Berkat Matasora yang baru kali pertama digelar pihak swasta dan mendapat dukungan promosi dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Gudang Persediaan Cikudapateuh milik PT. Kereta Api Indonesia (KAI) di Jalan Sumatera, Bandung, Jawa Barat ini, bukan hanya merubah wajah venue-nya menjadi ceria, pun mengangkat namanya hingga semakin dikenal luas bukan hanya oleh warga Indonesia pun masyarakat dunia, mengingat festival tersebut bertaraf internasional diikuti dan juga dilihat sejumlah peserta dan penonton dari mancanegara.
Lihat saja mulai dari depan gerbang pergudangan ini, deretan umbul-umbul bertuliskan Matasora dan Pesona Indonesia terpasang menyemarakkan suasana.
Belum lagi tulisan welcome di semping Gudang besar di sebelah kanan, lalu di sebelah kirinya ada papan pentunjuk venue dan jadwal acara tak jauh dari tempat penjualan tiket.
Sebelum tepat pemeriksaan tiket pun ada tulisan Matasora dari besi berhias tanaman.
Wajah kawasan seperti kota tua ini semakin ceria atmosfirnya saat berada di kawasan food bazaar.
Di sebelah kiri berdiri deretan stand mulai dari aneka produk berkaitan dengan musik seperti kaset/CD dan piringan hitam, gitar, kerajingan tangan buatan Dekranasda, aneka kuliner seperti masakan khas Minang, sate bebek, dan berbagai makanan modern dari dalam dan luar negeri.
Di sebelah kiri berdiri deretan stand mulai dari aneka produk berkaitan dengan musik seperti kaset/CD dan piringan hitam, gitar, kerajingan tangan buatan Dekranasda, aneka kuliner seperti masakan khas Minang, sate bebek, dan berbagai makanan modern dari dalam dan luar negeri.
Di sebelah kanan, tepatnya disamping bangunan gudang tua lainnya, tersedia deretan bangku dan meja kursi untuk tempat bersantap para pengunjung.
Sementara di atasnya diberi hiasan lampu lampion dengan penutup tudung nasi yang terbuat dari anyaman bilahan bambu.
Kehadiran lampu-lampu tersebut membuat wajah pergudangan ini lebih cantik, ceria, dan tampil beda lebih kekinian.
Salah satu hanggar-nya juga disulap menjadi salah satu panggung utama yang diberi nama Mata Stage, yang dilengkapi deretan kursi dan meja serta beberapa stand dari sejumlah sponsor.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, pergudangan ini belum pernah dipakai untuk venue konser musik apalagi sebuah festival yang memadukan konser musik, workshop, seminar, food bazaar, film screening, dan lainnya sebagaimana disuguhkan Matasora.
“Paling untuk event kuliner yang digelar setiap tahun. Terkadang untuk meeting point para penghobi motor gede serta kunjungan wisata sejarah yang dilakukan komunitas wisata sejarah dari Jakarta dan Bandung,” ujar Satria Yanuar Akbar, selaku Ketua Panitia MWMF 2017.
Menurut sumber lainnya kawasan gudang tua dan bersejarah ini pun acapkali dipakai untuk acara bernuasna tempo doeloe, pemotretan, pra wedding, dan syuting acara TV maupun film.
Maklum karena banyak spot menarik yang dihadirkan pergudangan ini untuk background sesi pemotretan dan pengambilan gambar audio visual.
Maklum karena banyak spot menarik yang dihadirkan pergudangan ini untuk background sesi pemotretan dan pengambilan gambar audio visual.
Aset Wisata Sejarah
Gudang Persediaan Cikudapateuh milik PT. KAI merupakan aset wisata sejarah bagi bandung.
Sekurangnya ada 21 bangunan gudang di dalamnya yang berusia ratusan tahun.
Pantauan TravelPlus Indonesia saat meliput MWMF 2017, di pergudangan tersebut ada beberapa bangunan seperti Gudang No. 5 yang digunakan sebagai Pusat Informasi Sejarah dan Dokumentasi Sejarah Kereta Api Indonesia, yang terdiri dari 2 lantai.
