Minggu, 06 Agustus 2017

Carica dan Purwaceng, Buah Tangan Paling Diburu Penonton Dieng Culture Festival

Usai menyaksikan perhelatan Dieng Culture Festival (DCF) 2017 di Dieng, Wonosobo-Banjarnegara, Jawa Tengah, para pengunjung menyerbu bermacam oleh-oleh khas Dieng. Dari sekian buah tangan Negeri di Atas Awan itu, tentu saja Carica dan Purwaceng yang paling diminati lantaran spesial.

Carica adalah pepaya gunung khas Dieng. Buah yang bernama latin Vasconcellea Cundinamarcencis ini tumbuh subur di dataran tinggi seperti Dieng, yaitu pada ketinggian sekitar 1.500-3.000 meter di atas permukaan laut (Mdpl). 

Selain di Dieng, buah ini juga bisa dijumpai di Bali, dengan sebutan local Gedang Memedi. Tapi asal asli buah ini sebenarnya dari dataran tinggi Andes, Amerika Selatan.

Konon kabarnya masuk ke Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda di Perang Dunia II, kemudian tumbuh subur di dataran tinggi Dieng hingga menjadi buah khas daerah bersuhu dingin ini.

Bentuk buah Carica mirip dengan pepaya pada umumnya. Tapi ukurannya lebih kecil. Begitupun dengan pohonnya, tapi pohon Carica cabangnya lebih banyak. Tinggi tanaman sekitar 1-2 meter.

Buah Carica yang sudah matang berwarna kekuningan. Rasanya asam namun berbau harum.

Kalau yang masih muda berwarna hijau tua dan masih mengandung banyak getah yang bisa mengakibatkan gatal. Karena itu saat mengupas Carica, penduduk Dieng selalu mengenakan kaos tangan tebal untuk melindungi tangan dari getahnya.

Lantaran rasanya asam kalau dimakan mentah, oleh warga Dieng diolah menjadi manisan Carica berkuah dengan rasa manis segar.

Berdasarkan hasil penelitian, Carica memiliki banyak manfaat. Carica muda yang dikeringkan dapat dijadikan serbuk yang dapat diolah menjadi bahan pembuat obat penyakit kulit dan kosmetik.

Daunnya juga bisa digunakan untuk mengempukkan daging sebagaimana daun papaya pada umumnya lantaran mengandung zat papain yang dapat menetralkan Ph dan membunuh bakteri jahat.

Carica matang banyak mengandung vitamin A nya dapat menjaga kesehatan mata, vitamin C untuk kesehatan kulit, vitamin B kompleks untuk membantu metabolisme dalam tubuh, dan vitamin E untuk menjaga kesegaran kulit serta zat agrinin yang dapat membantu menghambat pertumbuhan sel kanker, terutama kanker payudara.

Kandungan seratnya juga tinggi yang dapat membantu memperlancar proses pencernaan, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita maag maupun masalah pada pencernaan.

Carica pun aman dikonsumsi ibu hamil asalkan diproses dengan baik dan steril.

Pantauan Travelplus Indonesia disela-sela meliput DCF ke-8 yang mendapat dukungan promosi dan publikasi serta liputan sejumlah media online/blogger dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) lewat Asdep Pengembangan Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara selama 3 hari tanggal 4-6 Agustus 2017, Manisan Carica banyak dijual di kios, toko, dan sentra oleh-oleh di beberapa titik di sepanjang jalan mulai dari Kota Wonosobo sampai kawasan Dieng hingga Banjarnegara.

Di Dieng juga terdapat tempat pembuatan Carica, salah satunya di Rumah Carica. Wisatawan bisa melihat proses pembuatannya selain tentunya membelinya sebagai buah tangan.

Harga enam Manisan Carica ukuran cup plastik kecil harganya Rp 15.000, kalau yang besar satuannya Rp 5.000, sedangkan dalam botol kaca Rp 15.000 per botol.

Sekarang juga sudah ada Dodol Carica dalam bungkusan boks kardus dengan harga Rp 20 ribu per boks maupun dalam wadah keranjang rotan dengan harga Rp 25 ribu per keranjang ukuran kecil.

Selain itu juga ada Kripik Carika dengan harga Rp 20 ribu-Rp 35 ribu per bungkusnya.

Satu lagi buah tangan spesial Dieng yang juga diburu wisatawan selepas menonton DCF 2017 adalah Purwaceng yang kerap disebut ginseng-nya Dieng. Tanaman herbal bernama latin Pimpinella pruatjan ini juga tumbuh subur di Dieng. Bentuk daunnya kecil-kecil berwarna hijau.

