Nama restonya Darmaga Sunda Resto. Lokasi di sebelah kiri sebelum Gapura Selamat Datang di Kabupaten Bandung, kalau dari arah Garut.
Kalau dari arah Tol Cileunyi, Bandung. Tulisan di gerbangnya Selamat Jalan. Persisnya di Jalan Raya Bandung-Garut, Nagreg Km 36, masuk wilayah Garut.
Dinamakan Darmaga, lantaran di dalamnya terdapat sebuah danau (kolam buatan) berair hijau yang di tepiannya dibangun restoran berbentuk perahu besar, seolah-olah perahu itu tengah berlabuh di sebuah dermaga.
TravelPlus Indonesia dan beberapa rekan pun mampir ke resto milik H. Dadang Arifin, asli orang Leles, Garut ini saat jam makan siang, tepatnya selepas Zuhur, sekitar pukul 1 siang, Minggu (3/9).
Ternyata halaman parkir di depan resto yang terletak di bibir jalan raya itu penuh dengan bermacam mobil, yang mendominasi mobil ber-plat B dari Jakarta, lalu D (Bandung), F (Bogor), A (Banten), Z (Garut), T (Purwakarta-Karawang-Subang-Bekasi), dan E dari Cirebon.
Sejumlah mobil pun yang tak kebagian parkir, dialihkan petugas parkir ke halaman parkir kantor Kecamatan Nagreg di sebelah kanan resto tersebut.
Bentuk resto ini kalau dilihat dari depan halaman parkirnya, biasa saja, tidak ada yang spesial.
Hanya tulisan Dermaga Sunda Resto dan gambar perahu layar berwarna putih yang tertera di papan berwarna keunguan, serta lambang kemudi kapal dari kayu berwarna coklat.
Papan dengan tulisan itu terpampang di atas bangunan resto bagian depan. Sementara dinding depannya dari kayu dan juga jendela kaca dengan list kayu berwarna ungu, ditambah hiasan beberapa setir kapal berwarna merah.
Tapi kalau dari dalam, baru nampak keistimewaannya. Resto ini terdiri atas 2 lantai, lantai bawah dan atas.
Di lantai bawah atau dasar, pas masuk di sebelah kanan nada toko makanan dan minuman ringan, sebelah kiri ada kasir lalu di bagian dalam pertama sebelah kanan ada tempat makan lesehan, sedangkan di bagian kiri ada panggung kecil tepat live music berupa organ tunggal.
Di lantai bawah atau dasar, pas masuk di sebelah kanan nada toko makanan dan minuman ringan, sebelah kiri ada kasir lalu di bagian dalam pertama sebelah kanan ada tempat makan lesehan, sedangkan di bagian kiri ada panggung kecil tepat live music berupa organ tunggal.
Bagian selanjutnya, di kiri-kanan ada tempat makan lesehan sedangkan di bangian tengah ada deretan kursi dan meja dari kayu berwana coklat.
Di depan moncong perahu ada kolam dengan aneka ikan emas dan lainnya.
Sementara di samping kiri dan kanan serta depan kolam ada deretan saung makan berbentuk rumah tradisional dari kayu.
Sementara di samping kiri dan kanan serta depan kolam ada deretan saung makan berbentuk rumah tradisional dari kayu.
Di lantai atas atau satu ada tempat makan berbentuk perahu kecil dendari kayu berwarna coklat. Di kiri kanannya ada tempat makan lesehan.
Di bagian atas ini, pengunjung bisa melihat pemandangan alam berupa gunung dan sawah, dan tentunya moncong perahu, kolam dan sejumlah saung.
Kami memilih makan secara lesehan di lantai dasar, bagian kanan. Kami memesan Nasi Liwet Kastrol Paket Ayam Kampung Bakar untuk 5 orang dengan harga Rp 205 ribu.
Menu tambahan lainnya Gurame Goreng Tepung ukuran besar, 800gram (Rp 70 ribu), Tumis Toge, dan Pete Bakar Rp 10 ribu.
Untuk minumnya, saya pesan Es Cincau Ice Cream (Rp 15 ribu), sedangkan 4 rekan yang lain pesan Es Dahaga Darmaga Sunda (Rp 25 ribu), Es Jeruk (Rp 17.500), dan Teh Es Manis Rp 7.500.
“Nanti paket nasi liwetnya kami antar sekitar 15 menit,” ujar salah seorang pelayannya.
“Nanti paket nasi liwetnya kami antar sekitar 15 menit,” ujar salah seorang pelayannya.
