Tiga peneliti sejarah tampil di sesi pertama Seminar Hasil Penelitian Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) se-Indonesia 2019 di Aula Sitio Tio Resort, Kabupaten Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara, Selasa (23/4) malam.
Ketiga peneliti itu Dana Listiana dari BPNB Kalimantan Barat (Kalbar), Agung Suryo Setyantoro (BPNB Aceh), dan Dedi Amran dari BPNB Kepulauan Riau (Kepri).
Dana Listiana tampil perdana menyampaikan hasil penelitiannya yang berjudul 'Antara Imaji (Nasion) Borneo dan Indonesia: Ideologi Persatoean Anak Borneo dalam Majalah Kesedaran dan Doenia Pemoeda di Kalimantan Barat Tahun 1940'.
Berikutnya Agung Suryo Setyantoro yang memaparkan hasil penelitiannya yang bertajuk 'Dinamika Politik di Aceh Utara (1970an-2009). Sedangkan Dedi Amran sebagai pemakalah ketiga menyampaikan hasil penelitiannya yang berjudul 'Perkebunan Gambir di Kepulauan Riau Abad 19-20'.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dana, dia menyimpulkan sementara kalau menilik dari namanya, Persatoean Anak Borneo (PAB) memberi kesan ideologi yang disebut van Miert sebagai nasionalisme pulau atau nasionalisme teritori ataupun nasionalisme regional yang disebut Henley.
Lain halnya dengan Agung, dia menyampaikan 4 poin yang menjadi kesimpulan dari hasil penelitiannya.
Pertama, dinamika politik masyarakat Aceh Utara menarik untuk dikaji untuk melihat sejauh mana partisi politik & orientasi masyarakat dalam menitipkan aspirasi pada anggota dewan.
Lalu "tekanan" luar biasa secara politik dari Golkar tidak mampu meredam partai berbasis Islam.
"Hal ini dapat dilihat dari kultur masyarakat Aceh, dimana dalam kehidupan sehari-hari, maayarakat Aceh menggunakan ajaran-ajaran Islam sebagai pedoman yang harus ditaati," tulisnya.
Agung pun melihat ketokohan ulama pada kehidupan berpolitik di Aceh Utara begitu terasa pada masa 1970an sampai 1980an.
Namun hal ini mulai berubah ketika orientasi ulama dianggap masyarakat Aceh lebih mendukung kebijakan-kebijakan yang pro pemerintah.
"Kharisma ulama yang memudar nampak pada pemilihan Gubernur Aceh dan juga Bupati Aceh Utara, dimana pasangan yang mendapat dukungan ulama mengalami kekalahan dari pasangan independen yang lebih mengusung semangat keAcehan," ungkapnya.
Agung juga melihat terjadi perubahan orientasi berpolitik masyarakat Aceh Utara dari yang semula berpedoman pada ulama dengan partai berbasis Agama bergeser ke semangat etnisitas yang diwakili oleh kemenangan Partai Aceh.
Beda dengan Dedi Amran, dalam kesimpulan hasil penelitiannya menyatakan tanaman Gambir menjadi komoditi ekspor primadona dari Kepri. Masa keemasaan gambir di Kepri itu terjadi pada abad 19.
Hal yang menarik dalam perkebunan gambir di Kepri adalah buruh kebun gambir awalnya didatangkan ribuan orang dari Cina.
Dia mencatat banyak faktor yang menyebabkan gambir di Kepri mengalami kemunduran.
Kondisi permintaan yang menurun dan tanaman gambir bangak diganti karet.
Penyebab lainnya adalah kayu sebagai bahan bakar pengolahan gambir semakin menipis dan sulit didapatkan karena kerusakan hutan dampak pembukaan kebun gambir.
"Selain itu di abad 20, usaha perkebunan gambir dianggap tidak lagi menjanjikan. Biaya operasional dalam perkebunan gambir cukup besar karena memerlukan tenaga kerja yang banhak dan tak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Satu persatu usaha perkebunan gambir ditutup," ungkapnya.
Seminar sesi pertama yang dimoderatori Muslim AR Efendi dari BPNB Sulawesi Selatan ini diikuti sejumlah peserta dari berbagai perwakilan BPNB se-Indonesia.
Kepala BPNB Aceh Irini Dewi Wanti sebelumnya menjelaskan Seminar Hasil Penelitian BPNB se-Indonesia 2019 yang digelar BPNB Aceh ini membahas 2 bidang kajian yakni Sejarah dan Budaya dalam 8 sesi.
"Ada 24 makalah yang akan dipresentasikan para peneliti BPNB se-Indonesia tahun ini dari tanggal 22-25 April 2019 di venue yang sama," terang Irini.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Tiga peneliti sejarah tampil di sesi pertama Seminar Hasil Penelitian BPNB se-Indonesia 2019.
2. Agung Suryo Setyantoro memaparkan hasil penelitiannya yang bertajuk 'Dinamika Politik di Aceh Utara (1970an-2009).
3. Peserta Seminar Hasil Penelitian BPNB se-Indonesia 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.