Jumat, 18 Agustus 2017

Biaya Pendakian Cartenz Mahal Tapi Tetap Diincar Pendaki, Ini Alasannya

“Gue pengen banget ke Cartenz. Berapa ya biayanya?” begitu kata Nia asal Jakatta, usai menonton special screening film Negeri Dongeng di Theatre 1, XXI Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-72, Kamis (17/8/2017).

Gue juga mau banget. Berapa besar budget-nya, mana gue tahu,” timpal Ani rekannya.

Hal senada juga diutarakan beberapa penonton pria yang kebanyakan para pendaki gunung lainnya selepas menyaksikan film garapan sutradara Anggi Frisca itu.

Rupanya dari 7 puncak tertinggi atau seven summits Indonesia yang dimuat dalam film berdurasi 90 menit tersebut yakni pendakian Gunung Kerinci (Sumatera) November 2014, Gunung Semerau (Jawa) Desember 2014, Gunuung Rinjani (Lombok-NTB) Januari 2015, Bukit Raya (Kalimantan) Februari 2015, Gunung Rantemario (Sulawesi) Mei 2015, Gunung Binaiya (Pulau Seram-Maluku) November 2015, dan pendakian ke Gunung Cartenz di Papua yang termasuk dalam seven summits dunia pada April 2016, pendakian ke Cartenz-lah yang cukup menyita perhatian penonton.

Abis ngiri gue liat Nadine Chandrawinata yang bukan pendaki aja bisa sampe Cartenz, puncak tertinggi di Indonesia ini. Masa gue ga bisa,” ujar Nia.

Seperti diketahui Nadine Chandrawinata yang gemar berpetualang terutama menyelam (diving) dan pernah menyandang gelar Puteri Indonesia 2005 itu selain sebagai produser pendamping di film produksi Aksa 7 ini juga menjadi guest expeditor atau  ekspeditor tamu untuk pendakian Cartenz di Papua.

Kalo gue tertantang sama trek medannya. Pas lihat Nadine manjat pake tali karmantel dan nyebrangi jurang dengan meniti tali di film itu. Widiiih keren abiess..,” timpal Ani.

Lalu berapa biaya pendakian ke Cartenz yang berketinggian 4.884 Mdpl di Papua itu? Data dari berbagai sumber yang TravelPlus Indonesia kumpulkan, harga paket pendakian Carstenz seharga Rp 55 juta per orang.

Itu harga  tahun lalu. Bisa jadi tahun ini atau tahun depan naik hargan paketnya. Harga tersebut sudah termasuk transportasi pergi pulang (PP) Jakarta - Nabire, pesawat Nabire-Sugapa, biaya porter, dan pemandu selama dua minggu pendakian, serta peralatan pendakian kelompok, makanan, dan minuman.

Lalu apa yang bikin mahalnya biaya pendakian Cartenz? TravelPlus Indonesia kembali mencatat beberapa faktor.

Pertama tentu saja lantaran akses ke puncak tersebut sangat sulit. Buktinya kalau dari Jakarta, pendaki harus menggunakan pesawat menuju Nabire, Papua selama sekitar enam jam.

Kalau dengan kapal Pelni bisa berhari-hari. Dari Nabire masih harus menyambung lagi dengan pesawat kecil ke Desa Sugapa di Kabupaten Intan Jaya.

Lalu biaya porter-nya juga mahal. Biaya porter untuk sekali perjalanan pendakian Cartenz bisa mencapai Rp 8 juta bahkan lebih. Biasanya setiap pendaki membutuhkan dua porter.

Tak ketinggalan faktor keamanan. Kalau ada konflik, biaya pendakian semakin mahal lantaran ada biaya tak terduga, misalnya biaya porter yang terkadang bisa naik 100 persen.

Terakhir, biaya hidup mahal dan tidak pasti lantaran jaraknya jauh dan sulit sehingga biaya alat tranportasinya juga mahal.

Kendati mahal, tetap saja sejumlah pendaki banyak yang mengincar Cartenz. Maklum keberhasilan mencapai Puncak Cartenz merupakan gengsi tersendiri di mata para pendaki.

Kenapa bisa begitu? Karena selain sebagai atapnya Indonesia, Cartenz pun menjadi salah satu dari 7 atapnya dunia bersama Mount Everest (Asia), Kilimanjaro (Afrika), Elbrus (Eropa), Aconcagua (Amerika Selatan), Mckinley (Amerika Utara), dan Vinson Massif (Antartika).

Melihat predikat Cartenz yang menggiurkan itu, wajar rasanya banyak pendaki di dalam negeri seperti Nia, Ani, dan beberapa pendaki lainnya usai menonton film Negeri Dongeng, kepincut hatinya untuk mewujudkan mimpinya mengibarkan Bendera Merah-Putih lalu menyanyikan lagu Indonesia Raya di Puncak Cartenz sebagaimana berhasil dilakukan Nadine Chandrawinata.

Namun ketika ditanya pendakian mana yang paling mengerikan di film yang juga dibintangi Media Kamil alias Memed sebagai ekspeditor tamu di pendakian Bukit Raya, Kang Bongkeng pendakian Rinjani, Matthew Tandioputra-pendaki termuda di pendakian Semeru, dan Darius Sinathrya di pendakian Binaiya, kedua perempuan muda yang mulai menggemari mendaki gunung 2 tahun belakangan ini kompak menjawab ya pendakian Gunung Bukit Raya.

“Gue takut sama paceeeet. Pas lihat adegan beberapa pendaki sampe berdarah-darah disedot pacet di Gunung Bukit Raya, hiiii..., sumpah gue merinding,” aku Nia diamini Ani.



Film ber-genre petualangan semi dokumenter ini selain memamerkan pesona keindahan alam masing-masing gunung, baik di perjalanan maupun di puncaknya, pun juga menghadirkan suka-duka serta hambatan yang dialami para pemainnya, seperti susahnya melewati medan jalan tanah dan berlumpur dengan sepeda motor seperti yang di alami Memed, harus dorong truk yang terperosok di kubangan berlumpur menuju desa terakhir dalam pendakian Rantemario, dan lainnya.

Termasuk bagaimana menguasai teknik panjat tebing (rockclimbing) dengan menggunakan peralatan panjat untuk melewati medan terjal menuju Puncak Cartenz sebagainama dipertontonkan Nadine Chandrwianata yang bikin Nia, Ani, dan sejumlah pendaki muda lainnya jadi ngiri.

Rencananya, film Negeri Dongeng tentang perjalanan pendakian seven summits di Indonesia oleh 6 movie maker muda Indonesia yang tergabung dalam Aksa7 dan 1  ekspeditor tamu  akan ditayangkan serentak di seluruh Indonesia pada September 2017 mendatang.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @nadinelist & adji

Captions:
1. Salah satu medan terjal yang harus dilalui para pendaki untuk menggapai Puncak Cartenz sebagaimana tertuang di film Negeri Dongeng.
2. Beberapa penonton film Negeri Dongeng saat acara special screening.
3. Registrasi jurnalis/travel blogger special screening film Negeri Dongeng.
4. Tas mungil berisi kaos, stiker film Negeri Dongeng dan lainnya.
5. Nadine Chandrawinata saat syuting film Negeri Dongeng di Cartenz, Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.