Pendakian gunung (nanjak) secara tektok, belakangan ini kian diminati kalangan pendaki. Buat Anda yang ingin mencobanya untuk mendapatkan pengalaman baru yang berbeda, perlu kiat tersendiri agar tektok-an berujung nyaman dan bermanfaat.
Sebelum TravelPlus Indonesia suguhkan apa saja kiatnya, ada baiknya mengenal lebih jauh pengertian tektok berikut faktor penguatnya.
Tektok merupakan istilah dalam dunia pendakian gunung era kekinian. Pengertian istilah tersebut belum tercantum di dalam Kampus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun di kalangan pendaki, istilah itu sudah cukup familiar yaitu cara mendaki gunung hingga puncak lalu turun dalam waktu sehari tanpa nge-camp atau bermalam. Beberapa tour operator menyebut tektok-an dengan sebutan one day trip (ODT) alias trip yang berdurasi seharian.
Amatan TravelPlus Indonesia, sekurangnya ada 2 faktor penguat yang membuat tektok cepat menarik minat pendaki pendatang baru maupun senior yang sudah lama menggeluti dunia pendakian.
Faktor penguat pertama, tektok bisa memangkas waktu.
Kalau pendakian konvensional biasanya berdurasi minimal 2D1N (dua hari satu malam) untuk pendakian gunung berketinggian 1000-an hingga 3.000-an meter diatas permukaan laut (Mdpl). Tapi tektok cukup sehari, pergi pulang (nanjak turun), ini dikarenakan dilakukan tanpa menginap (nge-camp) selama melakukan pendakian.
Bagi pendaki yang memiliki waktu amat terbatas karena urusan pekerjaan dll, atau karena ada alasan lain (misalnya tak suka nge-camp di gunung), tektok akhirnya jadi pilihan karena dinilai lebih efektif.
Bila dilihat dari segi durasi, tektok itu boleh dibilang pendakian yang dilakukan secara terburu-buru atau tergesa-gesa karena mengejar waktu, sebaliknya pendakian konvensional itu lebih nyantai.
Faktor penguat kedua, bawaannya lebih praktis dan ringan. Pendakian tektok tidak perlu membawa perlengkapan tidur dan masak (tenda, sleeping bag, matras, kompor gas, nesting, dan lainnya).
Cukup logistik (makanan dan minuman siap santap) serta perlengkapan penunjang antara lain jas hujan, jaket windproof, satu pakaian ganti, buff/masker, headlamp/senter, trekking pole, HP untuk dokumentasi, P3K standar, dan obat-obatan pribadi. Jadi ransel yang digunakan pun lebih ringkas, tak perlu sebesar pendakian konvensional.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman TravelPlus Indonesia tektok-an di beberapa gunung antara lain Gunung Puntang, Prau, Muria, Batu, Papandayan, Salak 2, dan Gunung Ijen ditambah data dari berbagai sumber, sekurangnya ada 10 kiat melakukan pendakian gunung secara tektok agar nyaman dan bermanfaat.
Kiat pertama, terkait lokasi atau gunung yang dipilih untuk tektok-an.
Sebaiknya tektok-an dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental.
Gunung Pilihan Tektok-an
Untuk tahap awal terlebih bagi pemula, sebaiknya pilih gunung-gunung yang berketinggian dia atas 1000-an Mdpl, baru kemudian gunung-gunung 2000-an. Bila sudah terbiasa, boleh-boleh saja menjajal tektok-an di gunung-gunung berketinggian di atas 3000-an Mdpl.
Di Jawa ada beberapa gunung yang bisa Anda coba untuk tahap awal tektok-an. Contohnya kalau di Jawa Barat antara lain Gunung Manglayang, Sangar, Puntang, Batu, Kencana, Butik, Papandayan, dan Gunung Salak Puncak 2 via Ajisaka. Sedangkan di Banten, antara lain Gunung Aseupan dan Pulosari.
Di Jawa Tengah antara lain Gunung Andong, Prau, Ungaran, Bismo via Sikunang, dan Pegunungan Muria (Puncak Argo Piloso) via Japan. Di Yogyakarta contohnya antara lain Gunung Nglanggeran. Sedangkan di Jawa Timur antara lain Gunung Penanggungan via Tamiajeng, Phutuk Gragal, Lorokan, ijen, dan Gunung Butak via Panderman.