Sambil menunggu saya nge-cas tablet di salah satun tiang kayu di lesehan itu. Lalu jalan-jalan keliling perahu bagian dasar, ke tepi danau melihat saung dan air terjun serta goa buatan. Setelah itu ke bagian atas.
Sewaktu saya turun lagi ke lantai dasar, menu yang kami pesan belum juga datang. Mungkin pegunjung resto siang itu penuh dan tak henti-henti datang, sehingga pelayan dan koki-nya kewalahan/keteteran.
Menurut salah seorang pelayannya, resto ini bisa menampung total sampai 800 orang, mulai dari lantai dasar baik lesehan, saung, maupun di lantas atas.
Pengunjung yang datang kebanyakan keluarga inti beserta anak bahkan kakek dan nenek usai berwisata ke Garut maupun Bandung.
Kelebihan resto ini, selain menikmati aneka hidangan nasi liwet dan aneka menu lainnya, bias narsis di beberapa spot menarik seperti air terjun buatan dan juga danau dengan background resto yang berbentuk perahu.
Di danaunya, pengunjung juga bisa keliling dengan bebek air, harga sewanya cuma Rp 20.000. sementara anak-anak bisa naik becak mini di trek datar, di tepian danau.
Fasilitas umum di resto ini pun terbilang lengkap, selain parkir juga ada toilet dan mushola.
Akhirnya menu yang kami pesan tiba. Rupanya nasi liwet-nya memang ditempatkan di wadah khusus dari aluminium yang disebut kastrol, berikut centong kayunya. Warna nasi liwet-nya agak kehijauan. Rasanya gurih seperti nasi uduk.
Akhirnya menu yang kami pesan tiba. Rupanya nasi liwet-nya memang ditempatkan di wadah khusus dari aluminium yang disebut kastrol, berikut centong kayunya. Warna nasi liwet-nya agak kehijauan. Rasanya gurih seperti nasi uduk.
Lauknya bukan cuma ayam kampung bakar, pun ada tempe goreng tepung, perkedel, lalapan mentimum, daun salada, kemangi, terong, kol, dan sambel.
Penampilannya secara keselurahan sangat menggugah selera. Dan memang ketika dicicipi, luar biasa nikmatnya. Pantas saja, sebagian besar pengunjung banyak yang memesan menu satu ini.
Melihat keistimewaan konsep yang membawa nuansa laut ke alam pegunungan, ditambah lezatnya aneka menu yang disuguhkan, terutama paket nasi liwet kastrolnya, wajar kalau resto yang baru beroperasi setahun lalu ini selalu dipadati pengunjung, terlebih di akhir pekan.
Penampilannya secara keselurahan sangat menggugah selera. Dan memang ketika dicicipi, luar biasa nikmatnya. Pantas saja, sebagian besar pengunjung banyak yang memesan menu satu ini.
Melihat keistimewaan konsep yang membawa nuansa laut ke alam pegunungan, ditambah lezatnya aneka menu yang disuguhkan, terutama paket nasi liwet kastrolnya, wajar kalau resto yang baru beroperasi setahun lalu ini selalu dipadati pengunjung, terlebih di akhir pekan.
Karena itu pula, Travelplus Indonesia mengupasnya lantaran memang layak direkomendasikan sebagai tujuan wisata kuliner relatif baru di tataran parahyangan yang berpanorama geulis, antara Bandung dan Garut.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Nasi Liwet Kastrol Paket Ayam Kampung Bakar untuk 5 orang.
2. Rumah makan berbentuk perahu ala Darmaga Sunda.
3. Tempat makan berupa perahu kecil di lantai atas.
4. Es Dahaga Darmaga minuman andalan Darmaga Sunda.
5. Menikmati Nasi Liwet Kastrol secara lesehan.
6. Naik bebek air, becak mini dan masuk ke goa serta air terjun di belakangnya.
7. Sepenggal pemandangan alam dari atas Darmaga Sunda Resto.
Captions:
1. Nasi Liwet Kastrol Paket Ayam Kampung Bakar untuk 5 orang.
2. Rumah makan berbentuk perahu ala Darmaga Sunda.
3. Tempat makan berupa perahu kecil di lantai atas.
4. Es Dahaga Darmaga minuman andalan Darmaga Sunda.
5. Menikmati Nasi Liwet Kastrol secara lesehan.
6. Naik bebek air, becak mini dan masuk ke goa serta air terjun di belakangnya.
7. Sepenggal pemandangan alam dari atas Darmaga Sunda Resto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.