Selasa, 19 September 2017

Indonesia Goes Pink di Nusa Dua Bali, Cara Indonesia Peringati Hari Kanker Payudara Sedunia

Dalam rangka memperingati Hari Kanker Payudara Sedunia yang dirayakan setiap bulan Oktober, Lovepink akan menyelenggarakan Indonesia Goes Pink di Nusa Dua, Bali pada 7-8 Oktober 2017 mendatang.

Acara Indonesia Goes Pink (IGP) yang berkolaborasi dengan Bali Pink Ribbon, Reach to Recovery Surabaya, dan Rumah Sakit Onkologi Surabaya ini akan dihadiri 1000 penyintas (survivors)  kanker payudara dari seluruh Indonesia.

Bermacam acara akan menyemarakkan IGP ini antara lain lomba Pink Run (5K, 10K, 21K) pesertanya wajib registrasi/mendaftar dan berbayar, untuk Fun Walk (3K) pesertanya tidak dipungut bayaran alias gratis namun harus registrasi, lalu ada workshop dan expo, Thousand Voices of Survivors Dinner, Talkshow serta Pemeriksaan USG.

IGP merupakan salah satu bentuk kampanye pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang dilakukan oleh setiap perempuan dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) oleh tenaga kesehatan terlatih, yang dilakukan oleh para penyintas kanker payudara yang tergabung dalam komunitas Lovepink.

Sebab SADARI dan SADANIS tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pun komunitas seperti Lovepink.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPPTM), Kemenkes, dr. Lily S. Sulistyowati, kanker payudara merupakan salah satu prevalensi kanker tertinggi di Indonesia, yaitu 50 per 100.000 penduduk dengan angka kejadian tertinggi di D.I Yogyakarta sebesar 24 per 10.000 penduduk sesuai informasi dari Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2013.

“Kanker payudara termasuk dalam 10 penyebab kematian terbanyak pada perempuan di Indonesia dengan angka kematian 21,5 per 100.000 penduduk,” jelasnya dalam acara Media Briefing bertema “Ayo Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI dan SADARNIS” di Ditjen P2P, Gedung D lantai 4, Kemenkes, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/2017).

Faktor yang dapat memicu kanker payudara, lanjut dr. Lily yang kini berbusana muslimah sepulang dari pergi haji, antara lain perokok aktif dan pasif, pola makan buruk, usia haid pertama di bawah 12 tahun, perempuan tidak menikah, dan perempuan menikah tidak memiliki anak.

“Selain itu perempuan yang melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun, tidak menyusui, menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam waktu lama, usia menopause lebih dari 55 tahun, pernah operasi tumor jinak payudara, dan riwayat radiasi serta riwayat kanker dalam keluarga,” terangnya.

Kata dr. Lily kanker payudara itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai sejak dini. Kendati begitu dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, rutin melakukan SADARI SADANIS.

Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku masyarakat dalam deteksi dini kanker payudara masih rendah. “Tercatat 53,7% masyarakat tidak pernah melakukan SADARI, sementara 46,3% pernah melakukan SADARI; dan 95,6% masyarakat tidak pernah melakukan SADANIS, sementara 4,4% pernah melakukan SADANIS,” papar dr. Lily.

Oleh karena itu Kemenkes menghimbau setiap perempuan untuk melakukan SADARI dan SADANIS secara berkala dengan tujuan menemukan benjolan dan tanda-tanda abnormal pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secepatnya.

“SADARI dan SADANIS dapat dilakukan setiap bulan pada hari ke 7 hingga ke 10 terhitung dari hari pertama haid; atau pada tanggal yang sama setiap bulan bagi perempuan yang sudah menopause,” imbau dr. Lily.

Dengan melakukan SADARI dan SADANIS secara berkala, lanjut dr. Lily, kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dan meningkatkan angka harapan hidup pada penderitanya.

Selain dr. Lily, hadir pula beberapa nara sumber lainnya dari komunitas lovepink dan dr. Bob Andinata dari Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI).

Menurut dr. Bob laki-laki juga berpeluang terkena kanker payudara, biasanya pada lelaki yang memiliki berat badan lebih.

“Cara mendeteksi beda dengan perempuan. Karena lelaki tidak memiliki payudara sebagaimana payudara perempuan dan tidak haid. Jadi langsung periksa ke dokter saja,” saran dr. Bob.

Terkait pelaksanaan IGP, Wakil Ketua IGP Samantha Barbara menjelaskan IGP melibatkan komunitas pelari untuk mendapatkan awareness mengenai kanker payudara.

“Biaya registrasi Pink Run Rp 250 ribu per orang untuk 5K, Rp 300 ribu untuk 10 K, dan Rp 400 ribu untuk 21 K. informasi acara dan pendaftaran dapat dilakukan melalui www.indonesiagoespink.com yang telah dibukan sejak tanggal 18 Mei 2017 sampai 24 September 2017. Sejumlah artis ternama akan memeriahkan IGP ini,” terang Samantha.

Naskah dan foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. dr. Lily berbusana muslimah tengah menjelaskan faktor pemicu kanker payudara dan pencegahannya.
2. Promo deteksi dini kangker payudara dan kegiatan Indonesia Goes Pink (IGP) di Nusa Dua Bali.
3. Sejumlah wartawan dan blogger mengikuti media briefing bertema “Ayo Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI dan SADARNIS” di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.