Lantai pertamanya untuk tempat penyimpanan benda-benda cagar budaya yang belum direnovasi, sedangkan lantai 2 untuk penyimpanan arsip bersejarah.
Selain itu ada gudang pengiriman barang, gudang persediaan onderdil kereta api dan hanggar yang memuat beragam alat komunikasi jadoel.
Kawasan pergudangan kereta api yang dibangun pada 1907 ini diberi nama Gudang Persediaan Cikudapateuh. Padahal lokasinya tidak terlalu dekat Stasiun Cikudapateuh.
Gudang yang berada di Jalan Sukabumi ini lahannya sangat luas. Dulu luasnya 42 hektar, menyambung hingga Balai Yasa (bengkel kereta api) dan ke gudang lainnya yang berada di Stasiun Kiaracondong. Kini sebagian lahan itu sudah jadi rumah warga.
Beberapa gudangnya terlihat sudah direnovasi, termasuk dicat ulang namun tanpa mengubah bentuk aslinya, seperti Gudang Pengiriman Barang yang diberi cat ornamen warna orange dan abu-abu.
Ada juga gerbong Kereta Api pertama kali yang tentunya sudah tidak beroperasi, ada tanaman-tanaman yang tumbuh dengan liar dan beberapa tembok yang dilukis oleh graffiti, serta lapangan beraspal di tengah-tengah pergudangan ini.
Untuk menikmati gudang-gudang tua ini, pengunjung sebelumnya harus minta izin. Itu pun tak bisa mendadak tapi harus membuat surat dulu sebelum meminta izin.
Meskipun letaknya cukup strategis, namun tak banyak orang yang tahu Gudang Persediaan Cikudapateuh yang berarsitektur klasik ini.
“Aku aja orang Bandung baru pertama kali ke sini. Kalau nggak ada Festival Matasora, mungkin saya nggak akan tahu ada gudang-gudang tua ini,” aku remaja bernama Irma diamini beberapa rekan seusianya.
Biasanya gedung-gedung tua warisan kolonial Hindia Belanda ini identik dengan imej seram. Apalagi beberapa bangunana di pergudangan ini terlihat ada yang rusak seperti kaca pecah, lumut, wajah bangunannya rada suram dan pucat serta kurang penerangan.
Namun berkat Matasora, kesan horor itu sirna.
Buktinya selama 2 hari perhelatan MWMF 2017 tangal 22-23 Juli, ribuan pengunjung betah berlama-lama di pergudangan ini sampai acara selesai, tengah malam.
Tak cuma itu, nama Gudang Persediaan Cikudapateuh ini pun turun mendunia karena terekspos sejumlah media, baik online, travel blog, maupun media sosial (medsos), terutama Instagram.
Akankah MWMF tahun depan akan kembali digelar di Gudang Persediaan Cikudapateuh ini? Tunggu saja kabar berikutnya.
Jika memang iya, tentu akan semakin melambung nama pergudangan tua ini, asalkan pemberitaannya ter-cover mulai dari pra, on, dan post event lewat beragam media terkait, terlebih senior travel blogger dan medsos.
Andaikan tidak? Mungkin panitianya punya alasan tersendiri. Mungkin juga ingin memperkenalkan kawasan lain lagi di Bandung yang belum dikenal banyak orang namun potensial sebagai daya tarik wisata sejarah dan wisata lainnya.
Sampai jumpa di Matasora World Music Festival tahun depan, 21-22 Juli 2018.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1 . Antara gedung tua dan kreativitas kekinian.
2. Jendela kaca gudang berusia ratusan tahun.
3. Hanggar jadi salah satu stage Matasora World Music Festival (MWMF) 2017 di Bandung.
4. Gudang Persediaan Cikudapateuh milik PT KAI terangkat namanya berkat MWMF 2017.
5. Gudang No.5 jadi Pusat Informasi Sejarah Kereta Api Indonesia.
6. Gudang bagian pengiriman usai direnovasi.
7. Pintu kayu berukuran besar khas gudang tua di Cikudapateuh, Bandung.
8. Tulisan See You MWMF tahun depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.