Senin, 01 Juli 2024

Lima Fakta Menarik Perayaan 44 Tahun TAPAL - Silaturahmi Tanpa Batas


TAPAL baru saja merayakan usianya yang ke 44 tahun. Sekurangnya ada lima fakta menarik yang muncul dalam perayaan tersebut, salah satunya panitia dan pesertanya lintas angkatan mulai tahun 80-an sampai 90-an.

Sebelum saya beberkan fakta-fakta lain terkait acara Perayaan 44 Tahun TAPAL yang bertema "SILATURAHMI TANPA BATAS 2024" di Ragoon Resto, SMK 57, Ragunan, Jakarta Selatan, Minggu (30/6/24), ada baiknya pembaca setia TravelPlus Indonesia dan warganet mengenal lebih dulu siapa dan apa itu TAPAL.

Seperti yang saya singgung di captions beberapa konten video terkait acara tersebut, TAPAL merupakan organisasi mahasiswa pecinta alam (OMPA) di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. IISIP yang berada di Lenteng Agung (LA), Jakarta Selatan juga dikenal dengan julukan "Kampus Tercinta".


Sebagai organisasi Mapala, tentu anggotanya adalah mahasiswa IISIP dari berbagai jurusan yang mengikuti serangkaian pendidikan dan latihan dasar (diklatsar) pencinta alam sampai pelantikan bagi peserta yang lulus dan dinyatakan sah sebagai anggota baru.

Ternyata TAPAL bukan cuma "rumah" yang dihuni sejumlah anggotanya pun simpatisan.

Apa itu simpatisan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) simpatisan adalah orang yang bersimpati (kepada partai politik dan sebagainya). Berarti simpatisan TAPAL adalah orang dalam hal ini mahasiswa IISIP yang bersimpati kepada TAPAL.


Berdasarkan amatan saya yang pernah menjadi anggota organisasi Pelajar Pecinta Alam atau Papela "Agatra Sraya" sewaktu SMA (era tahun 80-an akhir) kemudian membuat komunitas pecinta alam PINISI-OAC dengan konsep yang beda (di IISIP sewaktu masih mahasiswa era 90-an awal), dan komunitas pecinta alam TROPIS di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan (era pertengahan 90-an serta komunitas pegiat alam Kembara Tropis (semasa dunia kerja jelang tahun 2000 sampai sekarang), simpatisan TAPAL itu terbagi atas 3 jenis.

Pertama, mahasiswa IISIP yang sempat mengikuti diklatsar TAPAL namun tidak sampai dilantik sebagai anggota baru karena sesuatu hal, lalu memutuskan untuk menjadi simpatisan.

Kedua, mahasiswa IISIP yang tidak ingin ikut diklatsar TAPAL atau memang tidak ingin menjadi anggota TAPAL dengan alasan tersendiri, dan memilih hanya menjadi simpatisan.


Ketiga, mahasiswa IISIP yang sebenarnya ingin mengikuti diklatsar TAPAL tapi tidak terwujud lantaran TAPAL vakum melakukan penerimaan anggota baru mulai (1991/1992) sampai sekarang karena sesuatu hal, lalu mahasiswa tersebut memilih untuk tetap setia menjadi simpatisan.

Nah, jenis simpatisan ketiga itulah yang saya sandang di TAPAL. Kendati hanya simpatisan, saya banyak kenal dengan beberapa anggota TAPAL seperti para senior yang biasa kumpul di Borjonk. Bahkan cukup dekat dengan anggota TAPAL dari angkatan pertengahan 80-an antara lain Prosper (almarhum), Wayang, Irma, Joko Dolok, dan beberapa dari angkatan 90-an antara lain Ubai (Boink), Agus S (Gusur), Wina (Wince), dan Anisti (Ithink) serta dengan beberapa simpatisan lainnya seperti Santa.

Hubungan pertemanan dengan nama-nama yang saya sebut itu sampai sekarang, alhamdulilah tetap kuat terjalin.


Sang Motor Penggerak
Kok bisa begitu? Ya karena sewaktu masih berstatus mahasiswa, selain aktif memberi materi diklatsar di organisasi Papela SMA, saya juga sering berkegiatan dan atau berpetualang dengan mereka (nama-nama yang saya sebut di atas), antara lain menerobos belantara semenanjung Taman Nasional Ujung Kulon (tahun 1992 diikuti belasan anggota dan simpatisan TAPAL dengan Prosper yang ketika itu saya sebut sang motor penggerak TAPAL sebagai leader-nya).

Sepulang berpetualang dari Ujung Kulon saya membuat beberapa tulisan tentang kisah perjalanan di Ujung Kulon, teknik susur pantai, dan profil seorang petugas pelacak Badak Jawa.

Alhamdulillah, tulisan-tulisan tersebut berikut foto-foto hasil jepretan saya dimuat di Tabloid Mutiara yang terbit mingguan (waktu itu era media cetak tengah berjaya).


