Jumat, 26 Juli 2019

Menilik Keuntungan MoU Indonesia dan UEA di Bidang Pariwisata dan Bisnis

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dan Menteri Perekonomian Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al Mansoori sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerja sama pariwisata antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah UEA.

Penandatanganan MoU atau nota kesepahaman itu disaksikan langsung Presiden Joko Widodo serta Putra Mahkota UEA Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan di Istana Bogor, Rabu (24/7/2019).

Arief Yahya mengatakan inisiatif MoU diusulkan oleh UEA yang membuktikan sektor pariwisata Indonesia sangat menjanjikan.

"Keuntungan kerja sama ini jelas untuk pengembangan pariwisata Indonesia," ujarnya.

Lingkup kerja sama MoU ini, lanjut Arief Yahya akan menjadi pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia, terutama dalam hal pemasaran, pengembangan destinasi, pengembangan SDM, penelitian dan pengembangan pariwisata, serta pengembangan kerja sama dengan swasta di bidang pariwisata.

Menurut Arief Yahya sampai saat ini pariwisata menjadi salah satu sektor di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan investasi tercepat.

”Pada 2019 kami targetkan investasi pariwisata mencapai Rp500 triliun sehingga dapat memberikan efek yang semakin baik bagi ekonomi Indonesia,” tambah Arief Yahya.

Indonesia, sambungnya, juga sedang mengembangkan 10 Destinasi Prioritas yang sangat potensial pertumbuhannya yakni Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, dan Morotai.

Selain itu juga ada 5 Destinasi Unggulan yang juga siap dikembangkan antara lain Tanjung Gunung Bangka, Sungai Liat Bangka, Sukabumi, Pangandaran, serta Likupang di Minahasa Utara.

Keuntungan lainnya, kedatangan Putra Mahkota UEA Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan juga bisa mendongkrak jumlah wisatawan Timur Tengah ke Indonesia, mengingat UEA sendiri merupakan target pasar utama pariwisata Indonesia.

“Karena jelas, sebagai putra mahkota maka menjadi sorotan media untuk kemudian mengangkat pariwisata Indonesia khususnya di kawasan Timur Tengah,” kata Arief Yahya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai pertemuan bilateral tersebut menjelaskan selain sektor pariwisata, ada delapan MoU lainnya yang bersifat government to government (pemerintah ke pemerintah).

Kedelapan MoU itu yakni di bidang peningkatan perlindungan investasi, penghindaran pajak berganda, industri, kepabeanan, kelautan dan perikanan, pertahanan, kekonsuleran, dan kebudayaan.

Tak cuma itu, ada 3 MoU yang bersifat business to business bernilai besar yang dihasilkan dari pertemuan Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota UEA tersebut dengan nilai totalnya sekitar Rp 136 triliun atau 9,7 miliar dollar AS.

Kesepakatan bisnis tersebut dilakukan oleh tiga perusahaan yakni PT Pelabuhan Indonesia Maspion dan DP World Asia terkait pengembangan dan pengoperasian terminal kontainer di Kawasan Industri Maspion, Jawa Timur; PT Pertamina (Persero) dengan ADNOC untuk pengembangan RDMP Balikpapan; dan PT Chandra Asri Petrochemicals dan Mubadala untuk proyek Naphta Cracker dan Petrochemical Complex.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.BPMI Setpres

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.