Taman Nasional Lore Lindu termasuk kawasan konservasi yang diaktifkan kembali untuk kunjungan wisata lebih awal dibanding lainnya. TN yang berada di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) ini sudah reaktivasi sejak pertengahan Juli lalu.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Ir Jusman kepada TravelPlus Indonesia, Minggu (30/8/2020).
'Malam mas Adji, mulai 30 Juli 2020, kami sudah reaktivasi bertahap pelayanan kegiatan wisata alam dan penelitian di TNLL," balasnya lewat pesan WA.
Pusat pelayanan pengunjung di TNLL, lanjut Jusman, berada di Ranu Kalimpaa atau yang lebih dikenal dengan nama Danau Tambing di Kabupaten Poso.
"Sementara ini kami menerapkan kuota 300 orang per hari untuk aktivitas berkemah di camping ground Danau Tambing," ungkapnya.
Lokasi lain di TNLL yang sudah dibuka adalah di Saluki, yakni camping ground dan Demplot Pelestarian Maleo yang berada di Kabupaten Sigi.
Menurut Jusman sejauh ini kedua objek tersebut menjadi lokasi alternatif dan belum menggunakan kuota kunjungan karena jumlah pengunjung relatif terbatas dibandingkan dengan camping ground yang ada di Danau Tambing.
Saat ini pembatasan-pembatasan masih dilakukan berkaitan dengan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 antara lain menerapkan jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan penggunaan hands sanitizer.
"Selain itu menghindari kebisingan, pengunjung tidak diperbolehkan membawa gitar dan sound system, karena dapat mengganggu lingkungan yang juga menjadi habitat satwa liar," tambah Jusman.
Lebih detil Jusman menjelaskan kalau TNLL merupakan lokasi pengamatan burung yang menarik dan jenis satwa lain seperti Tarsius, Kera Hantu (Tangkasi), Kera Kakaktonkea, Kuskus Marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, Musang Sulawesi.
"Jenis satwa liar endemik Sulawesi banyak dijumpai di wilayah ini seperti satwa Anoa dan Burung Maleo," terangnya.
Keistimewaan lainnya, di TNLL juga terdapat peninggalan peradaban masa lampau berupa benda-benda megalitik yg diklaim telah berumur ribuan tahun.
Prasasti peninggalan kebudayaan nenek moyang tersebut berbentuk patung, belanga besar dari batu, lumpang batu, dan batu berukir lainnya. Sedangkan belanga raksasa yang disebut Kalamba lengkap dengan penutupnya terletak di tempat yang agak tinggi.
Penelitian yang selama ini dilakukan para peneliti di TNLK cukup beragam, terutama tentang keanekaragaman tumbuhan dan satwa.
"Peneliti lebih banyak dari dalam negeri, mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian," terang Jusman seraya menambahkan di TNLL juga terdapat stasiun pengamatan kesehatan atmosfir milik BMKG.
TNLL berjarak sekitar 60 Km dari Palu, Ibukota Sulteng (tepatnya di sebelah Selatan Tenggara Kota Palu). Untuk perjalanan darat dapat ditempuh sekitar 3,5 jam dari Palu atau sekitar 1,5 jam dari Poso.
Akses jalan ke TNLL umumnya dengan sewa/carter mobil dari bandara atau dari Kota Palu.
"Monggo mas Adji mengatur kunjungan ke TNLL," pungkas Jusman.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @bbtnlorelindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.