Kalau Ginseng asal Korea hanya diambil bagian akarnya, Purwaceng Dieng bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya.

Setelah berumur sekitar 1 tahun siap dipanen, tanaman Purwaceng akan dicabut lalu dibersihkan. Setelah itu dikeringkan di oven, selanjutnya dihaluskan dan dikemas sesuai jenis produk yang diinginkan.

Hasil sejumlah penelitian, tanaman ini diketahui memiliki berbagai manfaat seperti menghangatkan tubuh, saraf, dan otot, menghilangkan masuk angin dan pegal linu, melancarkan buang air kecil, menghilangkan rasa sakit, menurunkan panas, obat cacing, anti-bakteri, dan mencegah kanker.

Tingkatkan Libido
Purwaceng juga diyakini dapat mengatasi ‘masalah besar’ yang dihadapi pria dewasa seperti gangguan ejakulasi dini, disfungsi ereksi, impotensi, lemah syahwat, dan kurang bertenaga lantaran Purwoceng dapat menambah jumlah kandungan sperma pria, meningkatkan libido ata gairah sexual pria, dan dapat meningkatkan kandungan hormon testosterone.

Semula masyarakat Dieng mengkonsumsi Purwaceng dengan cara merebusnya. Lalu air rebusannya diminum. Seiring perkembangan teknologi Purwaceng diolah menjadi bentuk serbuk sehingga dapat dikonsumsi kapan dan di mana saja.

Saat ini, Purwaceng sudah dicampur dengan bahan minuman lain seperti kopi, susu, dan teh sehingga lebih enak ketika dikonsumsi. Bahkan, sudah ada dalam bentuk kapsul.

Pengamatan TravelPlus Indonesia, ada beberapa desa di Deing yang warganya membudidayakan tanaman Purwaceng, yakni Desa Sikurang, Desa Sembungan, Desa Dieng, dan Desa Patok Benteng yang menjadi jalur pendakian umum ke Gunung Prau.

Di sejumlah objek wisata di Dieng seperti Kawah Sikidang, Telaga Warna, sekitar kompkes Candi Arjuna dan sepanjang jalan utama di Dieng banyak kios, toko, dan sentra oleh-oleh khas Dieng yang menjual Purwaceng.

Harga bubuk Purwaceng Kopi dijual dengan kisaran harga Rp 45.000 sampai Rp 85.000 per boks. Kalau Purwaceng Teh Rp 40 ribu sampai Rp 75 ribu per boks. Sedangkan Purwaceng Susu ukuran besar Rp 85 ribu per boks. Purwaceng yang dikemas dalam bentuk kapsul dijual antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 per bungkus.

Selain Carica dan Purwaceng, ada beberapa oleh-oleh khas Dieng lainnya yang diserbu pengunjung DCF 2017 seperti Kacang Dieng Balado Rp 20 ribu-Rp 35 ribu, Kripik Jamur Kuping Dieng Rp 20 ribu-Rp36 ribu, Kripik Jamur Kancing Dieng Rp 25 ribu, Kripik Jamur Tiram Dieng Rp 15 ribu, Opak Dieng Rp 15 ribu, Combro Kentang Rp 20 ribu-Rp 35 ribu per bungkus plastik, dan Teh Tambi Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per boks serta cabe khas Dieng berukruan besar dan tebal yang mirip caprika dengan harga Rp 15 ribu per kg.


Tak ketinggalan bermacam merchandise seperti kaos kaki, syal, balaklava, jaket, sweater, topi, tas, sandal, aksesoris gelang dan kalung serta kaos.

Paling diminati tentu saja kaos khas bertuliskan Dieng Culture Festival, Jazz Atas Angin, Dieng Plateu, dan I Love Dieng dengan harga mulai dari Rp 40 ribu untuk kaos lengan pendek sampai Rp 120 ribu per item untuk kaos lengan panjang.

Namun sekali lagi, dari sekian banyak oleh-oleh dari Dieng yang diburu pengunjung DCF 2017, Carica dan Purwacenglah juaranya.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Aneka buah tangan khas Dieng.
2. Manisan Carica banyak khasiatnya.
3. Salah satu sentra pembuatan dan penjualan Carica di Dieng.
4. Dodol Carica dalam kemasan rapi dan cantik.
5. Wisatawan memburu Purwaceng karena diyakini menambah 'stamina'.
6. Aneka Purwaceng paduan kopi, teh, dan susu.
7. Merchandise Dieng Culture Festival 2017 diminati para pengunjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.