Prosper sempat heran, memuji, dan sekaligus bertanya ke saya. "Jaberio Petrozoa (nama panggilan lapangan saya, sebenarnya nama aslinya Akmal Adji Kurniawan), kok loe bisa dapat ide dan bikin tulisan keren-keren seperti ini sampai dimuat di Tabloid Mutiara? Kan belum dapat mata kuliah penulisan artikel," tanya Prosper ketika itu.

Dapat respon dari Prosper (senior anggota TAPAL yang rada pendiam dan punya jiwa petualangan di atas rata-rata), apalagi dipuji dan ditanya, jujur saya juga kaget sekaligus bangga. "Saya nulis apa yang saya amati, alami, dan rasakan di sepanjang perjalanan di Ujung Kulon aja bang. Mengalir dan apa adanya. Gaya penulisannya saya ikuti gaya penulisan beberapa penulis petualangan di Tabloid Mutiara," balas saya.

Besoknya, Prosper mengajak saya ke kantor Tabloid Mutiara. Ternyata dia memperkenalkan saya dengan temannya yang tak lain redaktur yang memegang rubrik cerita perjalanan dan petualangan. Sejak itu saya jadi semakin rajin bikin tulisan-tulisan tentang perjalanan petualangan lainnya termasuk pendakian gunung dan sering dimuat. Lumayan dapat honor, walau tak seberapa besarnya tapi rasanya senang banget.


Petualangan berikutnya dengan Prosper, menjelajahi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan atau TNBBS (diikuti 11 anggota & simpatisan TAPAL), membuka jalur pendakian Gunung Tanggamus (4 anggita & simpatisan: Prosper, Buche, saya serta si-bontot Yosha); treking Cisalada - Pasir Bogor sampai Curug Nangka alias Cunang (juga Prosper sebagai pemandunya); serta menapaki jalur pendakian Gunung Galunggung, Pangrango, Ciremai, dan Gunung Salak.

Saya juga pernah mengajak Prosper, latihan panjat dan turun tebing di Gunung Munara bareng alumni Papela SMA saya.

Berkat serangkaian petualangan itulah, membuat ikatan batin saya dengan mereka tetap menebal meskipun tinggal terpencar dan jarang bertemu/berpetualang lagi lantaran terbentang jarak dan waktu serta kesibukan masing-masing.


Tuhan punya kehendak lain. Prosper meninggal dunia terseret aliran lahar dingin Gunung Semeru di Lumajang.

Cerita singkatnya begini. Sepulang dari buka jalur pendakian 4 sekawan Gunung Tanggamus di Lampung bersama saya (sempat nyasar), Prosper mengajak saya bakti sosial memberikan obat-obatan untuk warga korban erupsi Gunung Semeru. Tapi saya tidak bisa ikut karena bentrok dengan puasa Ramadan. Akhirnya Prosper dan si bontot Yosha yang pergi ke Lumajang. Di sanalah Prosper meninggal dunia.

Kehilangan sosok senior sekaligus petualang dan pecinta alam yang kenekatannya kadang diluar nurul (baca: nalar) seperti Prosper, itu jelas saya rasakan.


Sejak sepeninggalannya, saya jarang bahkan hampir tidak lagi melakukan petualangan dengan nama-nama yang saya sebut di atas, hanya beberapa kali temu kangen dalam acara santai. Namun jiwa petualangan dan kenekatan saya tak ikut hilang, saya lebih sering melakukan petualangan dengan komunitas Kembara Tropis yang saya buat dan atau berpetualang sendirian (solo adventuring/traveling/hiking), dan itu masih saya lakukan sampai sekarang meskipun usia sudah separuh abad lebih (bisa dicek di akun IG, FB & TikTok saya).

Bukti saya dengan Prosper cukup dekat dalam dunia petualangan alam bebas ketika itu, saya sampai kliping 2 tulisan pemberitaan kematiannya di Lumajang.

Kliping pertama berjudul "Wartawan yang Tewas di Kaki Semeru: Prosper Sempat Hilang di Daerah Dayak" dengan satu pas fotonya. Kedua "Tewasnya 'Wartawan' di Kaki Semeru: Kesaksian Teman Sekampus, Yosha" juga dengan satu foto Prosper tengah duduk di sebongkah batu besar. Kalau sedang teringat berpetualang dengannya, saya baca kembali dua klipingan tersebut.


Saat acara perayaan 44 Tahun TAPAL di Ragoon Resto, saya bawa 2 kliping-an itu agar anggota maupun simpatisan TAPAL yang mengenalnya juga terobati kerinduannya dengan Prosper, sang petualang sejati. Ternyata benar, banyak juga yang baca klipingan tersebut bahkan ada yang memotretnya untuk jadikan arsip pribadi.

***
Kembali ke topik awal tentang fakta menarik yang muncul dalam perayaan 44 Tahun TAPAL. Selanjutnya atau fakta menarik yang kedua adalah bertemu dengan anggota dan simpatisan TAPAL senior angkatan 80-an awal.

Selain bertemu dengan rekan-rekan petualang alam yang satu genk atau circle (kata anak Gen Z) seperti nama-nama yang saya sebut di atas, alhamdulillah tak disangka bisa tatap wajah dengan beberapa anggota dan simpatisan TAPAL dari angkatan 80-an awal yang tidak saya kenal sama sekali. Bagaimana bisa kenal, saya masuk IISIP, mereka sudah lulus kuliah.


