Hal itu disampaikan dr. Lily S. Sulistyowati, MM., Direktur Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di acara Media Briefing Hari Stroke Sedunia (World Stroke Day), di Jakarta, Rabu (25/10/2017).
Menurut World Health Organization (WHO)stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak, bukan oleh sebab lainnya. Gangguan fungsi saraf pada stroke diakibatkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
“Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain,” terang dr. Lily.
Menurut dr. Lily, stroke dapat dicegah dengan pengendalian perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik serta penggunaan alkhohol.
“Faktor perilaku tersebut merupakan penyebab terjadinya faktor risiko fisiologis atau faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke,” ungkapnya.
Kata dr. Lily ada alat penilaian sederhana untuk mengetahui apakah sesorang terkena stroke, yakni dengan “SEGERA KE RS”, yaitu Senyum tidak simetris, Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, BicaRa pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata/bicara, Kebas atau baal, Rabun, Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba, dan gangguan fungsi keseimbangan.
Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk stroke, lanjut dr. Lily, Kemenkes fokus pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya yang dilakukan itu antara lain dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017, yang tahun ini difokuskan pada kegiatan deteksi dini, peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah dan sayur.
“Kalau makan sayur jangan cuma dua lembar atau smeangkung kecil saja, tapi harus cukup, termasuk buah-buahan. Dan kurangi makanan yang berlemak,” imbaunya.
Lalu Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, sejalan dengan agenda ke-5 Nawacita yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang dimulai dari keluarga, di antaranya penderita hipertensi berobat teratur dan tidak ada anggota keluarga yang merokok.
“Yang masih merokok, sudah saatnya berhenti total,” tambahnya.
Tak ketinggakan meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu Cek Kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
“Jangan malas untuk cek kesehatan,” sarannya.
Kata dr. Lily, gerakan pencegahan stroke tidak hanya digaungkan oleh Kemenkes.
Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia (PERDOSSI) bekerja sama dengan Boehringer Ingelheim juga telah meluncurkan ANGELS Initiative pada April 2017.
Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia (PERDOSSI) bekerja sama dengan Boehringer Ingelheim juga telah meluncurkan ANGELS Initiative pada April 2017.
ANGELS Initiative merupakan inisiatif dan komitmen Boehringer Ingelheim dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit khususnya dalam penanganan stroke secara terpadu untuk mengurangi angka kejadian stroke.
“Adapun upaya penanganan stroke dilakukan dengan meningkatkan tindakan preventif, diagnosis, dan terapi untuk stroke akut,” terang dr. Lily.
Media briefing yang juga dihadiri Prof. Dr. dr. Moh. Hasan Machfoed, Sp.S(K), M.S selaku ketua umum pengurus pusat Perdossi, dan dr. H. Salim Haris SpS (K) selaku ketua Kelompok Studi Stroke Perdossi serta penyintas stroke ini merupakan rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Stroke Sedunia tahun 2017, yang jatuh pada tanggal 29 Oktober.
Tahun ini peringatan tersebut mengangkat tema “What is your reason for preventing Stroke?”.
Tema tersebut, sambung dr. Lily diangkat untuk menggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan waspada terhadap stroke dengan melibatkan semua pihak dalam upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko dengan perilaku hidup sehat, mampu mendeteksi gejala awal stroke, mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik, tepat dan terjangkau saat terjadi serangan.
“Kemenkes berharap dengan peringatan hari Stroke Sedunia tahun ini membuat semua individu dapat menjadi agen perubahan dalam perilaku hidup sehat, khususnya dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko stroke, sehingga masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas dapat diwujudkan,” tutup dr. Lily.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. dr. Lily S. Sulistyowati, MM., Direktur Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes di acara Media Briefing Hari Stroke Sedunia di Jakarta, Rabu (25/10/2017).
2. Cegah faktor perilaku penyebab terjadinya stroke
3. Peserat media briefing dihadiri sejumlah jurnalis dan blogger.
4. Tips mudah mengenali gejala dan tanda-tanda stroke.
5.
Para narsum media briefing World Stroke Day yang digelar Kemenkes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.