Selain ketinggian, lihat pula tingkat kesulitan jalur pendakian (japen) gunung tersebut. Kenapa? Karena kadang ditemukan gunung berketinggian 1000-an Mdpl itu, tingkat kesulitan japennya justru lebih sadis dibanding gunung 2000-an atau japen gunung 2000-an lebih parah ketimbang 3000-an. Jadi, buat new tektokers (pendatang baru tektok-an), sebaiknya pilih gunung yang japennya relatif agak ramah (tidak terlalu sulit).
Kedua, terkait waktu terbaik untuk tektok-an.
Bila ingin tektok-an diakhir pekan atau musim liburan, sebaiknya pilih gunung yang kurang populer karena biasanya tidak seramai gunung yang sudah begitu populer sehingga tektok-an lebih leluasa.
Sebaliknya, kalau memilih gunung yang populer (ramai pendakinya), sebaiknya tektok-an dilakukan diluar akhir pekan atau diluar musim liburan.
Tapi jika memilih gunung populer dan pas akhir pekan, sebaiknya pintar-pintar menyiasatinya agar tektok-an tidak menggangu kelompok pendakian konvensional. Misalnya, mendakilah dengan langkah normal (biasa/santai) saat berpapasan dengan rombongan pendaki lain dan kemudian percepat langkah saat trek sepi.
Kiat ketiga, terkait ketinggian gunung dan tingkat kesulitan japen. Seberapapun tinggi gunungnya dan seberapapun sulit/mudah japennya, sebaiknya persiapan fisik dan mental sebelum tektok-an wajib dinomorsatukan.
Caranya dengan olahraga rutin seperti jalan cepat, joging alias berlari pelan (antara lari dan berjalan) serta renang minimal 2 kali dalam seminggu.
Berikutnya atau kiat keempat, mengumpulkan data terkini dari berbagai sumber termasuk dari pendaki yang pernah tektok-an di gunung tersebut, tentang profil gunung dan kondisi japen yang akan Anda gunakan untuk tektok-an berikut regulasi terbaru yang berlaku. Bila di gunung itu pendaki dilarang atau tidak disarankan tektok, ya sebaiknya diindahkan.
Kelima, mengenakan sepatu yang benar-benar kuat dan nyaman. Begitupun dengan pemilihan pakaian (kaos/t'shirt dan celana, termasuk kaos kaki) untuk tektok-an.
Kiat keenam, cukup membawa ransel kecil untuk memuat tempat minuman dan beberapa jenis makanan (snack dan buah) yang praktis sebagai bekal logistik selama tektok-an, berikut beberapa perlengkapan penting sebagaimana tersebut di atas.
Ketujuh, melakukan pemanasan (warming up) sebelum nanjak dan tak lupa berdoa memohon keselamatan dan kelancaran selama tektok-an.
Selanjutnya atau kiat kedelapan, dilihat dari sisi jumlah peserta. Sebaiknya tektok-an dilakukan dalam small group (2-6 orang) dan minimal 1 pesertanya pernah mendaki gunung tersebut sebagai pemandu. Hindari melakukannya dalam rombongan besar (big group), terlebih bila memilih gunung populer saat akhir pekan.
Tektok-an Ramah Lingkungan
Kesembilan, menerapkan tektok-an ramah lingkungan. Artinya tetap membawa turun sampah logistik sendiri yang ditempatkan dalam trash bag, tidak melakukan aksi vandalisme dan atau perusakan lain.
Kiat terakhir atau kesepuluh, membagikan pengalaman Anda selama tektok-an, berikut kiat atau panduan lewat konten (tulisan, video, dll) di ragam medsos, supaya tektok-an yang Anda lakukan juga bermanfaat bagi pendaki lain yang berniat mencobanya.
Selamat tektok-an di gunung-gunung pilihan di Tanah Air tercinta.
Salam nanjak tektok pro konservasi,
Salam tektok-an ramah lingkungan.
Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Kelompok kecil pendaki tektok-an Gunung Muria (Puncak Argo Piloso) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
2. Gunung Batu di Kabupaten Bogor, salah satu gunung yang cocok buat tektok-an di Jawa Barat.
3. Gunung Andong, salah satu gunung di Jateng yang populer dikalangan tektokers.
4. Gunung Ijen yang ber-panorama molek, juga pilihan tepat untuk tektok-an di Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.