Bencana di destinasi wisata itu termasuk salah satu peristiwa yang 'sexy' untuk diberitakan oleh pewarta.
Untuk menghindari hal itu kreativitas dan inovasi pewarta pariwisata dalam menulis berita terkait bencana di destinasi wisata menurut Travel Plus Indonesia amat dibutuhkan.
Dalam acara 'Sosialisasi Jurnalisme Ramah Pariwisata dalam Rangka Gerakan Sadar Wisata' yang digelar Kemenpar di Tanjung Lesung, Senin (1/4/2019), TravelPlus Indonesia sempat berbagi kiat menulis berita terkait bencana di destinasi wisata yang bertujuan mempromosikan objek-objek wisata yang tetap aman dikunjungi di luar destinasi yang terdampak bencana.
Misalnya ketika Kampung Garehong di Dusun Cimapag, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tertimpa bencana longsor pada Senin (31/12/2018), sehari kemudian TravelPlus Indonesia segera membuat tulisan yang memuat objek-objek wisata lain di Kecamatan Cisolok yang aman dan bisa dijunjubgi wisatawan (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2019/01/berwisata-ke-cisolok-diawal-tahun-ini.html?m=1).
Kenapa? Karena tidak semua wilayah di Kecamatan Cisolok itu tertimpa bencana itu, hanya di pemukiman warga di Kampung Garehong yang ada di Dusun Cimapag, Desa Sirna Resmi saja.
Sementara di sejumlah pemberitaan hampir seragam memuat tulisan Sukabumi dilanda longsor sehingga pembaca terlebih orang awam dan orang-orang yang berada jauh di luar Sukabumi, menganggap seolah-olah seluruh wilayah Sukabami terkena longsor dan tidak aman dikunjungi untuk berwisata.
Saat Gunung Agung di Bali erupsi lalu berstatus Awas (level 4) tahun 2017 sehingga wisatawan diimbau untuk tidak mendaki Gunung Agung yang berketinggian 3.142 Mdpl di Karangasem tersebut, Travelplus Indonesia segera membuat tulisan beberapa gunung di Pulau Dewata yang aman dan menarik untuk dicumbui di antaranya Gunung Batur dan Batukaru (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2017/11/masih-ada-gunung-batur-dan-batukaru-di.html?m=1).
Dan ketika Gunung Agung kembali meletus Kamis (10/1/2019), kemudian berstatus Siaga III sehingga Gunung Agung dilarang didaki, TravelPlus Indonesia kembali menyajikan tulisan lain tentang Gunung Batur di Bali ini yang bisa menjadi gunung alternatif untuk didaki (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2019/01/gunung-agung-erupsi-daki-saja-dua-atap.html?m=1).
Begitupun ketika Gunung Anak Krakatau (GAK) erupsi, lalu menimbukan tsunami Selat Sunda, TravelPlus Indonesia segera membuat tulisan kalau daya tarik GAK justru semakin bertambah meskipun wajahnya sudah berubah (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2019/01/wajah-gunung-anak-krakatau-berubah-daya.html?m=1).
Dalam tulisan itu, TravelPlus Indonesia memprediksi kalau kondisi GAK sudah dinyatakan berstatus aman oleh pihak terkait dengan kata lain aman untuk dikunjungi, pastinya akan ada banyak orang yang penasaran ingin melihat/mengamati/mempelajari/meng-explore langsung GAK dari dekat.
Siapa orang-orang itu? Tentu saja peneliti, wisatawan minat khusus/pendaki/peminat gunung, travel journalist/blogger, fotografer/videografer, filmmaker, dan lainnya.
Bagi peneliti, tentu perubahan GAK ini menjadi 'ladang' ilmu pengetahuan yang menarik untuk digali.
Buat para travel journalist/blogger, wajah GAK saat ini amat memikat untuk diangkat dalam berbagai tulisan.
Sementara bagi fotografer/videografer dan juga filmmaker, tentunya paras GAK sekarang amat menggoda untuk diabadikan dari berbagai sudut lain.
Seperti biasa, mereka akan datang ke GAK lewat dua provinsi yang berada di antara gunung tersebut, yaitu dengan menyewa perahu/kapal motor dari daratan Lampung Selatan (Lamsel), Lampung.
Kalau dari Banten antara lain dari Pantai Carita, Anyer, Labuan, Pelabuhan Merak, dan perairan di Ujung Kulon, termasuk dari perairan Tanjung Lesung.
Sewaktu Lombok diguncang gempa Agustus 2018 sehingga tiga jalur pendakian Gunung Rinjani yakni Timbanuh dan Sembalun di Kabupaten Lombok Timur (Lotim), serta jalur pendakian lewat Senaru, Kabupaten Lombok Utara ditutup karena kondisinya rusak berat akibat gempa tersebut, TravelPlus Indonesia membuat tulisan jalur pendakian ke gunung berketinggian 3.726 Mdpl tersebut lewat jalur Aik Berik (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2018/11/jalur-pendakian-rinjani-via-aik-berik.html?m=1).
Jalur pendakian Rinjani via Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah (Loteng) itu dibuka sejak Senin (19/11/2018).
Tujuan TravelPlus Indonesia membuat tulisan itu tentu untuk memberitahukan kepada para pendaki dan wisatawan minat khusus kalau pendakian ke gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia itu bisa didaki lewat Aik Berik yang merupakan salah satu dari empat jalur pendakian resmi ke gunung aktif yang disebut-sebut tercantik se-Indonesia ini.
