dekat jalan raya,” terang Agung.
Menurut Agung kalau BTS, kawasan heritages Candi Singosari dan Pantai Tiwa Warna kerap dikunjungi wisman secara berkelompok, justru wisata kampung diminati wisman individual traveler dari Eropa.
Hadir dalam acara sosialisiasi, Deputi Bidang P3M Kemenpar I Gde Pitana sebagai narasumber utama dan Sesdep Bidang P3M N.W Giri Adyani sebagai moderator.
I Gde Pitana memuji Malang Raya yang ternyata memiliki begitu banyak objek wisata dan di antaranya sudah berhasil menjaring wisman.
“Tinggal bagaimana mengemas lebih baik lagi terutama objek-objek wisata yang menjadi andalan dalam menjaring wisman, lalu memasarkannya dengan gencar dan tepat sasaran serta membidik pasar wisman baru buat Malang Raya agar lebih banyak lagi wisman yang berkunjung,” imbaunya.
Menurut Pitana acara sosialisasi yang berlangsung 3 hari sampai Minggu (12/11) ini merupakan bagian dari programnya untuk meningkatkan kunjungan wisman.
"Tahun ini targetnya 15 juta wisman dengan asumsi perolehan devisa sebesar 14,9 miliar dolar AS dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman dengan pedapatan devisa sampai Rp 280 triliun pada 2019 mendatang," ungkap Pitana.
"Tahun ini targetnya 15 juta wisman dengan asumsi perolehan devisa sebesar 14,9 miliar dolar AS dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman dengan pedapatan devisa sampai Rp 280 triliun pada 2019 mendatang," ungkap Pitana.
Usai acara sosialisasi yang diikuti sekitar 50 wartawan/blogger yang tergabung dalam Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) diajak ke sejumlah objek wisata di kawasan BTS, antara lain ke puncak B29 di Desa Argosari, Kabupaten Lumajang, yaitu sebuah bukit berketinggian 2900 Meter di atas permukaan laut (Mdpl) yang masih bagian dari kawasan konservasi Taman Nasional BTS.
Setelah itu menikmati makanan tradisional khas Tengger di Desa Argosari dilanjutkan ke lokasi peternakan Kambing Etawa Sundoro untuk melihat proses pembuatan susu kambing dan varian olahannya.
Selanjutnya mampir ke Ranu Pani, salah satu ranu (telaga) di kawasan BTS yang menjadi titik awal pendakian ke Semeru, gunung aktif tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya bernama Puncak Mahameru.
Malamnya, sebelum kembali ke Hotel Harris mampir ke Resto Inggil, salah satu spot wisata kuliner di Kota Malang yang bernuansa Malang tempo doeloe.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Deputi Bidang P3M Kemenpar I Gde Pitana sebagai narasumber utama Sosialisasi Promosi Pariwisata Mancanegara pada Media Nasional didampingi Kabid Promosi Pariwisata Disbudpar Kota Malang Agung H. Buana dan Sesdep Bidang P3M N.W Giri Adyani sebagai moderator.
2. Peserta sosialisasi terdiri atas sejumkah wartawan/blogger dari Forwapar.
3. Narasumber dan peserta berfoto bersama usai acara diskusi sosialisasi.
4. Para peserta sosialisasi berfoto bersama para ojek motor di plang B29, salah satu objek di BTS.
Captions:
1. Deputi Bidang P3M Kemenpar I Gde Pitana sebagai narasumber utama Sosialisasi Promosi Pariwisata Mancanegara pada Media Nasional didampingi Kabid Promosi Pariwisata Disbudpar Kota Malang Agung H. Buana dan Sesdep Bidang P3M N.W Giri Adyani sebagai moderator.
2. Peserta sosialisasi terdiri atas sejumkah wartawan/blogger dari Forwapar.
3. Narasumber dan peserta berfoto bersama usai acara diskusi sosialisasi.
4. Para peserta sosialisasi berfoto bersama para ojek motor di plang B29, salah satu objek di BTS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.