Meskipun baru tahu dan bertemu tapi saya merasa seperti sudah kenal lama dengan mereka. Bisa jadi ini juga karena ikatan batin sesama penyuka kegiatan alam bebas sehingga lebih mudah berkomunikasi dan gampang klik.

Paling Menyala
Fakta menarik ketiga, anggota dan simpatisan TAPAL angkatan 80-an paling MENYALA 🔥 🔥 sepanjang acara.

Tak bisa dipungkiri, jumlah anggota dan simpatisan TAPAL yang hadir dalam perayaan 44 Tahun TAPAL, paling banyak dari angkatan 80-an. Bukan cuma itu, mereka juga terlihat paling "Ruru" (rusuh dan seru) dalam artian positif atau kalau istilah sekarang paling MENYALA (aktif, semangat, dan kompak).


Berikutnya fakta menarik keempat, diisi dengan serangkaian acara yang menghibur dan santai.

Sederet acara bernuansa hiburan seperti menyanyi, nyawer, joget bareng, pembagian door prize, makan, dan foto bersama membuat perayaan 44 Tahun TAPAL terasa ringan dan suasananya jadi cepat guyub/akrab satu sama lain.

Namun ada sedikit catatan, tidak ada/tidak terpasang bendera Merah Putih dan bendera TAPAL. Kalau dipasang di kiri - kanan panggung pentas dekat dengan backdrop, tentu akan lebih menarik dan terekspos dalam foto maupun video.


Satu lagi, tidak ada bazaar kecil/sederhana yang menjajakan aneka produk perlengkapan outdoor, kuliner, dan lainnya yang menjadi usaha/dagangan dari anggota dan simpatisan TAPAL. Kalau ada tentu acara ini bisa bermanfaat lebih buat mereka (anggota ataupun simpatisan TAPAL) yang punya usaha seperti itu.

Terakhir atau fakta menarik kelima, menyinggung soal persiapan Jambore TAPAL 2025.

Menariknya lagi diujung acara para senior sempat menyinggung soal persiapan dan pelaksanaan Jambore TAPAL tahun depan.


Obrolan tentang itu pun berlanjut di salah satu kedai kopi di samping Kebun Binatang Ragunan, usai seluruh rangkan acara inti perayaan 44 Tahun TAPAL selesai. Bahkan dari obrolan ringan sambil makan malam di kedai kopi bernuansa Betawi itu, sudah digadang-gadang siapa ketua panitia dan para pendukungnya, termasuk rencana survei camping ground yang akan menjadi lokasi pelaksanaan Jambore TAPAL 2025.

Itulah lima fakta menarik perayaan 44 Tahun TAPAL. Kendati ada beberapa catatan versi TravelPlus sebagaimana tersebut di atas, secara garis besar acara berlangsung sangat sukses bahkan terasa lebih hangat dan bermakna lantaran selepas acara, lanjut kongko di kedai kopi sambil membahas persoalan Jambore TAPAL 2025.

Sebagai simpatisan, saya berucap terimakasih buat panitia dan seluruh anggota/simpatisan TAPAL yang sudah hadir.


Hanya tulisan ini yang dimuat di media online berkonsep weblog TravelPlus Indonesia dan beberapa konten video  perayaan 44 Tahun TAPAL serta 2 lagu terbaru bertajuk "Masih Terkenang" dan "Ketika Berstatus Mapala" yang saya buat kemudian unggah di ragam medsos saya IG @adjitropis, TikTok @faktawisata.id, dan YouTube @kelana180, yang bisa saya persembahkan. Semoga berkenan dan bermanfaat.

Salam rimba buat semua anggota dan simpatisan TAPAL, semoga senantiasa sehat, panjang usia, banyak rezeki, dan bisa jumpa lagi di Jambore TAPAL tahun depan.

Naskah & Video: Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id

Foto: Adji (Jaberio Petrozoa) & Joko Dolok 

Captions:
1. Backdrop 44 Tahun TAPAL - Silaturahmi. Tanpa Batas & Ragoon Resto lokasi acaranya.
2. Circle Ujung Kulon 92 foto bareng.
3. Para senior TAPAL.
4. Foto bersama dan menikmati acara.
5. Saat di Ujung Kulon & kliping tentang pemberitaan kematian Prosper.
6. Belasan anggota & simpatisan TAPAL saat berpetualang di Ujung Kulon.
7. Makan dan duduk bareng.
8. Ber-pose di panggung pentas dan foto bareng.
9. Mengabadikan kenangan 44 Tahun TAPAL.
10. Dua kliping pemberitaan kematian Prosper, senior TAPAL.
11. Berebut saweran.
12. Video joget asyik.
13. Bahagia bertemu sohib lama.
14. Makan malam di kedai kopi usai rayakan 44 Tahun TAPAL 
15. Joko Dolok, senior TAPAL yang saya juluki Maskot LA (Lenteng Agung, Lintas Angkatan) & sang raja dokumentasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.