Beberapa tahun sebelumnya, pasca-tsunami maha dasyat melanda Aceh, TravelPlus Indonesia sudah menulis sejumlah tulisan terkait dengan tujuan untuk membangkitkan pariwisata tanah Rencong tersebut.
Ada tulisan tentang masjid-masjid ajaib yang kebal tsunami (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2009/12/intip-masjid-masjid-ajaib-kebal-tsunami.html?m=1), lalu tulisan berwisata ke obyek-obyek tsunami selepas rapat (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2009/12/keliling-obyek-tsunami-usai-meeting.html?m=1), dan tulisan bagaimana mengemas pantai-pantai Aceh dalam balutan syariah (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2014/03/mengemas-pantai-pantai-aceh-dalam.html?m=1).
Selain itu ada tulisan berwisata ke Aceh yang bikin melek tsunami (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2016/12/berkunjung-ke-objek-objek-wisata-ini.html?m=1), kemudian tulisan menikmati paras baru pantai-pantai yang terdampak tsunami di Aceh (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2013/06/menikmati-wajah-baru-pesisir-barat-aceh), dan masih banyak lagi.
Intinya, sebagai penulis pewarta pariwisata harus punya niat baik untuk memulihkan, menggairahkan, dan mengajak wisatawan dari luar destinasi yang terdampak bencana agar tertarik datang lewat berita/tulisan kreativitasnya, bukan justru membuat kesan tidak aman/menyeramkan/menakutkan dan kesan negatif lainnya yang membuat orang enggan atau tidak tertarik berwisata ke destinasi tersebut.
Jelas, berita/tulisan yang dibuat harus sesuai dengan fakta yang ada, bukan dikarang-karang, bukan pula dilebih-lebihkan.
Agus Sudibyo, penulis buku 'Jurnalisme Sadar Pariwisata' dalam acara sosialisasi di Tanjung Lesung tersebut pun mengingatkan kepada pewarta agar menyadari bahwa iklim pariwisata di sebuah negara juga bergantung pada pemberitaan-pemberitaan yang ditampilkan mengenai negara tersebut.
Jika salah menulis, menurutnya bisa jadi turis tak jadi datang.
Agus pun menyarankan kepada pewarta agar memberikan berita atau tulisan alternatif lain.
Contohnya untuk memulihkan pariwisata di Banten pasca-tsunami Selat Sunda, pewarta bisa memuat tulisan dengan angle selain alam seperti 'Wisata Desa di Banten' atau 'Kuliner Enak di Banten', dan lainnya.
Selain itu pewarta harus pintar menciptakan angle berita yang ramah Search Engine Optimization (SEO).
Salah satu siasatnya, lanjut Agus dengan menulis sesuatu yang dicari semua orang, contohnya 'Hotel murah di Bandung’, 'Lima Rekomendasi Resto di Bali', dan lainnya.
Terkait saran itu, Travel Plus Indonesia sendiri sudah membuat dua tulisan alternatif yaitu tentang beragam aktivitas wisata mulai yang santai sampai bermuatan petualangan yang bisa dilakukan wisatawan di Tanjung Lesung (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2019/04/jangan-lama-merenung-di-tanjung-lesung.html?m=1), lalu tulisan informatif tentang pihak Tanjung Lesung yang memberikan diskon 40 persen bagi wisatawan yang menginap selama April 2019 (baca: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2019/04/paragraf-pertama-ini-keuntungan-ke.html?m=1).
Bukan cuma tulisan, TravelPlus Indonesia pun membuat dua video tentang aktivitas seru yang bisa dilakukan wisatawan di Tanjung Lesung.
Kedua video dan dua link tulisan itu pun kemudian TravelPlus Indonesia sebarluaskan lewat medsos Instagram (IG) @adjitropis (lihat: https://www.instagram.com/p/Bvsu3H9lvZw/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1dwn59byh3xhw) dan (lihat: https://www.instagram.com/p/Bvt690Zgwzx/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=11x0rnu7as8f8).
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun berharap pewarta pariwisata dapat ikut berperan lebih aktif dalam menyebarluaskan kabar bahwa Tanjung Lesung dan Selat Sunda sudah aman dikunjungi.
Tanjung Lesung yang terdampak tsunami Selat Sunda, lanjutnya saat ini sudah aman untuk dikunjungi begitupun dengan destinasi lain di Banten.
Kata dia status Selat Sunda sekarang ini memang masih waspada tapi hanya radius 2 km dari Gunung Anak Krakatau. Sementara di luar radius itu aman dikunjungi, termasuk Tanjung Lesung dan lainnya.
"Saya minta, Banten jangan menetapkan status bahaya. Peran media juga sangat penting dan diperlukan untuk menyampaikan informasi bahwa Selat Sunda aman," pintanya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & dok.humas kemenpar
Captions:
1. TravelPlus Indonesia di acara 'Sosialisasi Jurnalisme Ramah Pariwisata dalam Rangka Gerakan Sadar Wisata' yang digelar Kemenpar di Tanjung Lesung, Senin (1/4/2019).
2. Salah satu tulisan untuk mengajak wisatawan bertandang ke Tanjung Lesung di TravelPlus Indonesia.
3. Para pembicara 'Sosialisasi Jurnalisme Ramah Pariwisata dalam Rangka Gerakan Sadar Wisata'.
4. Menpar Arief Yahya meninjau pameran wisata di Tanjung Lesung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.