Minggu, 19 November 2017

Objek-Objek Wisata Ini Diserbu Peserta dan Penonton JIHW 2017




Perhelatan Jogja International Heritage Walk (JIHW) 2017 berdampak positif buat pariwisata Yogyakarta. Pasalnya, sejumlah objek wisata di provinsi istimewa ini diserbu peserta maupun penonton jalan kaki tingkat bertaraf internasional ini dan kemudian dipublikasikan ke beragam media sehingga semakin terangkat namanya.

Pantauan TravelPlus Indonesia, selama 3 hari penyelenggaraan JIHW ke-9 ini, 17-19 November 2017, ada sejumlah objek wisata yang dikunjungi peserta dan penontonnya, sekaligus mendapat publikasi baik di sosial media (Instagram, Facebook dan lainnya) maupun di media massa (online/blog, cetak, dan lainnya) lewat liputan sejumlah jurnalis maupun blogger.

Sejumlah objek tersebut, terdiri atas penginapan/hotel, objek wisata, rumah makan/resto, dan lainnya.

Untuk hotel yang terekspos namanya tentu saja Grand Hyatt lantaran menjadi lokasi gala dinner sekaligus pembukaan JIHW 2017.

Acara tersebut dihadiri delegasi peserta JIHW dari mancanegara seperti Taiwan, Belanda, Belgia, Australia, Jepang, Korea Selatan, Rusia, China, Jerman, Perancis, Austria, Amerika Serikat, dan Kanada serta tentunya beberpa wartawan/blogger yang meliputnya.

Beberapa hotel lain yang mendapat lonjakan tamu antara lain Hotel Arjuna dan sejumlah hotel di sepanjang jalan Malioboro sampai ke Tugu Jogja.

Sementara objek wisata yang ikut menjulang namanya antara lain Candi Prambanan, Keraton Jogja, Kalisuci, Pemakanan Sultan Agung dan para raja di Imogiri.

Saat pelaksanaan walking day hari pertama JIHW 2017 yang mendapat dukungan dari Pesona Indonesia-nya Kementerian Pariwisata (Kemenpar), pesona Candi Prambanan sudah terpublikasikan lewat Instagram baik oleh para peliput maupan pesertanya maupun pengunjung yang datang ke candi tersebut lantaran gratis alias tidak dikenakan tiket masuk.

Beberapa wartawan/blogger yang meliput walking day hari pertama itu pun langsung menayangkan beritanya lewat media online dan travel blog dengan tak ketinggalan mengupas sedikit tentang daya tarik candi hindu terbesar di Asia Tenggara tersebut. Alhasil nama Candi Prambanan semakin mendunia.

Rumah makan/resto yang juga terekpsos namanya antara lain Bilik Kayu Heritage Resto di Umbulharjo, Kota Jogja lantaran menjadi lokasi Farewell Party sekaligus penutupan JIHW 2017.

Rumah makan lain yang juga mendapat limpahan rejeki karena diburu peserta JIHW 2017 adalah Sate Klatak Pak Pong di Imogiri Timur dan sejumah ikon kuliner di Kota Jogja seperti Gudeng Yu Djum, Bebek & Ayam Kremes Wong Jogja, sejumlah angkringan, dan Mie Jawa Mbah Gito di Kota Gede.

Tak ketingalan sejumlah sentra oleh-oleh di sepanjang Jalan Malioboro seperti Hamzah Batik (dulu namanya Mirota) dan beberapa sentra Bakpia seperti Bakpia Kencana sampai Bakpia Princess-nya Syahrini, Jogja Scrummy-nya Dude Harlino dan Mamahke Jogja-nya Zaskia Adya Mecca.

Begitupun dengan objek wisata beraroma petualangan seperti Cave Tubing yang memadukan caving (penelusuran gua) dengan rafting (susur sungai) menggunakan ban dalam mobil sebagai rakitnya di Kalisuci, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, juga diburu peserta dan penonton JIHW 2017.

Meskipun ada kegiatan serupa di lokasi lain, namun Cave Tubing Kalisuci tetap menjadi pilihan banyak wisnus dan wisman untuk memacu adrenalin.

Selain berpanorama elok dan cukup menantang, harga paketnya pun amat terjangkau, cuma Rp 70 ribu per orang, sudah termasuk suguhan mie goreng/rebus plus air mineral serta air teh hangat manis.  

Kawasan budaya di Imogiri, Bantul yang menjadi lokasi walking day JIHW 2017 hari kedua, Minggu (19/11) juga terangkat namanya lantaran terpublikasikan media massa dan medsos seperti Jembatan Silik di Dusun Karantengah, Kedungmiri, Sriharjo, dan Jembatan Oya.

Hal serupa juga terlihat di Permakaman atau Pasarean Imogiri, Bantul yang menjadi tempat pemakaman para raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Maklum lokasinya tidak jauh dengan tempat start walking day hari kedua JIHW 2017.

Menariknya, di Permakamam Imogiri tersebut, pengunjungnya wajib mengenakan pakaian jawa, lengkap dengan baju, kain batik dan blangkonnya bagi laki-laki dan kemben bagi perempuan. Pakaian tersebut sudah disediakan petugas setempat dengan menyewa Rp 10 ribu saja.

Nah, kalau walking day hari pertama JIHW, Candi Prambanan menjadi ikon heritage-nya, maka Permakaman Imogiri yang terletak di atas perbukitan yang masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu ini menjadi ikon heritage walking daya hari kedua, mengingat pemakaman tersebut sudah berusia sekitar 4 abad, dibangun tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram.

Pelaku usaha wisata lainnya yang turut kecipratan untung lewat JIHW 2017 ini tentu saja rental mobil dan maskapai penerbangan, berikut pedagang makanan dan minuman serta cindera mata.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Para peserta walking day hari kedua Jogja Intgernational Heritage Walk (JIHW) 2017 melakukan registrasi di Imogiri, Bantul
2. Gala dinner JIHW 2017 di Grand Hyatt Jogja.
3. Candi Prambanan kian menduia gara-gara JIHW 2017.
4. Penonton JIHW 2017 memoret kedai Sate Klatak Pak Pong.
5. Penonton JIHW 2017 be-Cave Tubing di Kalisuci, Gunungkidul, DIY.
6. Penonton JIHW 2017 berpakaian adat Jawa sebelum memasuki Permakaman Imogiri, Bantuk, DIY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.